2 Tempat Ayah dan ibu adalah tempat ternyaman

Setelah tangisku reda, ku lajukan mobilku menuju tempat tinggal ayah dan ibuku.

Kota B merupakan Kota dimana Ayah dan Ibuku tinggal sedangkan aku tinggal di Kota J.

Perjalanan ku tempuh 4 jam lamanya hingga akhirnya aku sampai di kota B.

Rumah ini terlihat tua namun terawat dengan rapih, halamanya yang luas serta terdapat rumput jepang yang memenuhi halaman mempercantik rumah ini.

Ku parkirkan mobilku dibawah pohon mangga yang ada di halaman rumah. Aku bergegas turun dan segera masuk.

Ku ketuk pintu dengan tergesa, tak lama Ibu keluar.

"Mishel?, kok gak bilang ibu mau kesini?" Nada suara ibu dengan khawatir.

Aku hanya terdiam, entah bagaimana menjelaskan semuanya.

Tak tahan, akupun menangis dan memeluk ibu.

"Mishel... kenapa nak? ayuk kita masuk biar kamu tenang" Ibu membawa aku masuk.

Dibawanya aku masuk ke kamarku dan mengambilkan aku segelas air.

Kamarku yang sudah lama tak pernah ku lihat, seingatku rumah ini sudah dijual 3 taun yang lalu namun entah bagaimana rumah ini masih jadi rumah ayah dan ibuku saat ini. Setiap bagian kamar ini masih sama.

Yandra beberapa kali menghubungiku, namun tak ku angkat telepon darinya. Aku takut, aku takut mendengar kenyataan bahwa dia bukan Yandra. Saat ini aku sudah cukup mengalami ini semua dan tak siap untuk mendengar atau melihat yang lebih buruk lagi.

"Nak, cerita sama ibu... kamu kenapa?" Ibu menghampiriku dan mengusap usah rambutku dengan halus.

"Bu, aku takut" Jawabku singkat.

"Takut apa nak, hari ini kamu aneh sekali. tadi pagi tiba-tiba telepon ibu dan tanya ibu sama ayah kemana. Kami disini sayang, kami gak kemana mana. Lalu kamu sebut-sebut kami pulang gak pamit sama kamu. Ibu gak ngerti nak maksutnya apa kamu marah-marah telepon Ibu bilang seperti itu"

"Bu, ibu percaya Mishel kan bu?" tanganku menggenggam tangan ibu.

"Sangat nak, ibu sangat percaya"

"Bu, pagi ini aku bangun dengan keadaan aneh. Aku kaget ketika bangun Spreiku sudah berganti jadi warna merah padahal aku sangat ingat, Sprei yang ibu pasang terakhir itu warna kesukaanku bu warna pink. Saat aku cari Ibu, aku gak melihat ibu dirumah bu bahkan ayahpun menghilang dari rumah, dari rumah bu.. rumahku bu. Kita selama ini tinggal bersama bu, 3 tahun yang lalu rumah ini sudah ayah jual bu. Karna khawatir aku menelepon ibu dan aku lebih terkejut mendengar Ibu dan ayah disini. Ku fikir Ayah dan ibu pulang ke kota ini tanpa pamit padaku bu. Ku fikir ayah dan ibu masih ada urusan disini ternyata ayah dan ibu tinggal disini. Aku bingung bu, semuanya berbeda bu, pekerjaanku, ini semua dan yang terakhir Yandra bu. Ibu taukan pacarku Yandra bu, tapi saat aku telepon, dia bilang namanya Bagas bu bukan yandra. Aku harus gimana bu" Aku terisak menjelaskan ini semua.

"Kamu tenang dulu nak... sudah, jangan menangis. Besok kita priksa ke dokter ya. Tunggu ayahmu pulang. Ayahmu sedang ada urusan di rumah Pamanmu, besok dia pulang"

"Aku gak sakit bu, aku ingat jelas bu bagaimana ini semua bisa berubah bu. Tolong percaya aku bu.."

"Nak... kita ke dokter hanya untuk memastikan kamu baik-baik saja nak. Ibu percaya sama kamu, jangan ragukan itu nak"

Aku tak menjawab hanya memeluk ibuku dan masih menangis.

"Sekarang Mishel istirahat, tidur dulu. Kamu sudah makan nak?"

"Aku gak mau makan bu, aku mau tidur saja" pintaku

"Yasudah, kamu istirahat dulu ya"

Aku tau ibu sedih melihatku seperti ini, aku tau banyak hal yang ingin dia tanyakan padaku. Namun melihatku yang masih syok, dia urunkan niat itu.

"Ibu... terima kasih telah mengerti keadaanku" gumamku dalam hati.

Ku rebahkan tubuhku, ku ambil ponselku dan mendapati pesan dari Beloved yaitu yandra, bunyi pesan itu "Kamu dimana Shel, kabarin aku. Aku khawatir".

Hanya ku baca saja lalu aku tertidur.

Ku dengar suara ayah yang sedang mengobrol dengan Ibuku. Aku terbangun dan melihat jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Aku berjalan keluar kamar dan menuju sumber suara.

Benar saja, ayah dan ibuku sendang berbica di Ruang Tamu.

"Ayah..." Suaraku memanggil

Ayah langsung menghampiriku yang sedang berjalan kearah mereka. Ayah memeluku dengan khawatir.

"Besok kita priksa ke dokter ya nak.. semoga ini bisa ditangani dengan tepat ya nak"

Aku hanya memeluk ayah dengan erat tanpa menjawab.

Kami melanjutkan dengan makan malam, berbicara dengan mereka meringankan beban fikiranku, terlebih mereka menerimaku apapun keadaanku.

Hari sudah larut malam, ayah dan ibuku sudah mengatuk dan istirahat duluan.

Aku masih terjaga, menghidupkan TV secara acak. Pikiranku kosong, mengingat kembali apa yang terjadi padaku hari ini, teringat kembali kebingungan ini, teringat kembali tentang... Yandra.

Tiba-tiba ponselku berdering, itu Yandra. Kali ini... kali ini aku tidak bisa lagi mengabaikan.

"Hallo"

"Iya.. hallo" jawabku.

"Ya tuhan Mishel, kamu kemana aja. Telepon gak diangkat, Whatsapp kamu gak dibales. Tau gak sih aku khawatir. Hampir-hampir aku telepon polisi buat cari kamu"

"Kamu yandra kan?" tanyaku

"Yandra yandra, Mishel.. aku ini Bagas. Kamu dimana sekarang? aku mau ketemu kamu?"

"Dirumah ibu" jawabku singkat.

"Aku kesana sekarang"

Aku menangis kembali, menahan rinduku pada Yandra. Aku takut, aku takut Yandra gak ada lagi di dunia ini, dunia yang membingungkan ini.

Aku menangis sampai akhirnya tidur di sofa Ruang Tv.

avataravatar
Next chapter