6 Hari pertamaku denganya

Cukup lama kami menghabiskan waktu menikmati indahnya pemandangan dari atas puncak.

"Sudah lapar?" Suara bagas membuyarkan lamunanku.

"Hemm.. lumayan"

"Yuk, kita makan dulu baru pulang. Aku akan ajak ke tempat makan yang biasa kita datengin kalau kita sedang kesini" kata Danar yang kini ku panggil Bagas.

Kami melanjutkan mencari tempat makan. Tidak jauh dari sana, sekitar 15 menit kami sampai di tempat makan yang dimaksut.

Saat aku turun, sungguh aku takjub dibuatnya. Restoran yang dimaksut ini masih berada dikawasan Puncak, posisinya benar-benar menghadap matahari yang akan tenggelam. Kami bisa menikmati matahari yang kian menghilang sambil menikmati air perasan jeruk dan beberapa hidangan yang terlihat sangat enak.

"Aku gak pernah tau ada tempat sebagus ini disini" Kataku yang masih terpukau dengan pemandangan indah ini.

Bagas hanya tertawa, entah kenapa.

"Ada yang salah?"

"Bukan... aku jadi ngerasa kaya kita baru jadian. Reaksimu itu seperti itu tiap kali ku ajak ke tempat yang baru hahahaha" dia melanjutkan tawanya.

Apanya yang lucu coba, jelas saja aku takjub. Tempat ini memang cantik dan lagi memang ini pertama kalinya aku kesini.

"Sudah ketawanya?"

"Hahahahaha, hehe. Iya iya"

"Jangan marah, aku cuman becanda" sambil memegang tanganku secara tiba-tiba.

Spontan aku kaget dan langsung berdiri dan melepaskan tanganya.

"Kenapa?" tanya-nya.

"Oh, engga. Aku mau ke toilet dulu" Kataku gugup.

Saat aku hendak memutar badanku karna posisi arah menuju toilet dibelakangku, aku malah bertabrakan dengan orang yang hendak lewat. Membuat aku kehilangan keseimbangan dan jatuh, dengan sigap Bagas menangkapku.

Aku makin gugup dibuatnya. Segera aku berdiri tegap kembali.

"Kamu gakpapa?"

"Engga, gakpapa" Sambil berjalan berlalu dari hadapanya.

Sebenarnya aku tidak ingin ke toilet, tapi karna aku salah tingkah jadi malah harus ikut mengantri di toilet.

"Ah, ini terlalu lama. Aku kembali saja" pikirku.

Saat aku kembali aku mendapati Bagas sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Sepertinya dia temanya karna mereka terlihat akrab.

Aku semakin dekat dengan mereka, namun aku melihat ke-anehan. Iya.. aneh. Pria itu mirip seperti Yandra. Ah, mungkin perasaanku saja, padahal aku hanya melihat dari belakang.

"Bagas, siapa?" tanyaku ketika sudah dekat denganya.

Pria itu membalikan badan menghadapku.

Aku berhenti dan mata ini kembali berair dengan sendirinya.

"Yandra..." Bibirku menyebutkan namanya.

"Mishel?, mishel.. kamu kenapa?" Bagas menghampiriku yang tiba-tiba terlihat sedih.

Aku berjalan mendekat, melihat lebih dekat dan benar saja dia Yandra. Yandraku.

"Ndra.. ini aku Mishel ndra" Kataku sembari menangis dan sambil memegang tanganya.

"Oh, Lu cewe yang waktu di jalan itukan?, yandra yandra. Nama saya Aditya bukan Yandra" Jawabnya ketus sembari melepaskan tanganya dari tanganku.

"Lu ketemu Mishel dimana Dit, perasaan pas Lu kerja di Kota J sampe sekarang lu kerja di sini, gue belum pernah ngenalin Mishel ke elu?"

"Gue gak sengaja ketemu di jalan, gue nyerempet mobil bapaknya dia. Cuman kok aneh sih, dia manggil-manggil gue Yandra"

"Ndra.. ini aku ndra. Masa kamu lupa sama aku?" Aku tetap berusaha agar Yandra mengingatku meskipun sia-sia saja.

"Gas, gue cabut dulu ya. Ngeri gue sama dia. Jangan-jangan ni cewe gila lagi"

"Heh, kalo ngomong jangan sembarangan"

"Iya iya sorry. yaudah bye"

Aku hanya menatap kepergian Yandra sambil termenung meratapi kehidupanku yang kini seperti ini.

"Mishel... please. Jangan nangis ya. Aku sedih liat kamu kaya gini" Bagas mengusap air mataku dan mengajakku duduk kembali.

"Kita makan yuk, abis itu kita pulang"

Aku hanya mengangguk saja.

Setelah makan selesai kami-pun langsung pulang. Jam sudah menunjukan pukul 08.00 malam.

Sepanjang perjalanan kami hanya saling diam, sampai akhirnya bagas membuka obrolan.

"Jadi Yandra itu seperti Aditya?"

"Anggap saja begitu"

"Ah, masih gantengan juga aku"

Aku tersenyum kecut mendengarnya.

"Besok kita mau kemana lagi ya?, Oh, kita ke.." belum selesai Bagas bicara sudah ku potong.

"Aku gak mau kemana-mana besok. Aku ingin di rumah saja"

"Kenapa?, kamu mau seharian ngelamunin Yandra gitu?"

"Bukan begitu..." aku meralat.

"Begini saja, aku bakal ajak Aditya sesekali kerumah atau ikut kita jalan. Asal kamu mau pergi jalan-jalan sama aku, gimana?"

Tawaranya boleh juga, meskipun Yandra tak mengenaliku.. paling tidak aku bisa melihatnya dari dekat. Iya.. itu cukup untuku sekarang.

"Iya.. aku mau" Jawabku sembari menatap jalanan dari jendela mobil.

Bagas terlihat senang mendengar jawaban dariku.

Kamipun sampai dirumah dan ibu menyambut kami.

"Mishel, gimana tadi jalan-jalan sama nak Bagas?"

"Ya gak gimana gimana bu"

"Loh kok jawabnya gitu, kamu senang gak?"

"Iya bu seneng" Jawabku dengan suara datar.

"Mishel ke kamar dulu ya bu, Mishel cape"

"Iya.. mandi trus makan dulu"

"Mishel udah makan tadi sama Bagas"

"Apa nak, ka.. kamu panggil Bagas?" Ibu seperti senang mendengarnya.

Tanpa menjawab aku berlalu menuju kamarku.

Ku rebahkan tubuhku di ranjang sembari mengingat-ingat kejadian hari ini.

avataravatar
Next chapter