5 Hari pertamaku denganya

Suara ayam berkokok membuatku terbangun, ku lirik jam di dinding menunjukan pukul 06.30 pagi.

Hari cepat sekali berlalu, tak terasa aku sudah menghabiskan beberapa hari disini.

"Nak.." Suara ibu di balik pintu sembari mengetuk pintu

"Iya bu.." Suaraku lemas karna masih belum terbangun sepenuhnya.

Aku beranjak dari ranjangku dan membukakan pintu kamarku.

"Kenapa bu?"

"Katanya mau jalan-jalan sama nak Bagas?"

"Oh, iya.. Mishel siap-siap dulu"

"Yasudah, Ibu, ayah sama Bagas nunggu di meja makan ya, kita sarapan sama-sama"

Aku menjawab ibu hanya dengan tersenyum.

Setelah mandi dan siap-siap aku segera keluar kamar menuju Ruang makan.

"Nak, ibu masak nasi goreng kesukaanmu loh" Sambut ibu saat melihatku sudah duduk di kursi meja makan tepat di sampingnya.

Lagi-lagi aku hanya tersenyum sambil berfikir, apa iya dulu aku suka dengan nasi goreng?, se-ingatku aku tak terlalu menyukainya. Tapi apapun itu asal ibu yang buatkan pasti enak.

Sembari makan aku mendengarkan ibu dan ayah seperti menceritakan aku yang mereka kenal seperti apa. Meskipun ada beberapa hal yang menurutku asing, namun juga beberapa ada yang aku ingat dan benar adanya.

Setelah sarapan selesai, aku dan Danar pamit pergi.

Kami pergi menaiki mobil Danar yang berwarna putih.

Sepanjang jalan, Danar bercerita tentang kami, tentang dia dan aku yang dia kenal.

"Danar, Kita mau kemana?" tanyaku.

"Ke puncak, gak jauh dari sini kok" Jawabnya sambil tersenyum.

"Shel, aku boleh minta sesuatu?" Suaranya terdengar serius namun masih lembut.

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Tolong panggil aku Bagas, namaku Bagas Shel" Pintanya.

Awalnya aku hanya terdiam, tapi akhirnya aku mengangguk tanda meng-iya-kan permintaanya.

"Kamu ingat jalanan ini Shel?"

"Iya aku tau, ini kan masih daerah rumah orang tuaku gak mungkin aku gak tau lah Nar" Jawabku sembari tersenyum karna mendengar pertanyaan aneh darinya.

"Kok Nar, Bagas Shel.. Bagas" Dia mengingatkan.

"Oh, ya.. Bagas" Aku menatapnya sambil tersenyum.

Aku mencobanya meskipun lidahku kaku, aku mencobanya meskipun aku tak yakin, aku mencobanya meski sakit menahan rinduku pada Yandra, aku mencobanya karna aku ingin ingatanku kembali. Iya.. aku ingin semua kembali ke awal.

Setelah kurang lebih 40 menit di perjalanan, kamipun sampai.

"Ayo, turun tuan putri. Kok malah bengong?" Suaranya mengagetkan lamunanku.

"Oh ya. Maaf" Aku hanya bisa tersenyum.

Dia menghentikan mobilnya persis ditepi tebing, sedikit seram karna terlihat curam.

Dari sini bisa terlihat hamparan pepohonan yang rindang terbentang. Warna hijaunya membuatnya seperti hiasan Bumi. Langit yang biru bersih seperti tersenyum mendapati keindahan di bawahnya.

"Waahhhhh, ini indah Gas" Aku terpesona dengan pemandangan yang disuguhkan tepat di depan mataku.

"Iya, seindah wajahmu" Jawabnya dengan muka datar tak berekspresi menatap jauh ke depan.

Aku hanya tersipu malu mendengarnya.

"Duduk" Pintanya sembari mendekatkan sebuah batang pohon kering yang besar padaku.

Dengan ragu akupun duduk tepat di samping ia duduk.

"Sejuk bukan" Katanya menambahkan

Aku hanya mengangguk.

"Kita beberapa kali kesini, melihat ekspresimu seperti tadi itu sama seperti pertama kali aku mengajakmu kesini"

Mendengar itu aku terkejut. Aku? Aku kesini? dengan dia?. Ah, makin aku mencoba mengingat semakin membuatku bingung.

"Sepertinya Mishel pacarmu itu bahagia sekali ya" kataku.

"Hahahahaha, kamu lucu. Aku sedang membicarakanmu, kenapa terdengar seperti sedang membicarakan orang lain"

Akupun jadi ikut tertawa mendengarnya.

"Aku boleh menanyakan sesuatu?" Aku menatapnya.

"Boleh, tanya saja" Jawabnya tanpa menoleh dan masih tetap menatap ke depan.

"Mishel yang kau tau seperti apa?, apa dia sangat mencintaimu?"

Mendengar pertanyaanku tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi sedih.

"Maaf, maaf. Aku tak bermaksut" Aku merasa salah menanyakan itu.

"Mishelku itu... gadis tercantik untukku. Dia terbaik dalam segala hal dimataku. Dia slalu datang padaku ketika sedih, senang bahkan tanpa alasan apapun,hanya untuk menjahiliku. Meski begitu, dia tak pernah membuatku marah. Dia tau cara menenangkanku, dia tau cara menghiburku, dia tau caranya membuatku tertawa bahkan dia juga tau caranya membuatku menangis"

"Menangis?"

Dia hanya mengangguk.

"Apakah dia juga jahat?"

"Tidak.."

"Lantas, apa yang dia lakukan sampai membuatmu menangis"

"Dia melupakanku dengan kenangan kami"

Aku terdiam mendengarnya, entah mengapa aku merasa bersalah.

Dia menatapku dan tersenyum.

Entah kenapa tatapanya membuatku canggung.

"Lalu bagaimana dengan Yandramu?, apa dia lebih keren dariku?" lanjutnya.

Aku dapat melihat bahwa dia sangat tidak serius menanyakan itu, hanya saja.. aku teringat Yandra.

"Hemmm.. Yandra itu Pria yang manis. Dia sangat Sopan dan Baik padaku. Dia tidak bisa sehari saja tak mendengar kabarku. Aku pernah tak mengabarinya seharian karna Ponselku habis daya. Waktu itu aku sedang ikut acara Party salah satu temanku. Benar saja, dia sudah berdiri di depan rumahku saat aku pulang selesai acara. Dia segera menghampiriku dan memelukku sambil bertanya kenapa nomor ponselku susah dihubungi" Tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja, mungkin karna aku rindu padanya.

"Maaf.. aku minta maaf" katanya.

"Mengapa meminta maaf?" aku bingung sembari tersenyum.

"Entahlah, aku hanya tak bisa melihatmu sedih. Itu saja"

Aku mengusah air mataku dan melanjukan menikmati pemandangan yang sempat terlihat abu-abu ketika aku kembali memikirkan Yandra.

avataravatar
Next chapter