16 Hari kelimaku denganya.

Aku bergegas masuk setibanya dirumah. Aku bahkan masuk melewati Bagas yang sedang duduk di ruang tamu begitu saja. Bagas yang melihatku bertingkah aneh datang menghampiriku yang sedang mengeluarkan sayur mayur dari tas belanja.

"Ada apa?"

"Gak ada...." Aku masih sibuk mengeluarkan Sayur.

Bagas mendekat dan memelukku dari belakang.

"Jangan membuatku menjadi orang asing lagi. Beberapa hari ini aku seperti memilikimu kembali" Katanya sembari memelukku.

Aku tak menjawab apapun, tak juga melarangnya melakukan itu. Hanya merasa sangat bersalah padanya.

"Yasudah.. aku tunggu diluar ya?"

Aku berbalik dan menatapnya lalu tersenyum.

"Jika aku bisa mengatakan maaf, aku akan selalu berkata maaf untukmu"

"Jangan.."

"Kenapa?"

"Jangan katakan maaf"

"Baiklah.." Aku berkata sembari sedikit tertawa karna jawabanya begitu aneh di telingaku.

Bagas melangkah pergi.. namun sebelum dia sampai pada pintu dia membalikan badan dan menatapku sesaat.

"Dengan kamu meminta maaf, itu membuatmu terlihat membenarkan semua keadaan ini. Aku hanya belum siap dengan semua ini. Aku hanya belum siap menerima bahwa aku sudah kehilanganmu"

Lagi lagi aku hanya mendengarnya berbicara, tanpa menjawab apapun dan melihatnya berlalu begitu saja.

Rasanya aku menjadi seseorang yang begitu kejam.

Aku lupa, aku harus membuatkan makanan untuk mereka makan. Aku melanjutkan kegiatanku.

Sementara itu di ruang tamu Bagas dan Aditya terlihat sedang berbincang-bincang.

"Itu terlalu jelas" Bagas memulai pembicaraan

"Apanya?" Aditya merasa heran dengan kalimatnya.

"Apa yang terjadi dengan kalian tadi, itu terlalu jelas"

"Oh, lu salah paham. Gue sama Mishel cuman bertengkar kecil tadi"

"Sekali lagi gue ngomong sama lu. Tolong lihat Mishel sebagai gadis yang gue cintai. Bisa kan?"

"Iya.. gue ngerti Gas"

Setelah semua matang, satu persatu aku letakan dimeja makan tak lupa juga menatanya supaya terlihat rapi.

Aku menghampiri Bagas dan Aditya di ruang tamu dan mengajak mereka ke ruang makan.

"Wah, kayanya enak nih" Suara Bagas senang.

"Makan yang banyak ya, aku sengaja membuat masakan banyak untuk kalian"

Aku mengambilkan piring untuk Bagas dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.

Aditya melihatnya dengan seksama.

"Makan yang banyak bro, Mishel jago masak" Bagas menawari Aditya.

"Iya, tenang aja.."

Kami menikmati makanan sembari sesekali membicarakan hal-hal lucu.

Tak terasa hari sudah menunjukan pukul 3 Sore. Bagas dan Aditya hendak pulang.

"Lain kali kalo kalian kesini ngabarin dulu. Jadi aku udah siapin semuanya" Kataku sembari mengantar mereka ke depan pintu rumah.

"Aku pulang ya.. kamu istirahat. Besok kan mulai kerja"

"Iya gas.. makasih ya udah ingetin"

"Iya.. yaudah aku pulang ya"

Sementara itu Aditya sudah masuk ke mobil Bagas dan hanya melihat kami dari kaca sepion mobil.

"Aditya kenapa Gas?"

"Ohh.. engga. Tadi bilang sedikit sakit perut"

"Oh.. yaudah. Hati-hati ya.."

Aku melambaikan tangan dan mobil Bagas melaju menghilang dari pandanganku.

Aku masuk dan duduk sejenak di ruang tamu. Entah kenapa fikiranku kembali pada kejadian tadi siang saat aku terlibat sedikit keributan dengan Aditya.

Sebenernya dia kenapa sih?, kok tiba-tiba bisa begitu.

Hal itu membuatku teringat awal pertama Yandra mencoba mendekatiku.

Waktu itu kami sudah berteman, namun ada salah satu teman kami yang ternyata menyukaiku juga. Lucu-nya dia malah curhat dengan Yandra yang sedang mencoba mendekatiku.

Seperti di film-film. Saat itu aku sedang berbelanja kebutuhan di Supermarket tadi.. Supermarket yang sama dengan Supermarket yang aku kunjungi dengan Aditya hari ini.

Saat itu aku sedang memilih beberapa mie instan. Saat aku ingin mengambil Mie instan rasa kare.. ku lihat mie itu hanya sisa 4 Pcs lagi. Dan aku fikir aku akan mengambilnya semua. Namun saat aku hendak mengambilnya, Yandra tiba-tiba saja mengambilnya. Tidak satu, tapi semua. Tentu itu membuatku kesal.

"Heh heh heh.. itu punyaku!"

"Apa disini ada tulisan bahwa mie instan ini punyamu?"

"Tapi aku yang berdiri disini duluan!"

"Tolong berhenti melakukan itu, jika mau, langsung ambil jangan hanya memandanginya.."

"Aku tidak memandanginya, aku hanya sedang berfikir membelinta satu atau semua !"

"Baiklah, begini saja. Gimana kalo kita bagi dua ?" Aku menawarkan pilihan pada Yandra.

Yandra hanya menyeringai dan hal itu membuatku bertambah kesal.

"Bagaimana jika ku beri mie ini semua padamu? Sambil memberikan semua mie itu padaku.

"Lalu sebagai gantinya....?" Dia berhenti sejenak.

"Apa? Lalu apa?"

"Bisakah beri aku sedikit hatimu atau jangan pernah berikan hatimu pada yang lain"

Aku langsung tertawa mendengarnya, itu seperti mendengar anak muda yang sedang kena virus gombal saja.

"Kenapa tertawa?, aku serius?"

"Aku juga serius, serius kamu itu sangat lucu" Aku tetap masih tertawa.

Sejak saat itu aku mulai dekat denganya, kami sering bertemu di Supermarket. Entah itu kebetulan atau karna kami sengaja menjadikan itu alasan untuk bertemu. Dia juga menceritakan bahwa dia tidak suka dengan temanya karna temanya menyukaiku.

Setiap aku mengingat Yandra, aku akan tersenyum seperti ini lalu menangis kemudian. Aku sangat merindukanya.. sangat..

avataravatar