8 Hari keduaku denganya

Entah mengapa rasanya canggung berada satu mobil dengan Yandra. Kami hanya sama-sama diam.

Aku memberanikan membuka pembicaraan.

"Dra, kamu bener gak inget aku?"

"Duh, udah berapa kali sih gue bilang, gue Aditya bukan Yandra. Bisa gak sih kalau panggil nama orang itu yang bener"

Aku kembali diam.

"Ngomong-ngomong gue udah tau keadaan lu dari Bagas. Gue kok heran ya, bisa-bisanya lu inget sama orang lain tapi sama pacar lu sendiri lu gak inget"

"Maksut kamu?"

"Ya gitu deh. Bagas lama amat ya?"

Yandra kok jadi menyebalkan begini ya. Dia bukan Yandraku, dia orang lain yang memiliki tubuh Yandra.

"Eh, lama ya?" Bagas datang dan langsung masuk ke mobil lalu duduk di kursi pengemudi.

"Mishel udah kenalan sama Aditya?"

Aku dan Yandra hanya bertatapan tanpa menjawab apapun.

"Kalian kaya anak kecil aja, masa kenalan harus diajarin sih?"

"Yaudah. Shel, gue Aditya. Temen bagas dari jaman SMA"

Aku hanya mengangguk.

"Dan gue minta lu jangan lagi panggil-panggil gue Yandra. Panggil Aditya"

Kali ini aku kembali diam tanpa menjawabnya.

"Kita mau kemana Gas? Tanyaku.

"Makan...."

"Iya tau, tapi kemana?"

"Ketempat yang enak buat kamu makan. Kamu bisa makan makanan Laut di sana"

"Oh, iya.."

Bagas memutarkan lagu untuk kami nikmati sempanjang perjalanan. Arah mobil Bagas melaju ke pesisir pantai. Jauh memang dari rumah, butuh waktu sekitar 2 jam untuk datang kesana. Sebenarnya sedikit lucu buatku, hanya untuk makan siang kenapa sampai pergi sejauh ini. Tapi aku tak mau berkomentar apa-apa. Setelah kurang lebih 2 jam lamanya akhirnya kami sampai.

"Nah, sampai deh. Yuk, turun"

"Pesisir pantai Gas?, panas.." Grutu Aditya

"Udah, jangan bawel deh lu. Tar juga lu nganga liat makananya. "Yuk Shel" Ajak Bagas

Kami berjalan sekitar 5 menit dari parkiran mobil menuju pintu Restoran. Restoran ini tepat berada di pesisir pantai, terdiri dari dua tipe ruangan yaitu dalam yang tertutup dan ber-AC dan ruangan terbuka yang langsung menghadap pantai. Alas pasir putihnya membuat tempat ini terasa nyaman untuk singah meskipun panas matahari sangat terasa. Hanya ada beberapa Payung berukuran besar yang gagangnya ditancapkan ditengah-tengah meja yang berbentuk bulat untuk menutupi pengunjung dari paparan langsung sinar matahari.

"Untuk berapa orang pak?"

"Tiga, saya gak mau yang di dalam. Saya mau yang di luar ya mba"

"Oke Pak, mari ikut saya" Reseptionis menunjukan tempat untuk kami bertiga.

Restoran ini sangat penuh, hampir semua meja sudah terisi para pelancong makanan yang dari bahasa mereka nampaknya bukan asli penduduk kota B, mungkin dari kota lain yang sedang berwisata.

Bagas menarik kursiku yang semula rapat pada meja, ditarik sedikit agak menjauh dari meja memberi ruang untukku duduk dan mempersilahkanku duduk.

"Mau pesen apa mba?"

"Gas, kamu aja yang pilih makananya" Aku meminta tolong Bagas saja yang memilih.

"Oke, mba... kami pesan 1 ikan bakar ukuran besar, Udang saus padang, cumi bakar dan goreng dan kerang ya mba. Untuk minumnya... Lu mau minum apaan?" Bagas menatap Aditya.

"Air jeruk dingin" Entah mengapa aku spontan menjawab.

Bagas dan Aditya menatapku bersamaan. Itu membuatku salah tingkah.

"Maksutnya, aku pesen Air jeruk dingin" Aku mencari alasan lain agar lebih terdengar masuk akal.

"Gue juga sama" kata Aditya

Ketika mendengarnya aku tersenyum. Tentu saja aku tau minuman kesukaannya ketika panas begini, aku kan pacarnya. Yandra sangat suka dengan air jeruk dingin ketika cuaca sedang panas.

"Ngapain senyum-senyum?" Suara menyebalkan Aditya membuyarkan lamunanku.

"Suka-suka aku dong" Aku-pun ikut sewot jadinya.

"Hehhhh, sudah. Kok kalian jadi perang melulu sih" Bagas mencoba melerai.

Sambil menunggu menu datang, aku dan Bagas berbincang-bincang apa saja yang bisa membuat kami lupa akan waktu. Aditya hanya sibuk dengan HP-nya sendiri, entah sedang chatting dengan siapa. Sebenarnya aku cukup cemburu melihat itu, namun apalah dayaku yang bukan siapa-siapanya sekarang.

Akhirnya makanan yang kami pesanpun datang.

Kami makan dengan sangat lahap, dan ini bukan makan siang lagi namanya karna waktu sudah membawa kami pada sore hari. Angin laut bertiup kencang ke-arah kami yang sedang menikmati makanan yang lezat ini, langit mulai menjingga yang menandakan akan dimulainya pergantian siang menjadi malam.

"Ah, gue kenyang. Gilaaaa ini enak banget. Thanks bro" kata Aditya sembari bersandar karna kekenyangan.

"Tadi aja, ngomel-ngomel mulu" Grutu Bagas

"Udah kenyang Shel?" Tanya Bagas.

"Banget Gas, aku gak sanggup makan lagi"

Bagas masih terlihat menyantap cumi bakar sembari menatap ke-arah pantai.

"Gas, lu tau apa yang paling gue suka dari pantai?" Aditya membuka obrolan.

"Ombak.." lagi dan lagi aku menjawab pertanyaan yang menjelaskan kesukaan Aditya. Mungkin spontanitas ini datang karna aku masih menganggapnya Yandra.

Sontak hal itu membuat mereka berdua kembali terheran-heran.

Aku yang menatap pantai langsung berbalik menatap mereka.

"Semua cowo suka Ombak kan?" Kataku.

Padahal yang sebenarnya aku hanya menyebutkan apapun yang Yandra sukai. itu saja.

"Ya bener juga sih. Iya bener, gue suka ombak. Karna.. entah kenapa ombak itu terlihat kuat tapi justru dia lemah ketika berhadapan dengan karang. Gue terlihat kuat tapi kadang gue ngrasa hidup gue itu gak ada apa-apanya dibanding hidup orang lain yang lebih baik dari gue"

"Ah, ngomong apaan lu bambang!" Bagas tak bisa menahan kesalnya karna perumpamaan yang dibuat Aditya itu tak nyambung.

Kami hanya tertawa karnanya.

"Ombak itu terlihat kuat, terlihat hebat ketika dia mencapai puncak tertinggi dalam geburanya meskipun pada akhirnya harus karam terhatam karam. Itu rasa cinta seorang pria yang merasa hebat ketika bisa mencintai seorang gadis yang terbaik dimatanya meskipun pada akhirnya cinta itu akan hilang ditelan kematian"

Aku hanya mengutip apa yang Yandra pernah katakan padaku.

"Aku juga akan seperti itu untukmu" Bagas menambahkan

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

Kami menikmati senja sore di pantai, dengan pemandangan manis seperti matahari menenggelamkan diri ke dalam air laut. Itu sangat indah.

Sejenak aku menatap Aditya yang masih fokus melihat matahari tenggelam.

Hatiku seakan berbisik.

Yandra sayangku, aku merindukanmu. Sangat rindu..

avataravatar
Next chapter