14 Hari ke-empatku denganya

Setelah makan aku bergegas merapihkan barangku begitupun bagas.

Beberapa saat ketika aku sedang merapihkan barang-barang yang akan ku bawa ke kota A, Ibu... ayah.. dan bagas membicarakan sesuatu.

"Nak Bagas, nak bagas yakin?" Tanya ayah memastikan kembali

Bagas hanya tersenyum dan mengangguk.

"Yasudah kalau memang seperti itu bagusnya, Bapak sama ibu hanya titip pesan tolong jaga Mishel selagi disana"

"Pak.. Mishel itu penting untukku pak. Pasti aku jaga dengan baik" jawab bagas sambil tersenyum.

"Hanya saja...." Lanjut Bagas.

"Hanya saja apa nak?" Ibu penasaran.

"Bagas tidak tau bu, Mishel mau ikut ke kota A karna Bagas atau karna Aditya.." Jawabnya lirih.

"Sabar ya nak.. ibu sama bapak minta maaf atas hal itu, bagaimanapun kamu sudah kami anggap seperti anak sendiri" Kata ibu sembari mengusap bahu Bagas dengan halus.

"Iya bu, Bagas mengerti. Bagas mau beres-beres dulu"

Ayah dan ibu hanya memperhatikan Bagas berlalu sembari mengerutkan dahi tanda prihatin serta rasa khawatir padanya.

Beberapa saat kemudian, kami selesai berbenah. Bagas sudah memasukan barang-barang ke Mobil putihnya dan Aditya juga sudah datang.

Kami pamit dengan ayah dan ibu dan bergegas berangkat karna hari akan gelap.

Sepanjang perjalanan kami hanya saling diam. Bagas memutarkan beberapa lagu kesukaanku (katanya), meskipun aku tak merasa begitu. Sementara itu Aditya sibuk berbalas chat, entah dengan siapa. Entah cemburu atau karna apa itu membuatku tidak nyaman, keadaan di dalam mobil ini menjadi lebih dingin.

Hanya sesekali Bagas dan Aditya berbicara, itu juga bukan hal-hal yang penting.

"Shel.." Tiba-tiba Bagas membuka obrolan.

Aku yang tadinya sedang menghadap ke jendela berbalik menatapnya.

"Kamu inget jalan pulang ke rumahmu kan?"

"Ya inget.. gak mungkin aku lupa"

"Kalo gitu, nanti aku drop.in kamu gak sampe rumah ya?, aku baru inget aku mesti ketemu orang buat ngasih kerjaan. gpp kan?"

"Yaudah, Mishel sama gue aja Gas?"

Bagas tiba-tiba menginjak rem mendadak, seperti orang terkejut.

"Aduh, bagas!" Aku terkejut karna-nya.

"Maaf Shel maaf" Bagas spontan meminta maaf dan memastikan aku baik-baik saja.

"Gak usah sama lu, Mishel nanti naik Taxi aja. Lu ikut sama gue"

"Mau ngapain?"

"Bantuin gue lah, katanya lu butuh kerjaan?"

"Harus banget gitu hari ini?" Suara Aditya setengah tak percaya.

"iya.." Jawab Bagas Singkat.

"Iya gak usah, gue gpp nanti naik taxi aja" aku memperkuat perkataan Bagas.

Aditya hanya diam saja tanda meng-iyakan.

Sampai akhirnya kami memasuki Kota A, kota dimana aku memulai ceritaku bersama Yandra.

"Aku turun disini aja deh Gas" Pintaku

Dengan sedikit demi sedikit menurunkan kecepatan laju mobilnya, bagaspun menepi.

"Disini aja Shel?, sepi... ini jam 11 malem aku khawatir. Aku tunggu kamu dapet taxi baru aku pergi"

Aku hanya tersenyum sembari turun dari mobilnya.

tak lama kemudian aku mendapatkan taxi dan bergegas masuk lalu mengarahkan supir menuju rumahku.

Sementara itu di dalam mobil Bagas dan Aditya sedang berbicara.

"Gue cuman mau mastiin sesuatu" Suara Bagas datar

"Apa?" Aditya bertanya seperti tau maksut pembicaraan Bagas.

"Lu tau kan Mishel itu pacar gue ?" Bagas menatap Aditya dari kaca spion mobilnya.

"Iya tau.." Aditya menjawab sembari menghadap ke jendela yang berlawanan seolah tak mau melanjutkan pembicaraan itu.

"Syukur deh kalo lu masih inget"

Bagas kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih kencang.

Aditya memejamkan matanya, sebenarnya ia tak merasa mengantuk, hanya saja dia sedang menenangkan hati dan pikiranya.

Dia tak tau apakah dia mulai menyukai Mishel atau karna hanya ingin menolong Mishel saja. Kini baginya dua hal itu menjadi samar.

avataravatar
Next chapter