13 Hari ke-empatku denganya

Setelah menganti bajuku dengan baju tidur aku kembali menemui Bagas yang sedang menonton tv di luar.

"Gas.. masih belum tidur?" tanyaku sembari duduk disampingnya

"Belum ngantuk shel..." Jawabnya sembari menatap kedua mataku.

Aku menjadi salah tingkah karnanya.

"Atau mau makan?, biar ku ambilkan" Aku hendak berdiri dan mengambil makanan.

Tanganya dengan cepat meraih tanganku dan mencegahku untuk pergi.

"Aku gak laper"

Aku kembali duduk dan kami sama-sama diam

"Shel..."

"Ya.."

Suaranya berhenti beberapa saat.

"Seharian ini kamu ngapain?"

"Ngobrol sama Adit dirumah gitu aja sih. Kenapa?"

"Gakpapa..." Jawabnya dengan suara pelan.

Entah apa yang dia pikirkan aku bahkan tak berani menebaknya.

"Entah kenapa aku cemburu, padahal aku yang menyuruhnya untuk menemani kamu" lanjutnya

Aku terkejut mendengar itu, entah karna aku merasa kasian atau karna rasanya... seperti menyiksanya pelan-pelan.

"Kamu gak ngomong sesuatu gitu?"

"Hah? aku mesti ngomong apa Gas?" Aku tersenyum bingung

"Yaudah lupain"

"Kamu lagi kenapa sih Gas?"

"Gakpapa, mungkin karna aku cape. Yaudah aku tidur duluan ya"

Aku hanya mengangguk.

Bagas tidur di kamar tamu dan aku kembali ke kamarku.

Aku kembali memikirkan kejadian dimana aku kembali ke duniaku. Bagaimana itu bisa terjadi?, aku tertidur... lalu...

ah, aku tak tau setelah itu apa. Apa ada yang aku lewatkan ya, tapi apa? aku sudah mengingatnya berulang kali tapi tetap saja tak tau bagaimana caranya.

Sudahlah besok saja aku pikirkan lagi, sekarang aku mulai mengantuk.

Hari ini hari yang berat untukku, tubuhku butuh waktu untuk istirahat.

Aku tidur dengan rasa penasaranku yang masih tersimpan.

HARI KE-EMPATKU DENGANYA

Suara ayam yang terdengar saling saut menandakan waktu sudah pagi. Ku lirik jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 07.30 pagi. Aku bergegas bangun dan membuka jendela kamarku.

Udara pagi ini sangat segar, apalagi cuacanya juga bagus.

"Nak, tumben sudah bangun?" Suara ibu mengagetkanku

Aku hanya tersenyum sambil menatap ibu.

Ibu perlahan mendekatiku yang masih berdiri di depan jendela.

"Nak, bagaimana? apa kamu sudah merasa lebih baik?" tangan ibu sembari membelai rambutku.

"Ya seperti ibu lihat bu.." jawabku sembari tersenyum.

"Jujur nak.. ibu sangat khawatir denganmu, ibu takut sekali anak ibu tidak bisa kembali seperti sediakala"

Aku hanya diam tanpa menjawab apapun, akupun sedih mendapati keadaanku yang seperti ini.

"Yasudah.. segera mandi lalu sarapan ya. Ayah, ibu.. nak Bagas menunggu di ruang makan"

"Iya bu.."

Suara langkah ibu keluar dari kamarku membawaku pada lamunanku.

Kala itu... aku sedang menikmati kesegaran udara pagi dengan berjogging bersama Yandraku.

Kami berlari-lari kecil sembari mengobrol, sesekali kami tertawa karna pembicaraan kami.

Andai saja aku bisa kembali..

Aku menghentikan lamunanku dan bergegas mandi lalu segera menyusul ke ruang makan.

Ku lihat ayah, ibu serta Bagas duduk sembari menyantap masakan ibu. Itu terlihat enak.

"Nak, makan yang banyak.." Suara ayah penuh kasih sayang.

Aku hanya tersenyum sembari memindahkan nasi dan lauk pauk ke piringku.

"Oh ya... Pak.. Bu.. apa boleh Bagas bawa Mishel kembali ke kota A?" Suara Bagas membuat kami terdiam sesaat.

"Apa gak sebaiknya nanti saja nak Bagas, bapak hanya khawatir Mishel belum sembuh total" Ayah menolak dengan halus.

"Iya nak Bagas.." Ibu memperkuat argumen ayah.

"Begini Pak.. Bu.. Bagas sudah pikirkan. Mungkin dengan Mishel kembali ke kota A, pelan-pelan Mishel bisa kembali mengingat semuanya. Bagas cuman ingin Mishel kembali seperti sediakala lagi Bu.. Pak.."

"Tapi nak Bagas.. " Ayah hendak menolak kembali namun tangan ibu memegang tangan ayah, seperti menahan ayah untuk meneruskan kalimatnya.

"Yah.. mungkin nak Bagas benar, apa salahnya kita coba" Ibu melanjutkan.

"Bagaimana nak?" Ibu bertanya padaku.

Aku hanya tidak tau harus menjawab apa, namun mungkin dengan aku kembali kesana aku bisa menemukan cara untukku kembali ke duniaku.

Jadi.... baiklah..

"Aku menurut saja bu.." Kataku sembari tersenyum kepada ayah dan ibuku.

"Kalo gitu, gue juga ikut!" Suara Aditya mengejutkan kami semua.

"Nak Aditya?, ayo sini ikut makan" Ibu menawarkan

"Sudah tadi bu sebelum kesini. Jadi gimana Gas?, gue boleh kan ikut? sekalian gue mau cari kerja lagi disana"

"Boleh kok" Alih-alih Bagas yang menjawab, malah aku yang menjawabnya. Entah kenapa aku senang mendengar Aditya juga ikut ke kota A.

Awalnya Bagas hanya terdiam dan menikmati makananya namun kemudian meng-iyakan.

"Oke.. gue beres-beres dulu ya. Nanti balik lagi kesini. Permisi Pak.. bu.." Aditya berlalu begitu saja.

"Dateng gak permisi, pulang permisi. Dasar Aneh" Bagas bergumam.

Aku mendengarnya dengan jelas, nampak sekali wajah Bagas tidak suka dengan kehadiran Aditya.

avataravatar
Next chapter