2 Dennis

Dennis adalah teman kuliahku, dari semester awal aku mulai kuliah kita sudah berteman. Bahkan saking dekatnya kami, orang-orang berfikir kalau kita pacaran.

Kami memang sering menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi tidak hanya dengan Dennis, juga dengan sahabat ku Aliya.

Saat ini Dennis bekerja di sebuah stasiun TV swasta. Sedangkan Aliya memutuskan untuk mengambil magister di kampus kita.

Sebenarnya aku sudah tau lama kalau Dennis menyukaiku, tapi aku tidak mau merusak persahabatan dengan adanya cinta diantara kami. Apalagi aku tau kalau Aliya juga menyukai Dennis.  Dan Aliya juga tidak mau merusak persahabatan kami dengan cinta. Jadi, sampai saat ini kita masih berteman baik.

Siang itu di kantor

Bip...bip...bip... suara pesan masuk ke hapeku.

Terlihat nama pengirimnya Dennis.

"Ri, makan siang bareng yuk!"  Kebetulan studio tempat dia bekerja memang cukup dekat dengan kantorku.

"Hmmm... mau makan apa? Dimana? Semalam berbuat apa?" Ketikku membalas pesan Dennis sambil tertawa.

"Lu mah ya Ri, becanda terus. Hahhaha..."

"Dalam rangka apa nih lu ajak gue makan?"

"Dalam rangka merayakan temen gue ini udah kerja"

"Hehehe... ya Den, gue kan baru hari pertama kerja belum punya gaji lah buat teraktir lu makan"

" yaaa..... si Riana. Memang siapa ya yang mau minta ditraktir makan? Uang gue juga masih banyak gak perlulah diteraktir sama lu" jawab Dennis sombong

"Hmmm.... berarti bapak Dennis mau teraktir gue dong?" Jawab Riana semangat

"Iya bawel"

" oke deh gue mauuuuu...." jawab Riana kembali dengan semangat. Hari pertama kerja diteraktir siapa yang gak mau.

"Oke 10 menit lagi gue sampai kantor lo"

"Siap" jawab Riana singkat

Dan bener aja 10 menit Dennis udah nangkring di parkiran kantorku. Dia melambaikan tangannya ke arahku sambil tersenyum bikin tambah kelihatan ganteng pakai seragam hitam hitam khas stasiun TV itu.

" hai Dennis. Duh tambah kece aja akh pakai seragam kebanggaan kru tivi favorit itu" sapa ku sambil menggoda Dennis.

"Hahaha... bisa aja lu Ri, lu juga tambah cantik pakai baju dan rok rapih. Gak kaya waktu kuliah dulu dekil and kumel" tawa Dennis membalas ejekanku.

"Yuk jalan Den, nanti waktu makan siangnya keburu habis. Guekan pegawai baru takut telat baliknya nanti"

"Yuk, naik cepet" sahut Dennis sambil memberikan helmnya ke Riana.

Dan motor Dannis pun melaju dengan cepat kaya motor pembalab.

Sampai di tempat makan tanpa berlama-lama kami langsung memesan makanan. Daerah Tebet memang dikenal akan kafe dan restorannya yang beraneka macam. Jadi untuk cari tempat makan enak di sini gak terlalu susah.

"Ri, ada yang mau gue omongin" suara Dennis memecah konstrasi yang sedang serius melahap makan siangku.

"Iya, ngomong aja. Kenapa?" Sahut ku lagi, penasaran.

"Hmmm.... gimana ya?" Dannis terihat kikuk saat mau mulai bercerita.

"Ri, kitakan udah sama-sama lulus kuliah. Lu juga udah kerja, gue juga udah kerja dan Aliya juga udah lanjutin S2 dan udah ada yang khitbah" Dennis memulai percakapan

"Iya, terus???" Aku semakin penasaran

"Gue udah izin sama Aliya untuk nembak lu"

"Whaaaatttt....????" Akupun kaget denger Dennis ngomong itu dengan tenang tanpa basa basi.

"Iya, lu jangan sok kaget gitu deh. Dari dulukan lu tau kalau gue suka sama lu. Dan dengan alasan persahabatan kita lu jawabnya kita temenan aja.  Sekrang Aliya juga udah kasih lampu ijo dan kita udah sama-sama dewasa jadi gue pikir gue bisa mulai jalin hubungan serius sama lu"

"Hmmm.... hmmmmm... gimana ya Den?" Riana bingung.

Dalam kebingungan Riana tiba-tiba Dennis mengambil tangan Riana dan menggenggam erat.

"Ri, gue tau lagi dari dulu lu juga suka kan sama gue?" Dennis mulai keluarin jurus over percaya diri

"Kepedean banget sih lu Den" wajah Riana memerah malu

"Hehehe...gak apa-apa dong gue pede dari pada minder?" Dennis mulai menggoda

"Jadi gimana Ri? Please kali ini lu jangan tolak gue lagi ya?!" Wajah Dennis menjadi serius

Memang dari masa kuliah Riana juga menyukai Dennis. Siapa sih yang gak suka sama Dennis. Cowo ganteng baik hati dan dari keluarga berada. Yang penting Dennis selalu ada untuk Riana dan Aliya terutama Riana. Termasuk ketika Riana dan keluarga memutuskan pindah rumah dari Jakarta ke Bogor. Dennis tetap setia anter Riana pulang sampai Bogor kalau mereka ada tugas atau kuliah sampai sore.

Di tengah lamunan kegalauan hatinya tiba- tiba Dennis mencium punggung tangan Riana.

"Den, apaan sih lu. Malu tau" Riana kaget dan wajahnya memerah

"Habis lu bengong aja sih Ri" goda Dennis sambil tertawa dan bikin pertahanan hati Riana mulai goyang.

"Boleh kasih gue waktu?"

"Gak" jawab Dennis tegas

" ikh kok gitu sih Den, di mana- mana kalau ada cowo nembak cewe, cewenya itu dikasih waktu berfikir" protes Riana

"Memang gue kurang kasih waktu lu berfikir ya? 3 tahun lho gue nungguin jawaban cinta lu. Itu kurang lama apa?" Dennis mulai kesal

"Jadi gimana? Cepet katanya lu mau balik ke kantor cepet-cepet" Dennis mulai maksa

"Dennisss..... kok lu jadi maksa sih? Gue gak suka akh kalau dipaksa-paksa gini"

"Hehhee... iya iya maaf becanda kok sayang"

Seketika jantung Riana berdebar kencang

"Kok lu panggil-panggil gue sayang? Emang gue udah nerima cinta lu?"wajah Riana benar-benar merah

"Habis lu ga jawab-jawab jadi gue ambil kesimpulan kalau lu nerima cinta gue"

"Ikh... teori dari mana tuh?"

"Teori dari mata turun ke hati" Dennis senyum bikin aura gantengnya gak mau pergi.

"Teori yang aneh" gerutu Riana

Tapi entah kenapa Riana pun tidak mau menyangkal atau marah dengan kata sayang dan teori itu. Saat ini jantung Riana berdegub kencang. Hatinya dipenuhi kebahagiaan. 3 tahun dia menahan perasaan cintanya untuk Dannis karena menghormati persahabatannya dengan Aliya. Tapi sekarang dia gak mau nahan lagi, dia mau jujur pada dirinya dan Dennis kalau dia menyukai Dennis.

"Yuk gue antar lu balik ke kantor, nanti bos lu marah lu hilang makan siang kelamaan" Dennis memecahkan lamunan Riana

Tanpa berkata apa-apa Riana berjalan mengikuti Dennis.

Sampai diparkiran Dennis tiba-tiba memakaikan helm ke Riana. Riana super kikuk dan bingung. "Sebelumnya Dennis sering kok pakaiin Helm gini ke gue tapi kenapa sekarang gue dag dig dug gini ya?" Pikir Riana dalam hati.

Di depan parkiran kantor Riana

"Udah sampai" Dennis kembali mengagetkan Riana yang selama perjalanan terus diluputi rasa bahagia.

"Oh.... udah sampai ya...?? Perasaan kok cepet banget" gumam Riana

"Kenapa Ri?

"Ekh gak apa-apa Denn... makasih ya udah antar gue balik ke kantor"

"Sama-sama sayangku" jawab Dennis manis

"Ya Tuhan, copot deh nih jantung gue" pikir Riana kembali dalam hati

"Sayang, nanti pulang aku jemput aku anter ke stasiun" kata-kata Dennis sukses bikin Riana terbang ke awan.

Riana gak bisa berkata apa-apa. Dia cuma bisa senyum disertai wajahnya yang memerah.

"Duh cantik banget sih senyumnya pacar aku" Dennis mulai menggoda Riana lagi.

"Denniiiisss... apa sih iseng banget deh. Udah sana lu balik" sebenarnya Riana gak mau suruh Dennis cepet-cepet balik lagi ke studionya.

"Kok kalimatnya ga mesra sih yang, masih pakai lu gue?" Dennis memang suka godain Raina dan Raina sesak nafas

"Iya iya maaf... sa... yang" Riana gugup

"Makasih sayangku, aku balik ke studio dulu ya nanti pulang kerja kabarin biar aku jemput" Dennis memegang kepala Riana dengan lembut sambil memberikan senyuman mautnya dan berlalu dengan cepat.

Riana cuma bengong memihat pacar barunya pergi dengan motor CBR nya.

Hati Riana diliputi kebahagiaan. "Hari pertama kerja, hari pertama jadian sama Dennis. Ikhhh... seneng banget sih akutu hari ini" Riana berjalan masuk ke kantor sambil terus senyum bahagia.

avataravatar
Next chapter