webnovel

3. Alfano Gibadesta

Beberapa perawatan menunggu di depan songdo hospital.

"Ada apa? Apa ada pasien gawat darurat?" Tanya salah seorang dokter.

"Anak pemilik songdo hospital tiba-tiba sakit dan harus dirawat segera"

"Wah benar-benar ya anak orang kaya memang berbeda, pelayanan nya pun sangat berbeda" ujar dokter itu menanggapi seruan perawat cantik didepan, menilik penampilan beberapa perawat yang tidak sepeti biasanya.

"Itu dia datang dok, ayo kita bawa brangkar nya" seru perawat itu dengan senyum cantik.

Dokter muda itu ikut mendorong brangkar yang sudah di siapkan menuju sebuah mobil mewah yang baru saja tiba.

Dengan cepat ia membantu memindahkan seorang pria yang masih mengenakan handuk itu dari dalam mobil.

Sampai dimana ia menatap wajah pasien nya itu dan terdiam. Wajah itu, ia sangat mengingatnya. Di bagian leher dan dadanya terdapat bercak kemerahan yang membuat dokter Kissela sulit untuk bernafas.

"Hai! Kau tuli? Bekerjalah dengan benar bodoh" seru pria dengan wajah datar yang terlihat sangat sadis membuyarkan lamunan sang dokter.

Ya kissela adalah salah satu dari dokter ahli di songdo hospital rumah sakit milik keluarga Gibadesta.

Ia sudah bekerja selama satu tahun setelah dirinya lulus spesialis.

"Ba_ik" ujar nya gugup.

"Maaf , selain pasien dilarang masuk" seru Kissela dengan tegas pada ketiga pria itu begitu sampai didepan pintu ruang gawat darurat.

"Kau memerintah kami? Kau pikir kau siapa ha!" Bentak Leo dengan menarik jas dokter yang di kenakan Kissela.

"Maaf saya hanya melaksanakan tugas" balas Kissela dengan berani.

"Sudah, Leo jangan membuat ini menjadi lama" Ganesa berujar dengan nada dingin.

Saat cekalan di jasnya terlepas dengan segera Kissela menutup pintu ruang IGD lalu mulai memeriksa keadaan pasiennya dengan profesional.

"Dok, dia sangat tampan dan badannya bagus" seru salah satu perawat yang membantunya.

"Banyak kissmark di badannya, apa dia habis bermalam?" Seru beberapa perawat bersamaan.

Kissela yang mendengar nya tersedak, konsentrasi nya terganggu dengan obrolan beberapa perawat yang harusnya ia biasa saja.

Namun ini berbeda kissmark itu adalah perbuatannya.

"Apa dokter baik baik saja?" Tanya asistennya.

"Ya aku baik, ini sudah selesai" ujar Kissela dengan sopan.

"Baik dok, ayo segera kita buka handuknya, suguh aku penasaran" seru beberapa perawat yang tadi membantunya.

Kissela yang mendengar itu langsung berbalik dan mencegah salah seorang perawat yang ingin membuka handuk yang dikenakan Fano.

"Biar saya saja, kalian bisa keluar"

"Haa ternyata dokter Kissela kita tidak mau berbagi pemandangan indah" ujar seorang perawat dengan jenaka.

"Ehm apa yang kamu Katakan? Dia ini anak dari pemilik rumah sakit ini, jadi aku harus menjauhinya dari mata mata jelalatan kalian" seru kissela dengan jenaka.

"Aku hanya ingin melihat sedikit saja, karena yang kudengar dari beberapa temanku, dia sangat jantan" ujar seorang perawat yang berbadan sintal.

"Haiss sudahlah kalian bisa keluar dan bantu urus ruang rawat vvip untuk anak ini" balas Kissela sedikit mendorong para perawat itu agar keluar dari ruangan.

"Iyaaa baik lah dokter cantikk.. semoga kau tidak menerkam nya disaat seperti ini dan jangan lupa kirimkan Fotonya padaku" goda para perawat itu dengan kerlingan nakal.

Kissela hanya menanggapinya dengan senyum manis dan gelengan kepala.

Saat semua perawat sudah keluar dari ruangan itu, kissela melangkah kearah Fano yang masih terbaring diatas brangkar.

"Sepertinya aku sudah gila, kenapa harus dia anak dari pemilik rumah sakit ini" keluhnya sambil membuka handuk yang dikenakan Fano dengan sedikit memalingkan wajahnya.

"Hei anak nakal, kuharap ini terakhir kita bertemu" lanjut Kissela pelan.

Dengan perlahan ia menarik lepas handuk itu lalu dengan sabar ia memakaikan pakaian pasien pada Fano. Menghembuskan nafas kasar saat ia terus terbayang bentuk tubuh lelaki didepannya itu. Tangannya sangat gatal saat melihat kismark di dada bidang Fano, Kissela menyentuh dada itu dengan perlahan.

"Ini benar-benar gila, kau seperti pahatan patung dewa" serunya.

Ia menggeleng untuk menyadarkan pikirannya, dengan cepat memasang celana pasien dengan suguhan pemandangan yang para perawat inginkan.

Dengan cepat ia berjalan kearah pintu dan bertemu dengan ketiga pria yang masih menunggu diluar.

"Keluarga pasien" seru kissela.

"Bagai mana keadaan nya" seru seorang pria yang berwajah datar tadi.

"Tuan Fano baik-baik saja, hanya terlalu lelah" jelas Kissela dengan sopan.

"Kau sudah memeriksa nya dengan benar?" Serunya lagi dengan pandangan tajam.

"Ya, sudah saya lakukan" balasnya.

Ketiganya langsung masuk begitu saja tidak menghiraukan keberadaan kissela barang sedikit. Kissela yang melihat itu hanya bisa memutar bola matanya jengah.

"Sangat menyebalkan, tidak tahu sopan santun" keluhnya.

^^^^^^

Diruang vvip songdo hospital ketiga lelaki itu menunduk melihat ipad mereka fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Sampai suara ketukan pintu terdengar, membuat mereka mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.

"Masuk." Ujar Ganesa.

Perlahan pintu terbuka memperlihatkan seorang perawat yang terlihat cukup sexy dengan seragam yang terlihat terlalu kecil.

Dengan senyum yang dibuat semanis mungkin ia melangkah mendekati ketiga pria yang masih menatap nya datar.

"Maaf tuan, aku di tugaskan untuk menjadi perawat di ruangan ini" ujarnya malu-malu.

Al menaikan sebelah alisnya. Lalu kembali menatap iPad nya penuh minat.

"Keluarlah" seru Leo sedikit malas.

Mendengar bahwa dirinya di usir oleh ketiga pria tampan itu membuatnya menunduk diam.

"Maaf tuan, aku hanya di perintahkan dokter yang menangani pasien" balasnya pelan.

Ganesa yang semula fokus pada file kerjanya menatap kearah perawat itu dengan datar dan berdiri menghampirinya.

"Bawa dokter nya, suruh dia yang merawat pasien ini" bisiknya tepat di telinga perawat cantik itu.

Dengan cepat perawat itu mengangguk sambil tersenyum kearah Ganesa dan berjalan keluar ruangan.

Sepeninggalan perawat itu Ganesa mendengus saat melihat Fano belum juga sadar.

"Kurasa dia mati" ujarnya saat menghampiri Fano.

"Kau salah, dia lelah" ledek Leo cukup kencang.

Fano yang mulai terganggu perlahan membuka matanya. Saat melihat ruangan yang asing ia sudah sadar jika dirinya berada di rumah sakit. Ia melihat ketiga sahabatnya yang sedang tersenyum kearahnya. seperti tidak ada hari esok untuk mengintrogasi nya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Ujarnya dengan malas.

Ia memejamkan matanya berniat menghindar.

"Jangan bodoh dengan berpura-pura tidur" ujar Al yang sudah duduk di sebelah brangkar.

Fano menghembuskan nafas tajam, menatap kearah Al dengan malas.

"Aku kelelahan" itu saja penjelasan yang diberikan oleh Fano.

Al yang kurang puas dengan jawaban yang diterimanya berniat untuk melontarkan sebuah pertanyaan lain. Namun ucapannya tertelan lagi saat pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang dokter muda lengkap dengan jas putih dan alat medisnya.

"Selamat siang, maaf tuan-tuan. waktunya makan siang dan minum obat" ujarnya dengan senyum ramah.

Semua orang menatap kearahnya, begitu pula Fano yang menatap dokter itu dengan tajam, namun tak berselang beberapa menit iya tersenyum ramah.

"Kau bisa menyuapiku? Aku masih sangat lemas akibat ke-le-la-han" ujar Fano sedikit menekankan pada kata kelelahan.

"Maaf tuan Fano, bukan saya menolak tapi saya ini seorang dokter masih banyak pasien yang harus saya tangani, perawat pasti bisa menyuapi anda jika anda mau bisa saya panggilkan" tolak Kissela dengan alasan yang ia buat sebaik mungkin.

Fano menghembuskan napasnya kasar, wajahnya ia buat sekecewa mungkin.

"Aku tidak menyangka, pelayanan di rumah sakit ayahku seburuk ini, harus ku pecat direkturnya" sindir Fano yang membuat Kissela terpojok.

"Tapi pasien saya pasti bisa menunggu, ayo buka mulut anda biar saya suapi" seru Kissela dengan cepat.

Dengan jantung yang berdebar Kissela melangkah mendekati Fano yang masih terus mengamati nya.

Sedangkan Ganesa sudah kembali duduk dan bergelut dengan iPad milik nya sementara Al dan Leo bermain games untuk menghilangkan jenuh akibat menunggu terlalu lama.

"Kenapa pergi disaat aku masih tertidur?" Tanya Fano sambil mengamati dokter cantik yang sedang menyendokan bubur untuknya.

Kissela yang merasa diperhatikan menjadi sangat gugup. Ia berusaha untuk terlihat biasa saja lalu berbalik menatap pria yang masih terus mengamati nya.

"Maksud anda, tuan?" Balas Kissela berpura-pura tidak mengerti.

Fano terkekeh kecil mendengar wanita cantik dihadapan nya ini yang memilih berpura-pura tidak mengerti.

Ia mengangguk ringan dan membuka mulutnya saat Kissela memberikan satu sendok penuh bubur kearah mulutnya.

"Rasanya Manis dan sedikit asin, nikmat sama seperti yang kurasakan semalam" Tanya Fano lagi dengan wajah jenaka.

"Pasti makanannya sangat enak" Ujar kissela dengan gugup, bahkan sendok yang dipegangnya sedikit bergetar.

Fano menarik lengan kissela kearah nya.

"Sangat nikmat, sampai aku menginginkannya lagi! Apa mungkin bisa?" Seru Fano yang terlihat senang dengan respon gadis di hadapannya.

Ketiga pria yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini menatap kedua nya dengan penasaran.

"Mu_mungkin saja bisa, oleh karena itu anda harus pulih terlebih dahulu" jawab Kissela napas tertahan, jelas ia paham apa yang sedang dibicarakan laki-laki di hadapannya ini.

"Oh ya? Baik kalau begitu aku akan segera pulih dan mencobanya lagi" Seru Fano dengan tatapan lurus menatap Kissela.

"Aku tidak keberatan jika harus berbagi denganmu, kau tidak akan menolak bukan?" lanjutnya.

Ketiga sahabatnya yang mendengar itu serempak bergumam dan berpura-pura tidak mendengar.

"Jika kita bertemu lagi mungkin aku tidak ada menolak, tapi kuharap anda tidak akan bertemu dengan dokter seperti ku lagi, karena itu tandanya anda pasti sedang sakit" ujar Kissela dengan senyum sopan.

"Tapi jika kita bertemu di tempat lain?, Seperti di tepi tebing dipinggir kota misalnya" balas Fano dengan tenang memakan bubur yang di suapi  oleh Kissela yang terlihat makin tersudut.

"Diminum dulu obatnya, lalu tuan bisa istirahat" ujar Kissela mengalihkan pembicaraan.

Dengan tidak peduli Fano terus bertanya seperti orang bodoh.

"Jadi bagaimana? Kau mau berbagi sesuatu yang kemarin kucoba?" Ujar Fano masih dengan senyumnya.

"Kita lihat saja nanti ya tuan, sekarang anda istirahat dulu saja" jawab Kissela lalu berbalik untuk pergi.

Kissela berjengit saat sebuah lengan menarik lengannya hingga ia harus bertatapan sangat dekat dengan Di Fano. Ia menunduk menghindari tatapan tajam Fano yang lurus terhadap nya.

"Kau memilih aku mengingatkan nya?" Ujarnya dengan hidung yang menghirup aroma tubuh kissela dari ceruk leher dokter cantik itu.

Nafas kissela memburu saat merasakan hembusan nafas Fano di belakang telinganya. Entah sejak kapan tubuhnya begitu mendamba belaian dari pria ini.

"Maaf, ini sudah selesai, saya harus segera kembali" ujar kissela dengan membungkuk lalu pergi berlalu begitu saja.

Suara tawa Leo menjadi pembuka kesunyian sesaat setelah kissela pergi.

"Rasanya Manis dan sedikit asin, nikmat sama seperti yang kurasakan semalam" Ujar Leo pada Ganesa yang memutar matanya jengah.

"Sudahlah Leo, kau tidak akan tau rasanya jika ditinggalkan setelah bermain semalaman, dan ternyata dilupakan" balas Al dengan menahan tawa di bibirnya.

"Apa kau sampai tertidur? Apa begitu nikmat? Aku jadi penasaran" ujar Ganesa datar namun ucapan itu sangat menggangu Fano.

"Woo lihat wajahnya terlihat sangat tidak senang saat kau mengucapkan itu, apa seorang Gibadesta sedang jatuh cinta?" Seru Leo dengan tersenyum jenaka.

"Apa kalian tidak punya pekerjaan lain? Kalian terlihat seperti seorang pengangguran" ujar Fano, "sebaiknya kalian kembali ke kantor kalian masing-masing" lanjutnya dengan memejamkan mata menghindari tatapan penuh selidik para sahabatnya.

"Baik lah aku akan pergi, jika kau tidak ingin bercerita seberapa sempitnya celah itu" ujar Leo sambil berlalu menuju pintu.

Namun dengan tiba-tiba sebuah bantal melayang kearah kepalanya. Dengan cepat ia menghindar dan berlari keluar ruangan.

"Sial! Kalian juga keluarlah, aku ingin istirahat" usirnya pada Ganesa dan Al.

Keduanya dengan santai pergi keluar dari ruangan, "apa sangat sempit?" Celetuk Al, lalu berlari menyusul Ganesa didepannya.

Fano hanya bisa mengacak rambutnya frustasi, merasa sangat direndahkan oleh seorang wanita.

"Lihat saja kita pasti akan bertemu dan kau pasti akan kubuat bertekuk lutut memohon padaku" ujar Fano dengan semirk khas miliknya.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

HirmaYTcreators' thoughts