1 1

"Diumumkan kepada mahasiswa baru jurusan Ilmu Filsafat, diharap untuk segera membentuk formasi di lapangan utara."

"Cepat kemari !" Noah berteriak dengan lantang, membuat semua orang disana terdiam. Suara serak lelaki tersebut sangat khas di antara mereka semua, tak terkecuali para mahasiswa baru. Noah adalah Ketua Divisi Kedisiplinan Mahasiswa Baru di Jurusan Filsafat. Oleh sebab itu, mereka yang melakukan daftar ulang pasti pernah melihat Noah yang mengawasi mereka satu per satu dari pintu masuk. Tatapannya sangat datar, tanpa senyum. Rambutnya diikat sedikit ke atas. Sekilas ia menarik. Tetapi setelah memasuki masa orientasi mungkin mereka akan mengubah pikiran mereka.

Para mahasiswa baru membagi dirinya menjadi empat kelompok yang telah ditentukan pada saat pengumuman kelulusan ujian masuk. Mereka dikelompokkan sesuai urutan peringkat ketika nilai ujian keluar. Empat kelompok tersebut adalah A, B, C dan D dengan warna bendera kelompok yanh berbeda. Para anggota divisi kedisiplinan yang lain segera terjun sesuai tugas mereka masing – masing. Tak ada satupun dari mereka yang tersenyum.

Elle menatap mereka satu per satu, ada sesuatu yang ia cari. Perempuan itu tak mempedulikan bila ada senior yang memandangnya sengit, ia tetap tenang sambil mencari sesuatu. Hingga ia menemukannya.

"Kelsey..."

Suara Elle tidak terlalu keras, namun cukup untuk membuat semua orang memandangnya dengan aneh. Perempuan bernama Kelsey tersebut menoleh dengan tatapan bingungnya. Mereka bahkan tak pernah bertemu sebelumnya lalu bagaimana gadis berambut hitam tersebut tahu namanya ?

"Apa aku memberi perintah untuk bicara ?" Amanda menginterupsi Elle dari belakang. Senior cantik tersebut tak terlalu menakutkan dibanding yang lainnya. Tetapi tetap saja wajahnya garang menurut Elle, membuat ia langsung terdiam.

Elle sengaja memancing perhatian semua orang agar ia bisa melihat seseorang yang ia incar. Ia mau orang tersebut menatap matanya. Orang yang dimaksud Elle bukanlah Kelsey. Kelsey hanya sebuah pengalihan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang diincar Elle. Elle dan orang tersebut harus saling memandang agar Elle bisa memastikan pengelihatannya terhadap orang itu, seseorang yang ia lihat ada di masa depannya kelak.

"Aku ingin muntah." Tiba – tiba Elle bangkit dan lari begitu saja. Noah mengepalkan tangannya erat – erat kemudian menggertak marah, membuat semua orang disitu menunduk takut. Noah tak berniat marah tetapi di hari pertamanya mengatur kedisiplinan mahasiswa baru, sudah ada satu orang yang berulah seakan ia menantang seniornya yang sekarang sedang melatihnya. Dan orang yang dimaksud Noah adalah Elle.

***

Elle membasuh wajahnya perlahan. Ia menatap cermin lekat – lekat, menyadari bila ia tak seharusnya melihat hal tersebut. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya pelan. Ia tahu masuk ke universitas seperti sebuah langkah bunuh diri yang epik baginya. Seperti biasanya, tak akan ada yang mau berteman dengannya. Kecuali satu orang, yaitu orang yang ia sebut tadi. Kelsey McCarthy. Elle tahu bila mereka akan berteman baik kelak.

Elle bergetar ketika mendengar suara tapak kaki yang keras. Ia segera membalikkan badannya. Tepat ketika ia berputar, Noah ada di depannya dengan tatapan marahnya. "Apa aku perlu menulis namamu dengan tinta merah supaya kau mengulang tahun depan ?"

Mendengar ancaman seperti itu, Elle langsung menggeleng dengan pasti. Ia tak mau berurusan dengan Komisi Kemahasiswaan. Bukan ide yang baik sama sekali.

"Aku akan memberikan tugas tambahan untukmu. Sekarang kembali ke tempatmu !" Noah menggertak Elle tetapi perempuan tersebut justru terlihat biasa saja. Elle tidak bisa terlalu takut maupun terlalu berani pada suatu hal. Jadi bukan berarti bersikap biasa saja pada gertakan Noah merupakan tindakan menantang lelaki tersebut. Elle hanya kesulitan mengungkapkan emosinya.

Noah berdecak kasar ketika melihat perempuan di hadapannya ini seperti tak takut sama sekali padanya. Ia pergi begitu saja melewati Noah, bahkan tanpa menundukkan kepala.

"Sebaiknya kau tidak mengebut saat menyetir. Banmu sangat tipis." Noah langsung menoleh ketika Elle tiba - tiba berkata seperti itu. Dia memicingkan matanya dengan tatapan tak sukanya. Elle tersenyum dengan enggan kemudian meninggalkan Noah sendirian di depan washtafel.

***

"Elle, bagaimana kau tahu namaku ?" Kelsey bertanya dengan tenangnya. Perempuan itu sedang memakan pasta coklat yang dibelinya dari minimarket tadi bersama Elle. Elle menggeleng pelan sambil tertawa.

"Aku hanya menebaknya." Entah ia sudah berbohong berapa kali, Elle tidak pernah menghitungnya. Ia tadi berniat segera pulang karena Noah memberinya tugas rumah yang lumayan banyak. Namun Kelsey mencegatnya di depan gerbang dan tak ada pilihan lain lagi. Elle mengikuti Kelsey duduk di taman universitas padahal hari sudah gelap. Semata - mata karena Elle tahu bila Kelsey adalah satu - satunya teman yang ia punya di masa mendatang.

"Berkatmu, Noah menjadi pengawas di kelompok kita. Aku rasa aku akan senam jantung setiap hari." Ujar Kelsey dengan ringannya sementara Elle langsung waspada menoleh ke sekelilingnya sambil membungkam mulut Kelsey."Jangan terlalu keras ! Bagaimana bila ada orang yang mengadukannya pada Noah ?"

"Hei mereka sedang rapat di ruang senat. Jadi tenang saja oke ?" Kelsey kembali makan pastanya dengan tenang. Elle tertawa mendengarnya. "Lagi pula aku tidak terkejut dengan Noah. Kau tahu, dia hampir dikeluarkan dari kampus semester ini. Itu sebabnya ia mau bergabung dengan senat mahasiswa untuk menjadi panitia orientasi."

Elle memperhatikan bagaimana Kelsey membuang pastanya yang sudah habis kemudian ia membuka sebungkus roti dan membelahnya menjadi dua. Ia memberikan satu bagian tersebut pada Elle. Tiba - tiba perempuan itu tertawa keras. "Elle ayolah jangan seperti itu ! Lexington tidak terlalu besar jadi kita tahu semuanya. Maaf, bukan aku. Kakakku yang tahu semuanya. Aku sama dengan Noah. Kami tidak sekolah disini sebelumnya."

"Maksudnya ?" Elle memicingkan matanya. Ia sungguh bingung dengan ucapan Kelsey barusan. Kelsey mengangkat alisnya serentak dengan bahunya. "Kau benar - benar tidak tahu?"

"Tidak." Jawab Elle dengan lugas. "Baiklah. Noah adalah pindahan dari New York, begitulah kata kakakku. Kakakku adalah teman sekelasnya."

"Untuk apa dia meninggalkan New York dan pindah ke kota kecil seperti ini ?"

"Bukankah itu pertanyaannya ?" Kelsey mengedipkan matanya pelan kemudian memakan rotinya lagi.

"Katamu kau sama dengan Noah tadi, maksudnya ?" Elle benar - benar tak bisa menahan berbagai pertanyaan yang muncul di kepalanya. "Ah.. itu. Maksudku, aku juga pindahan, tapi aku datang dari Washington. Aku pulang dari sana karena aku harus menjalani beberapa terapi dan sebuah operasi jantung."

"Operasi ?" Sekali lagi Elle terkejut.

"Aku punya kelainan jantung bawaan. Kita tak perlu membicarakannya." Kelsey tersenyum lebar.

"Kakakku teman sekelasnya Noah. Katanya Noah adalah orang yang sangat tertutup. Dia adalah malaikat pembuat onar di kampus." Elle spontan menarik bibirnya ke samping. Perempuan tersebut langsung bersandar sambil mengusap wajahnya perlahan.

"Noah sebenarnya tidak berbuat onar. Dia hanya kesulitan mencari lingkungan yang cocok untuknya." Perempuan tersebut tersenyum sendiri. "Aku juga kurang suka dengan Noah. Menurutku dia aneh, meluap - luap." Kelsey menggelengkan kepalanya beberapa kali yang membuat Elle tertawa. Ia langsung menoleh pada jam tangannya lalu tersipu sendiri.

"Beri aku waktu 183 hari untuk membuatnya berubah." Ujar Elle mantap. Kelsey menahan kunyahannya kemudian menatap Elle dengan tanda tanya besar di matanya. "Maksudmu ?"

"Aku akan membuatnya berubah dalam 183 hari. Ya... Aku melihat di arloji sekarang pukul 18.30 dan aku merasa ini dapat menjadi angka keberuntunganku." Elak Elle dengan cerdas. Kelsey nampak langsung percaya dengan ucapan Elle kemudian perempuan itu tertawa.

"Kau pasti bercanda !" Ia melanjutkan tawanya tadi yang sempat terjeda. Elle ikut tertawa bersama Kelsey. Dan ia menyadari sesuatu ketika matanya bertemu dengan mata Kelsey. Bayangan itu muncul begitu saja di kepalanya. Senyumnya menyurut seketika.

"Hanya ada dua pilihan, dia hidup dengan bantuan alat - alat ini atau kita bisa merelakannya pergi. Kelsey tidak akan bisa sembuh. Dia tetap akan seperti ini."

Lalu semua orang disana menangis terisak. Elle bisa merasakan bila ibunya adalah orang yang paling berduka disana hingga ia sempat terjatuh pingsan beberapa saat.

"Elle ? Apa kau mendengarku ?"

"Ah... Iya ? Ada apa ?"

"Jangan melamun, aku dengar taman ini berhantu." Bisik Kelsey sambil menyenggol bahu Elle. Perempuan itu tertawa seketika. "Apa kau percaya hantu ?"

"Hei tentu saja aku percaya. Aku melihatnya tadi." Jawab Kelsey dengan ketus. "Dimana ?" Elle tampak tertarik dengan topik pembicaraan tersebut sehingga ia mencondongkan badannya ke depan.

"Orang yang tadi memberimu tugas tambahan, dia hantunya !" Sontak tawa mereka mengudara di taman. Elle tahu bila perempuan ini tidak benar - benar serius sehingga ia juga tak terkejut dengan jawabannya. Tiba - tiba ia teringat apa yang ia lihat tadi pagi saat Noah benar - benar ada di depannya. "Elle ?"

"Noah !" Elle berlari begitu saja begitu ia merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Kelsey tak langsung mengejar Elle melainkan merapikan bungkus makanan terlebih dahulu.

Elle menoleh ke sekeliling, mencari dimana letak persimpangan terdekat untuk keluar dari kampus tanpa harus melewati gerbang utama. Perempuan itu memutuskan untuk menerobos pagar yang sudah tertutup dengan memanjat dan melompatinya. Ia lari begitu saja begitu ia berhasil keluar dari area kampus.

Sepanjang Elle berlari di trotoar, bayangan yang ada di kepalanya terasa semakin jelas. Ia bahkan tak tahu apakah yang ia alami sekarang adalah nyata atau ilusi. Tepat di belokan kedua, ada beberapa orang berkumpul di pinggir jalan, membuat Elle semakin yakin atas apa yang ada di otaknya saat ini. Sambil terengah - engah, ia menghitung dengan pasti orang yang berada di sekitar Noah.

"Delapan, sama seperti pengelihatanku." Gumamnya dalam hati. "Noah..." Elle menjatuhkan tasnya begitu saja lalu menghampiri Noah yang terduduk di tepi trotoar.

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak mengebut ?" Elle terdengar sedikit marah disana walaupun sebenarnya ia hanya berusaha menyesuaikan nafasnya. Tetap saja Noah merasa terintimidasi dengan Elle.

Elle juga baru sadar bila Noah terjatuh cukup dekat dengan Halaman Graha Senat. Itu sebabnya semua orang yang bergerombol disana adalah senior anggota senat. Tapi ia masa bodoh dengan hal tersebut. Ia tetap membalut tangan Noah dengan kasa yang tadi ia keluarkan dari tasnya. Dengan sangat cepat ia menggunting kasa tersebut lalu menempelkan sebuah plester di ujungnya agar kasa tersebut tidak terlepas.

Noah merasa semuanya terjadi sangat cepat. Ia terselip kemudian terjatuh begitu saja. Ketika ia berusaha bangkit, teman - temannya berdatangan dan membopongnya ke tepi trotoar. Lalu sedetik kemudian, mahasiswa baru yang tadi pagi ia marahi tiba - tiba saja ada di depannya dengan keringat yang mengucur di pelipisnya. Ia memarahi Noah dan membalut lukanya dengan cepat. Noah bahkan belum bisa berpikir karena ia masih terkejut atas kejadian barusan.

"Elle !" Giliran Kelsey berhasil menyusul Elle, Elle langsung bangkit dari hadapan Noah. Ketika Kelsey ingin mendekat, Elle langsung menarik tangannya untuk menjauh dari kerumunan tersebut, membuat Kelsey bingung melihat kesana kemari.

"Kita tidak seharusnya disini. Ayo pergi ke perpustakaan, kita masih punya banyak tugas." Bisiknya pelan pada Kelsey. Kelsey sejak tadi menoleh ke belakang karena Noah terus menyuruh mereka untuk berhenti namun Elle tak menghiraukannya sama sekali.

"Berhenti kau sialan !"

Begitu Noah mengumpat dengan keras, Elle langsung berhenti seketika. Ia menoleh dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

"Begitukah caramu mengucapkan terima kasih ? Apakah kau akan memberi contoh seperti itu pada mahasiswa baru ?" Ujarnya pelan, namun menusuk. Sebenarnya Elle tidak terkejut karena ia sudah tahu bila Noah adalah orang yang sedikit tempramental. Elle juga tak peduli bila disana banyak senior yang menatapnya sinis, seolah - olah akan memakannya sebentar lagi.

"Siapa namamu ?" Tanya Noah tanpa menggubris sindiran Elle barusan.

"Bukankah tadi pagi kau mengancamku bahwa kau berniat memasukkan namaku dalam daftar merah ? Bagaimana bisa kau tidak tahu namaku ?" Tandas Elle dengan mantap. Ia berbalik kemudian menggandeng Kelsey pergi dari sana.

"Barusan tadi sangat keren !" Kelsey tertawa pelan sambil berbisik pada Elle. "Aku tahu." Elle ikut tertawa pelan.

Noah memandangi kepergian mereka dengan senyuman sinis. Mahasiswa baru itu benar - benar menguji kesabarannya.

"Hei Noah..."

"Siapa dia ?" Ucap Noah dengan ketusnya, tak memberi kesempatan Amanda untuk menanyakan keadaannya."Stevielle Grace." Sahut perempuan berkulit gelap yang berada tepat di samping Noah. Ia adalah Sarah, sang ketua senat.

"Apakah dia mengatakan sesuatu ketika kau menghampirinya di kamar mandi tadi ?" Tanya Sarah hati - hati. Noah tampak curiga melihat ekpresi teman - temannya satu per satu.

"Dia berkata aku tidak boleh mengebut."

"Dan sekarang kau benar - benar terjatuh." Cetus Sarah cepat. Ia segera mengelap darah Noah yang terciprat hingga ke celananya. "Tunggu, ada apa ini ? Mengapa ekspresi kalian seperti itu ?" Noah tak bisa menyembunyikan pertanyaan itu lebih lama lagi. Sejak tadi ia lebih fokus terhadap mimik wajah teman - temannya yang menjauhi Elle ketika perempuan itu tiba.

"Kami tidak tahu benar atau tidak, tapi rumornya Elle bisa melihat... " Sarah berhenti sejenak sambil mengatur nafas. Sejak tadi ia gugup ketika melihat kedatangan Elle yang tiba - tiba.

"Melihat apa ?" Nada bicara Noah meninggi seketika yang membuat Sarah langsung menatapnya tajam.

"Bisa melihat masa depan seseorang."

"Kau serius ?" Noah tertawa kecil setelahnya.

"Apa aku terlihat bercanda ?" Suara Sarah tiba - tiba menjadi dingin. Noah melipat mulutnya ke dalam seketika. Sejenak ia menoleh pada motornya. Awalnya ia biasa saja hingga ia tersadar akan sesuatu. Ia melihat ban motornya lekat - lekat.

"Sebaiknya kau tidak mengebut saat menyetir. Banmu sangat tipis."

Otaknya terguncang seketika. Awalnya Noah berpikir bahwa jatuhnya ia di jalan hanya sebuah kebetulan. Tetapi saat ia melihat ban motornya, apa yang dikatakan Elle tadi pagi sama persis dengan apa yang ia lihat sekarang. Ban motornya sudah sangat tipis.

"Sarah tak bercanda soal perempuan itu." Batin Noah dalam hati.

avataravatar
Next chapter