3 Chapter 2: Less Words

Di hadapanku saat ini merupakan pintu besar yang terbuat dari besi entah baja, aku tidak terlalu tahu akan material bahan logam.

   "Mblo! Kita berpisah!"

Seru Tsukasa kepadaku yang bersama dengan Kouon di sampingnya, mereka berdua memberikanku sebuah jempol dengan kedua tangannya. Ya, kami bertiga harus masuk ke sekolah ini dan bersama kembali.

   "Baiklah, tes pertama akan dimulai dalam satu, dua, tiga!"

Suara wali kelas tadi menggema di telingaku, entah kenapa para peserta bersorak dengan semangat menunggu saat-saat penting seperti ini.

Pintu terbuka, para peserta segera masuk ke dalam begitu pula denganku dan kedua teman somplakku yang berpisah.

Setiap peserta yang telah mengalahkan robot akan diumumkan dalam sebuah layar televisi yang ukurannya besar. Namun di dalam bangunan ini tidak diperlihatkan sehingga mau tidak mau kami harus berjuang sekuat tenaga.

Aku segera berlari ke depan untuk mencari robot yang tersisa karena aku mendenger seorang murid laki-laki telah mendapatkan tiga puluh poin. Dengan segera, aku menemukan robot nomor dua dengan ukuran besar.

Seperti yang terjadi, dia menyerangku karena pemrograman robot ini hanya untuk menyerang para murid pengguna kemampuan Ribel. Berlari dengan cepat menghindari laju pukulannya yang membuat jalanan aspal hancur.

Mengerahkan segenap tenaga pada tangan kananku lalu meluncurkan pukulanku pada kaki robot tadi. Ya, aku berteriak kesakitan dan aku tidak menyangka akan sekeras ini.

Ketika aku panik karena rasa sakit pada tanganku tidak kunjung hilang, robot tadi mengayunkan pukulannya kembali dan itu hampir sekali mengenai tubuhku. Rasa sakit karena goresan luka yang aku terima pada pipi sebelah kananku membuat adrenalin dalam tubuh dipercepat.

Ya, aku membutuhkan situasi ini untuk menggunakan kemampuan Ribel milikku. Dengan segera, aku membuka ponsel milikku lalu membuka halaman mengenai Urogar yang ada pada sebuah cerita yang berjudul The Su**oner.

   "Manusia akan terus berkembang, ketika ia merintih meminta ampun pada sang hukum. Urogar, datanglah!"

Di hadapanku terdapat rangkaian merah yang berbentuk layaknya lensa teleskop yang kian mendekatiku. Dengan cepat, aku segera memukul rangkaian tersebut dengan segenap tenaga.

Semburan api dahsyat keluar dari rangkaian merah yang ada di hadapanku saat ini. Api itu semakin membesar lalu terbang ke atas, muncul sesosok naga merah yang aku kenal dari cerita yanh aku baca.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Urogar sang Naga Merah menghancurkan dan meleburkan setiap robot yang ia temui. Tanpa pandang bulu namun hanya mengincar robot yang aku maksud.

Kekuatan Ribelku telah dikembangkan sedemikian rupa, kedua teman somplakku pun mendapatkan tingkatan kekuatan yang luar biasa hebat. Lalu denganku? Ribel yang langka, itulah yang aku dapatkan.

Kemampuanku dapat menjadikan suatu kenyataan dengan apa yang aku lihat maupun membayangkannya dan aku dapat membuat mereka nyata. Kemampuan ini bukanlah illusi semata karena aku sendiri yang menjadi uji coba Ribelku.

Banyak yang mengatakan Ribel ini hanya halusinasi yang aku buat, namun Ribel ini berbeda jauh dengan yang ada biasanya. Aku dapat memanggil suatu makhluk yang aku imajinasikan sampai mendetail layaknya Urogar pada sebuah cerita yang terdapat illustrasinya.

Namun ada masalah pada kemampuan ini, kemampuan ini akan aktif jika saja aku berada pada keadaan yang tidak memungkinkan lalu membayangkan suatu makhluk itu sulit. Akan tetapi, semua itu akan berbeda jika aku melihat gambar makhluk yang akan aku panggil dengan Ribelku sehingga akan mudah.

Aku belum mendengar namaku dipanggil, apakah Urogar gagal? Tetapi, sedari tadi dia masih menghancurkan robot-robot yang menghalanginya.

   "Apakah ada kesalahan?"

Aku segera menggulir layar ponsel pintarku, menunjukkan pada halaman Behemoth pada illustrasi perubahannya yang berwujud kucing besar bersayap. Lalu menggulir kembali ke halaman sebelumnya yang terdapat informasi Fenrir.

Dua rangkaian berbentuk lensa teleskop berwarna ungu dan biru tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Aku tidak lagi memukulnya, akan tetapi mendorongnya terlebih dahulu lalu menyengkeramnya dan menariknya kembali.

Es berukuran besar memenuhi aspal yang ada di hadapanku lalu membentuk serigala berukuran besar dengan warna rambut berwarna putih. Satu lagi merupakan kucing berukuran besar yang memiliki sepasang sayap pada punggungnya.

Beda halnya dengan digital, jika gambar makhluk yang kupanggil ada pada lembaran kertas maka gambar makhluk yang aku panggil akan hilang di lembaran kertas tersebut.

Kekuatanku telah kunamai karena kedua temanku selalu memaksaku untuk memberikan nama yang keren. The Book Of Ribel, itulah kemampuanku dalam memanggil makhluk mitologi mau pun yang lainnya.

Akan tetapi ...

Ketiga makhluk yang kupanggil dan tadinya sangar sekarang berubah ke wujud kecil selain itu ketiga makhluk ini menggemaskan. Mereka kembali ke tempatku dengan wujud kecil, Urogar menetap di atas kepalaku lalu Fenrir dan Behemoth menempel di kedua pundakku.

Yah, aku tidak boleh protes karena ini. Kemampuanku terdapat efek samping yang membuat wujud sangar berukuran besar menjadi kecil dan menggemaskan. Aku masih belum mengetahui cara mengatasi efek samping ini, dan inilah yang membuatku sering kali pegal karena harus membawa mereka bertiga.

Aku berlarian mencari sisa robot dengan tenggat waktu yang tipis, menemukan robot bernomor satu dan aku segera menyuruh Urogar untuk menembakkan semburan api. Akan tetapi, ia malah bermalas-malasan lalu ia terlihat bersendawa bukannya menyemburkan api yang kusuruh.

Tiba-tiba saja, puluhan tombak air menghujani robot yang aku incar lalu datang seorang laki-laki dari arah gang samping kiri.

   "Tsukasa?"

   "Lah? Kau sudah mengalahkan beberapa?"

   "Ya, tapi lihatlah ... "

Aku menunjuk tiga makhluk yang sedang merangkul tubuh bagian atasku, Tsukasa hanya tersenyum kecil namun aku tahu di dalam hatinya saat ini ia sedang menertawaiku.

   "Aku pergi dulu, sepertinya orang pertama yang menduduki peringkat satu adalah Shion."

   "Shion? Oh, berandal yang ada di kelas sebelah itu."

   "Ya, kalau begitu berjuanglah."

Sahut Tsukasa seraya menggunakan Ribel miliknya, ia mengubah embun-embun yang ada di udara lalu menjadi kumpulan air yang menyelimuti kedua tangannya. Meskipun begitu, Tsukasa sangat kuat karena ia akan menggetarkan lapisan air ketika mengayunkan tangannya sehingga besi sekeras apapun akan terbelah.

Aku akui kemampuan Ribel milik Tsukasa sangatlah Over Power, akan tetapi ada seorang lagi yang lebih kuat dari Tsukasa tidak lain adalah Kouon Youma.

Sedari tadi aku mendengar nama Kouon berada di peringkat enam lalu Tsukasa ada di peringkat ke tujuh. Yang menjadi misteri adalah, kenapa namaku tidak dipanggil?

   "Waktunya tinggal satu menit lagi! Kejutan akan kami keluarkan!"

Seru guru pengguna Ribel yang dapat meningkatkan frekuensi suara, karena aku terpikirkan akan kata-katanya yang berupa kejutan. Tanpa sadar, dari balik gedung yang menjulang tinggi muncul robot ukuran raksasa bernomor nol yang memiliki seratus poin.

   "Ya Lord!? Bos terakhir muncul."

Ketiga makhluk yang aku panggil menghilang bagaikan serpihan kaca yang terbawa oleh angin. Selain itu, kemampuan Ribel yang telah ditingkatkan akan semakin Over Power jika penggunanya terampil dalam penggunaannya.

Para peserta yang ada di sekitarnya segera berlarian terbirit-birit agar terhindar dari robot raksasa tersebut. Ya, kemampuanku kembali aktif namun dua kondisi yang aku perlukan telah memenuhi syaratnya.

Aku memejamkan kedua mataku lalu menghela napas, menatap robot raksasa yang membuat peserta lain berlarian dengan rasa takut untuk menghindarinya. Kemampuan Ribel milikku akan kugunakan sepenuhnya sekarang ini.

Akan tetapi ...

*Brakk

Seorang perempuan dengan tubuh yang maskulin tiba-tiba saja datang dan menendang kaki robot raksasa bernomor nol ini. Hasil dari tendangannya membuat kerusakan pada kaki robot yang ia serang dengan segenap kekuatannya.

   "Lecia!?"

Seruku tanpa sadar dan membuat perhatian Lecia teralihkan oleh suaraku yang memanggil namanya. Dari kaki robot yang diserang oleh Lecia, muncul sebuah speaker yang mengeluarkan getaran suara yang membuatku tidak tahan.

Karena terganggu, aku tidak bisa menggunakan Ribel milikku dan Lecia terlihat bertekuk lutut tidak berdaya dengan kedua tangannya memegang telinga.

Dengan terpaksa, aku menggunakan Ribel milikku lalu memanggil Urogar yang merupakan naga dari imajinasi yang aku pikirkan dengan cepat. Semburan api berukuran besar layaknya tornado api menjulang ke atas, muncul seekor naga merah sangar yang langsung menabrakkan dirinya ke robot bernomor nol.

Akan tetapi, Urogar langsung menghilang kembali layaknya serpihan kaca yang terbawa angin. Untungnya suara speaker yang membuat pendengaranku terganggu kini telah berhenti.

Dua orang teman somplakku datang dari kedua belah samping, Tsukasa memotong kaki robot tersebut dengan air yang melapisi tangannya dan Kouon melumpuhkan sistem program robot tersebut dengan menyentuh kakinya.

Dua orang ini sangatlah kuat dibandingkan dengan Ribel milikku. Dengan segera, mereka berdua kembali ke tempatku lalu mencoba membantuku untuk berdiri.

Ya, aku merasakan rasa pertemanan yang kuat pada situasi saat ini. Namun di dalam pikiran mereka berdua hanya terfokus dalam mengalahkan robot yang bernomor nol ini agar mendapatkan nilai seratus poin.

Panitia yang memperhatikan tes ini mengumumkan bahwa waktu yang tersisa hanya tiga puluh detik lagi. Namun yang membuatku penasaran sedari tadi adalah ... namaku masih belum dipanggil!

   "Akan kukalahkan robot ini!"

Sahut Tsukasa dan Kouon secara bersamaan, ketika mereka berdua berniat untuk berlari dengan mempersiapkan Ribel mereka berdua. Sebuah dinding es menghalangi jalan mereka berdua, seorang perempuan yang memiliki Ribel elemen es datang menganggu.

Tsukasa dan Kouon terlihat kesal karena perbuatan pengguna Ribel elemen es tersebut. Akan tetapi, batas waktu untuk mengalahkan para robot telah habis dan itu terasa sebentar bagiku.

Tsukasa dan Kouon terlihat kecewa namun mereka menunjukkan senyuman kecil mereka.

   "Sudah lama aku tidak melihatmu menggunakan Ribelmu."

Celetuk Kouon dengan wajah malas dan itu membuatku ingin menampolnya, aku hanya mengucapkan terima kasih entah dia memujiku entah ia mengejekku.

Lalu, setelah tes kali ini kami dipulangkan dan daftar peserta yang lolos akan disiarkan di layar televisi channel yang sudah ditetapkan.

* * * * * * *

Berendam di bathtub sangat menyenangkan, aku bisa mandi bersama dengan Urogar, Fenrir, dan Behemoth dengan bentuk kecil mereka. Ibuku tidak tahu soal ini dan ia menganggap Ribel milikku tingkat rendah seperti miliknya.

   "Nak! Daftar peserta yang lulus akan disiarkan!"

Seru Ibuku dari ruang tengah dan itu terdengar olehku, aku tidak mengucapkan sepatah katapun karena menanggapi panggilan Ibuku dengan berteriak sama saja dengan tidak sopan dan tidak menghormatinya.

Aku segera beranjak dari bathtub lalu meraih handuk pada gantungan baju yang ada di balik pintu. Ketiga makhluk yang aku panggil mengucapkan selamat tinggal dengan lambaian tangan kepadaku dan mereka pergi layaknya serpihan kaca.

Segera pergi ke kamarku terlebih dahulu dengan handuk yang menutupi tubuh bagian bawah. Karena televisi ada di dekat ruang tengah yang menyatu dengan ruang makan karena itu aku harus melewati Ibuku yang sedang duduk di sofa.

Segera memakai kaos berwarna abu dan celana pendek berwarna hitam, mengeringkan rambutku yang agak berantakan namun aku kembali berpenampilan kucel karena aku menyukainya.

Segera turun ke lantai dasar setelah semuanya siap, aku duduk di samping Ibuku yang terlihat sudah tidak sabar mendengar namaku yang mungkin saja lolos.

Setiap nama yang diumumkan oleh seorang guru yang memiliki bentuk tubuh panda namun memiliki kecerdasan yang tinggi. Dan kejanggalan terjadi, dua puluh lima peserta diperlihatkan pada sebuah papan dan namaku tidak tertera.

Tiba-tiba saja ponsel milikku berdering di atas meja makan, aku segera meraihnya dan itu merupakan panggilan dari salah satu temanku yaitu Kouon Youma.

   "Mblo, kau sudah lihat daftarnya? Sepertinya aku lupa menulis namamu di lembaran pendaftaran masuk. Dan carilah papan nama yang berisikan tanda tanya, itu kemungkinan dirimu."

Sahut Kouon melalui telepon, aku langsung memutar otak lalu berbalik badan melihat Ibuku sedih karena namaku tidak muncul. Aku segera menghampiri layar televisi dan menemukan papan nama yang berisi tanda tanya.

Aku berada di urutan nomor ... Enam belas, Kouon berada di urutan nomor delapan. Tsukasa berada di urutan nomor lima, dan Lecia berada di urutan nomor sembilan.

Sebuah keajaiban karena aku dapat memasuki peserta terbaik, Ibuku yang sedang bersedih melihat namaku tidak muncul pun aku jelaskan.

Dan besok, merupakan hari kami para peserta yang lolos akan bersekolah di sekolah ternama yaitu SMA Shuuen.

To Be Continue ....

avataravatar