1 Pertemuan

Di sebuah padang rumput yang mengering berwarna merah darah, berdiri ribuan macam senjata seperti pedang, tombak, kapak dan lain sebagainya. Tak jauh dari nisan senjata tersebut, terlihat seseorang dengan jubah lusuh menutupi seluruh tubuhnya menatap sebuah reruntuhan yang jauh disana.

Langit tampak gelap dan akan selalu gelap, segalanya terlihat abu-abu dan negatif, seperti itulah gambaran tempat itu, tak ada sedikitpun terlihat kehidupan, bahkan orang tersebut tidak terlihat seperti makhluk hidup.

Di sisi lain, terlihat siluet sebuah bukit kecil, itu yang terlihat dari kejauhan, namun sebenarnya itu bukanlah sebuah bukit, melainkan tumpukan mayat yang begitu banyaknya hingga membentuk sebuah bukit.

Diantara kengerian dan kebisuan tempat itu, samar terdengar langkah kaki dari kejauhan. Semakin lama, logam baju zirah yang bergesekan terdengar jelas dan memecah keheningan. Orang itu perlahan menoleh ke arah datangnya suara, memperhatikan seorang ksatria berbaju zirah perak berjalan menghampirinya.

Angin dingin menerbangkan jubah lusuh orang tadi, memperlihatkan sebagian tubuhnya yang mengerikan, atau dekil.

seluruh tubuhnya dipenuhi debu yang menempel pada darah kering. Mungkin orang mengira itu adalah kulit asli seorang monster.

"Demon Lord. . ." bisik sang ksatria yang kemudian mengeluarkan pedangnya dan memasang kuda-kuda.

"Namaku adalah Kaho Funkelnd, ksatria yang dipilih oleh Raja Mordukh. Dengan pedang suci Claiom, aku akan menghabisimu dan menghadiahkan dunia sebuah kedamaian!"

"Dan juga. . . *berbisik*"

Ksatria itu langsung menyerang pria berjubah yang dia sebut sebagai Demon Lord,

"Laevatein."

#Clankk!!

Sebuah pedang seketika muncul di genggaman tangan pria berjubah itu dan menahan tebasan sang ksatria, menimbulkan bunyi mendengking yang cukup keras.

Dengan gerakan yang sangat cepat, ksatria tersebut berpindah kesamping pria berjubah dan menebaskan pedangnya.

Namun serangan itu berhasil ditahan lagi.

Ksatria tersebut terus melancarkan tebasan beruntun, namun semua serangan tersebut dengan mudahnya ditangkis. Lalu dia berhenti dan mundur, menyadari ternyata semua serangannya berhasil ditahan dengan mudah tanpa sedikitpun berpindah tempat.

Pria berjubah itu mengangkat tangannya dan menebaskan pedangnya ke arah ksatria itu.

#Boomm!!

Hanya dengan satu tebasan, menimbukan sebuah ledakan yang sangat besar mengenai ksatria yang tidak sempat menghindar.

Baju zirah ksatria tersebut hancur, namun yang justru terkejut adalah sang pria berjubah. Melihat sosok seorang wanita berwajah oriental dengan rambut sebahu, menggenggam pedang suci Claiom dengan lengan gemetar.

Pria berjubah itu perlahan mendekati ksatria itu, terlihat masih terkejut dengan apa yang ada dihadapannya.

"*bisik*. ." pria itu bergumam.

Ksatria itu tidak memperdulikan pria berjubah dan segera melompat mundur, lalu berdiri tegap dan menaruh pedangnya di dadanya.

"O Dewi Cahaya, sucikanlah tempat ini beserta apa saja yang mengandung unsur gelap dan jahat. Luminescence!"

Pedang suci Claiom menyala sangat terang, kemudian disusul tubuh ksatria tersebut juga ikut menyala terang.

Bagaikan lentera yang mengusir gelapnya malam, langit yang tadinya terlihat suram dan abu-abu kini terlihat biru dan terang.

"Heh. . . Akhirnya, aku bisa pulang."

#Bruk

Ksatria itu jatuh tak sadarkan diri.

Jatuh tepat di hadapan pria berjubah yang dia pikir sudah musnah bersamaan dengan kegelapan yang menyelimuti tempat tersebut.

Sementara pria itu, tengah takjub melihat birunya langit di atas sana.

"Sangat indah. . ."

-

avataravatar
Next chapter