1 Zach Wireman Pradipta

Cowok tampan, tinggi, berkulit putih kecoklatan, hidung mancung, mata hazel. Bisa dikatakan nyaris sempurna sesuai rta-rata tipe ideal para gadis pendamba laki-laki perfect. Apalagi dia adalah seorang komandan Paskibra di SMA Wiradi,itu merupakan nilai plus baginya. Kalian tentu bisa mengetahui bagaimana itu menjadi nilai plus..

Eskul Paskibra merupakan salah satu ekstra kulikuler elit apalagi anggotanya terdiri dari laki-laki tampan dan juga para wanita cantik.

Namun sayang seorang Zach Wireman Pradipta memiliki nilai minus dalam sikap dan sifatnya. Pribadi yang dingin, datar cuek, dan ketus ketika berbicara, ia tidak perduli dengan orang disekitarnya.

Zach mengabaikan keringat yang mengalir dipelipisnya, keringat terus mengalir dengan derasnya, begitu juga sinar matahari yang saat ini tengah bersinar dengan terang. Jika dirasa maka sinarnya seakan membakar kulit.

Zach tidak perduli dengan kondisi saat ini mulutnya dan tubuhnya tidak berhenti memberikan komando kepada pasukannya yang sedang berlatih barisan ditengah lapangan.

Zach terus berjalan dan sedikit berlari kesana kemari memperhatikan gerakan pasukan paskibranya, menatap tajam tanpa melewatkan sedikitpun gerakan-gerakan berbari yang dilakukan anggota paskibra. Dia sedikit berfikir mengenai formasi yang akan dia persiapkan nantinya menjelang perlombaan PBB (Peraturan Baris Berbaris)

Saat tengah berfikir keras bagaimana cara membuat formasi yang beda dengan sekolah lain. Tiba-tiba terdengar sebuah suara...

Brukkk brukkk

Suara itu mengagetkan semua orang, itu suara seseorang yang jatuh. Ia adalah salah satu pasukan paskibra. Ya, salah satu dari mereka ada yang pingsan. Mungkin karena sudah tidak kuat menahan lelah dibawah teriknya sinar matahari.

Zach dan lainya segera mengelilingi anggota tersebut. Ia melihat dengan seksama pasukannya tampak wajah lelah dan lesu disetiap wajah mereka.

"Latihan selesai" ujar zach sembari berdiri dari jongkoknya dan berjalan pergi meninggalkan kerumunan para pasukan paskibra dan para Anggota Palang Merah Remaja yang menangani gadis itu.

"tuh anak gak punya rasa empati banget" ujar salah satu siswa yang berada disitu

"udahlah biarin, ayo kita bantu Siska keruang kesehatan"

*****

Zach berjalan tegap, pandangan matalurus kedepan tanpa menggubris teriakan-teriakan histeris para kaum hawa yang ia temui disetiap jalan koridor.

Dia muak dengan itu semua, setiap kali ia berjalan pasti diantara gadis itu selalu saja meneriak-neriakan namanya dia benci sunggu benci jika selalu ada terus wanita yang mendekatinya. Karna popularitas dan kekayaan yang ia miliki saat ini.

Ia terus saja berjalan sampai ketika ia mendengar suara meja jatuh yang begitu keras seperti sengaja dijatuhkan dari salah satu lkelas yanang berada dikoridor itu.

Zach mendekat kekelas dimana ada suara barusan dan melihat apa yang terjadi disana, sebuah pemandangan yang membuatnya menggelengkan kepala tak percaya. Namun ekspresi datar masih terlihat jelas diwajah tampanya.

"ini akibat Lo udah ngelawan gue tadi"terdengar suara wanita yang begitu kejam sambil menuangkan air kotor ketubuh wanita lainnya yang tengah terduduk dilantai.

"gu, gue salah apa sama Lo" gadis itu mencoba memberanikan dirinya untuk berucap

Plakkk

Suara tamparan keras terdengar begitu nyarinya, tetapi bukan mengenai wajah gadis yang terduduk itu melainkan mengenai sebuah punggu kekar yang memeluk gadis itu, Zach berjongkok didepan gadis dilantai itu menghalau tamparan yang menyakitkan menggunakan punggungnya.

Dia memasang punggungnya untuk menggantikan tamparan keras yang akan mengenai Luna (gadis yang terduduk dilantai)

°°°

T. B. C

avataravatar
Next chapter