53 Episode 52

Luna sudah siap untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Dia sudah rapi mengenakan seragam sekolah tinggal menunggu sarapan. Ia sudah duduk dimeja makan menunggu yang lainnya untuk berkumpul di ruangan itu.

Satu persatu datang mulai dari Sarah yang langsung menyajikannya diikuti Luis yang sudah rapi juga mengenakan seragam kantor beserta membawa tas kecil ditangannya. Lalu tak lama kemudian Lionil muncul dengan berantakan. Bajunya yang tidak rapi serta rambutnya yang acak-acakan bisa dipastikan orang itu habis bangun tidur langsung kemeja makanan entah dia sudah mencuci mukanya atau belum. Kalau pun belum Lionil juga tidak perduli, anak laki-laki Luis yang satu ini memang selalu membuat pusing kepala.

"Ada gembel darimana ini?" sindir Sarah sambil membukakan piring Lionil dan menyendok kan nasi untuk putranya.

"Lionil cuci muka dulu sana, lihat dirimu kayak orang nggak keurus" perintah Luis melihat penampilan anaknya yang acak-acakan.

"Mami sama Papi nih kenapa sih, nggak makan bareng salah makan bareng salah. Kena omel terus" keluh Lionil sambil mengambil lauk didepannya.

"Rubah lagi panggilannya," Luna membuka suaranya. Yang dimaksud Luna rubah lagi yaitu panggilan Lionil untuk kedua orang tuanya.

"Kenapa?Mulut-mulut gue" Lionil bodo amat dengan sindiran adiknya.

"Udahlah jangan berisik. Lanjut makan" ucap Luis tegas. Dan itu tentu saja menghentikan. perdebatan Luna dan Lionil yang saling debat dimeja makan.

Kini meja makan hanya terdengar dentingan sendok saja. Suasana saat ini terasa begitu hening karena tidak ada lagi pembicaraan yang mendasar

......

Luna sibuk menyalin tugas yang diberikan guru tadi dipapan tulis memindahkannya ke buku. Bukan hanya Luna sendiri tetapi teman-temannya yang lain juga, walaupun ini sudah jam istirahat masih banyak dari mereka yang sibuk menyalin tugas itu. Ada beberapa juga yang telah selesai menyalin saat ini. Bahkan Anya dan Dinda juga sudah selesai tinggal Luna yang belum, jangan lupakan Darren dia juga belum selesai menyalin tugas yang diberikan guru tadi.

"Darre, Lo udah selesai belum nyalin nya" tanya Luna memperhatikan Darren yang masih menulis.

"Belum, bentar lagi. Lo sendiri udah" jawab Darren dan dia balik bertanya sementara tatapannya fokus ke papan tulis.

"Belum juga, masih kurang banyak" cemberut Luna.

"Gue minjem lo aja ya nanti" Lanjut Luna sambil memasang muka memelas.

"Ya,.." singkat Darren dan dia kembali melanjutkan menulisnya.

Sementara Luna tampak senang karena dia bisa meminjam buku Darren untuk ia salin nanti di rumah. Saat ini dia capek untuk menulis semua itu karena dia tertinggal banyak tadi sehingga sebagiannya sudah terhapus.

Kalau dia meminjam Anya atau Dinda mereka sekarang tidak ada dikelas, kalau meminjam nanti saat mereka bertemu, iya kalau dia tidak Lupa. Untuk mencegah itu lebih baik bilang dengan orang yang ada didepan saat ini siapa lagi kalau bukan Darren teman sebangkunya.

Saat Luna tengah asik membuka Handphonenya dan Darren tengah asik menulis. Teman-teman Darren anak-anak Paskib kelas sebelah datang masuk kedalam lebih tepatnya berjalan kemeja Darren dan Luna saat ini.

"Darren,." panggil Rama pada Darren. Darren yang tadi tidak melihat mereka kini langsung memandang kearah teman-temannya.

"Eh kalian" Darren tampak kaget karena kedatangan mereka.

Fajri dan Pandu tersenyum kearah Darren, mereka bertiga sekarang sudah berdiri tepat didepan Darren sekarang.

"Tumben datang ke kelas gue kompakan begini" heran Darren karena tak biasanya teman-temanya itu datang bersamaan.

Tapi diantara mereka bertiga sepertinya ada yang kurang.

"Iya Zach" lirih Darren benar yang kurang Zach anak itu tidak ada diantara mereka. Kira-kira kemana Zach kenapa tidak ikut menemuinya.

"Zach.." ucap Darren dan Rama bersamaan.

"Zach kemana?kenapa dia nggak ikut kesini?" tanya Darren dulu setelah tadi sempat terdiam karena berbicara bersamaan dengan Rama.

"Pas banget, itu yang mau kita omongin" sahut Pandu di samping Rama.

Luna yang ada disitu merasa penasaran kenapa dengan Zach. Kok teman-temannya ingin membicarakan tentang pria itu. Luna pura-pura tidak memperhatikan mereka dia hanya sibuk menulis di mejanya di samping Darren. Tetapi telinganya berusaha untuk menguping pembicaraan, bukan menguping sih yah, lah mereka berbicara didepannya saat ini. Jelas ia bisa mendengarkannya.

"Ngomongin apa?Zach memang kenapa?" ucap Darren penasaran.

"Dia menghilang sekarang?" Lirih Rama dan Luna yang mendengar itu langsung menatap kearah mereka berempat secara bergantian.

"Maksudnya?" Darren tak mengerti dengan yang diucapkan Rama barusan.

"Zach pergi entah pergi kemana dia tidak ada kabar dari semalem" jelas Fajri.

"Dia juga nggak pulang ke rumah. Bahkan nyokap nya sampai nyariin dia, tanya gue juga" Pandu ikut menimpali.

Darren tampak terkejut, ia langsung menatap Rama mencari kebenaran dari apa yang dikatakan teman-temannya barusan. Rama yang mengerti akan tatapan Darren hanya mengangguk lemah.

"Makanya kita kesini mau tanya sama Lo atau nggak Luna. Siapa tahu diantara kalian berdua tahu dimana dia, kita tadi udah tanya Alfin dia bilang nggak tahu dimana Zach. Dia coba nge hubungi Zach ponselnya nggak aktif" jelas Pandu

Entah kenapa saat Luna mendengar itu ada rasa khawatir yang teramat sangat tentang Zach. Kira-kira kemana pria itu saat ini, pergi kemana dia sampai-sampai orang terdekatnya tidak tahu kemana dia pergi.

"Lun, lo tahu dimana Zach?" Saat Luna masih melamun memikirkan keberadaan Zach saat ini. Rama mengalihkan lamunan itu sehingga dengan cepat Luna langsung menatap Kearah empat orang yang saat ini memperhatikan dirinya penuh harap.

°°°°°

Zach sedang berada disebuah taman yang rindang. Ia duduk di bangku taman yang menghadap kesebuah danau tatapannya menerawang kosong serta pikirannya entah kemana. Wajahnya terlihat lusuh tak bersemangat, seperti tidak ada harapan untuk sekedar bernafas. Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya, hanya setetes saja itu bisa mencerminkan bahwa ia memang benar-benar menyimpan luka batin di hati terdalamnya yang sudah ia simpan begitu lama.

Zach hanya diam memperhatikan danau itu, tangannya meremas erat jari jemarinya sendiri. Pikirannya berkecamuk tentang masa lalu bisakah ia berdamai dengan masa lalunya yang sepi?

"Jangan ngelamun terus awas kemasukan setan" sebuah suara langsung mengalihkan tatapan Zach yang sedari tadi hanya menatap Danau beralih menatap orang yang datang itu.

Raut wajah Zach tampak terkejut memperhatikan gadis didepannya.

"Kamu..?" lirihnya saat melihat Luna yang berdiri disampingnya duduk saat ini. Benar orang itu Luna yang datang dengan masih menggunakan seragam sekolah serta tas hitam yang digendong gadis itu.

"Kenapa kamu disini?Sedang apa disini?" Zach masih menatap tak percaya bahwa Luna berdiri didepannya saat ini.

Luna tidak menghiraukan pertanyaan Zach. Dia langsung duduk di bangku itu yang kebetulan juga masih menyisakan ruang untuk ia duduk.

Zach terus memperhatikan Luna hingga perempuan itu sudah duduk disebelahnya.

"Gue tanya kenapa lo bisa disini?" tanya Zach penuh penekanan.

"Gue kesini buat nemuin lo"

"Tahu darimana gue disini?"

"Dari Alfin, Dia bilang kemungkinan lo disini kalau lagi banyak tekanan" Luna tidak memperhatikan Zach yang menatapnya nanar

"Lo bolos?" ucap Zach dingin.

"Lo sendiri juga bolos kan?" Luna membalikkan omongan Zach sambil menatap Zach yang tampak kusut diwajahnya.

"Pergi, tinggalin gue sendiri disini" usir Zach karena saat ini ia sedang butuh sendiri.

"Nggak gue bakal disini, lo butuh temen kan" Zach yang tadi sudah menatap luasnya danau kini kembali menatap kearah Luna penuh tanda tanya.

"Gue bakal nemenin lo disini" lanjut Luna sambil memperhatikan Zach.

Zach hanya diam menatap Luna datar, namu ada rasa tak percaya dari sorot matanya yang seperti tak tenang.

Perlahan Zach menggeser dirinya mendekat kearah Luna, Luna yang melihat itu tentu saja terkejut. Apa yang akan dilakukan Zach padanya sehingga Luna juga ikut menggeser dirinya menjauh tetapi dengan cepat Zach memegang pergelangan tangan Luna menarik gadis itu untuk semakin mendekat padanya.

Luna tampak semakin cemas ia takut kalau Zach akan menciumnya atau bahkan melakukan apa yang tidak ia inginkan.

Namun dugaannya itu salah, Zach tiba-tiba saja menjatuhkan kepalanya di paha Luna. Walaupun begitu Luna begitu terkejut serta tak menyangka dengan apa yang dilakukan Zach.

Luna merasa risih dengan itu

"Zach jangan begini, kamu bisa bangun sebentar. Tidak enak dilihat orang lewat nanti" ucap Luna lirih sambil kedua tangannya berusaha lepas dari genggaman Zach. Yang tidur di pahanya sambil terus menggenggam tangan Luna.

"Biarkan begini sebentar, sebentar saja. aku mau tidur aku ngantuk" pinta Zach dengan nada memohon. Matanya terpejam perlahan.

Luna menunduk memperhatikan Zach yang memejamkan matanya. Entah Pria ini sudah tidur atau memang belum tertidur tetapi matanya pura-pura terpejam.

"Zach tidak enak dilihat orang" Luna merasa risih dan malu saat orang-orang yang melakukan olahraga di taman itu melihat kearah mereka berdua. Apalagi dia saat ini tengah mengenakan seragam sekolah ditambah ini masih jam sekolah, apa kata orang yang melihat nantinya.

Zach tidak menggubris ucapan Luna, ia masih saja memejamkan matanya dipangkuan Luna. Dia saat ini butuh tempat bersandar bagi dirinya, butuh tempat untuk mengistirahatkan segala sesuatu yang berkecamuk memenuhi kepalanya.

"Zach.." lirik Luna masih memohon agar Zach bangkit tidur di pangkuannya.

"Aku mohon, sebentar saja. Kamu bilang aku butuh teman kan, makan tetaplah seperti ini" ucap Zach tak kalah lirih. Luna terdiam mendengar perkataan Zach barusan, lalu ia pasrah saja dengan kondisi saat ini.

Luna menatap Zach yang tertidur, entah kenapa ia merasa sedih sekali melihat Zach seperti ini. Sepertinya Zach memang menyimpan luka batin yang begitu dalam sehingga membuatnya menjadi seorang yang bersifat dingin seperti es.

Tak Luna sadari juga tangannya yang bebas dari genggaman Zach secara refleks mengusap lembut kepala Zach berusaha menyalurkan kehangatan untuk pemuda itu yang tengah tertidur.

"Aku harap dirimu bisa terbuka padaku, sehingga aku bisa membantumu. Asal kamu tahu Zach, aku sudah mencintaimu dari beberapa bulan lalu. Itulah alasanku selalu tidak suka padamu yang terlalu memperhatikan kak Salsa" lirih Luna sambil terus mengusap pelan rambut Zach.

°°°

T.B.C

avataravatar