49 Episode 48

Diperjalanan pulang Zach sesekali melihat kearah Luna yang sibuk dengan ponselnya sendiri. Entah apa yang dilakukan gadis itu dengan ponselnya.

Zach sendiri merasa canggung kalau harus menegor atau berbicara dulu, entah ada keraguan yang membuatnya untuk berbicara dahulu dengan Luna. Padahal kemarin tanpa pikir panjang ia mengupload foto Luna, eh sekarang malah dia sendiri yang grogi berhadapan dengan gadis itu.

"Zach, Zach" runtuk Zach dalam hati, meruntuki kebodohanya sendiri.

"Lo mau jadi patung, ngajak ngajak gue pulang tapi gak ngomong sama sekali. Yah walaupun gue terbisa sama lo di mobil yang gak ngomong sama gue. Tapi ini beda, aneh banget gitu rasanya. Lo dari tadi ngeliat ke gue tapi gak ngomong sama sekali, " Luna pada akhirnya membuka pembicaraan terlebih dahulu. Dia sudah tidak betah dalam suasana awkard seperti, jelas sekali awkar banget. Zach dari tadi menatapnya terus tapi tidak bicara, kan jadi ge er hati seorang wanita batin Luna berbicara.

"Lo canggung sendirikan sama gue, ngapain juga pakek ngupload foto gue ke IG lo. Perasaan kita cuman pacar bohongan" ujar lagi Luna sedikit berdesis takut menyinggung perasaan Zach.

Zach yang mendengar itu langsung mengerem mendadak, sehingga membuat Luna terdorong kedepan karena tadi dia lupa memakai seatbelt. Untung dengan spontan ia langsung menahan tubuhnya menggunakan tangan sehingga tidak membuat dirinya terpentuk kaca mobil.

"Lo apa-apa sih, mau bikin gue celaka" kesal Luna sambil menatap Zach marah.

Sementara Zach juga menatap Luna tatapan marah sekaligus khawatir

"Lo tolol atau gimana," Teriak Zach didepan mata Luna.

"Kok Lo yang marah sih, seharusnya gue yang marah gara-gara lo yang ngerem mendadak" Luna juga ikut meninggikan nada suaranya.

Zach diam, namun ia bergerak mendekat kearah Luna mengambil seatbelt yang berada disisi kiri Luna dan memasangkanya.

"Lo tolol, naik mobil harus pakai seatbelt." ujar Zach lirih didepan mata Luna. Membuat wajah mereka cukup dekat, Luna memperhatikan mata Zach yang menatapnya dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. Tiba-tiba saja Luna cegukan, saat wajah Zach sangat semakin dekat padanya. Membuat Zach menjauhkan tubuhnya dan kembali keposisi semula menatap lurus jalan didepanya.

"Jangan pernah lupa pakai seatbelt, karena itu wajb saat berkendara." terang Zach mencoba menutupi kegrogianya.

"Jangan bilang kesiapapun kalau kita pacar bohongan," ujar Zach lagi tidak berani menatap netra mata Luna yang menurutnya indah. Ya dia baru menyadarinya tadi saat jarak posisi mereka yang cukup dekat.

"Kenapa? kan memang bener kita pacar bohongan" balas Luna mencoba menetralkan detak jantungnya gara-gara kejadian tadi.

"Kalau gue gak nganggep itu pacaran bohongan lagi" ujar Zach terasa ambigu.

"Maksudnya?" Luna tak mengerti maksud perkataan Zach.

"Tidak ada pengulangan" Zach langsung menyalakan mesin mobilnya tanpa mau menjawab.

"Gue gak paham maksud lo apa, jelasin" paksa Luna karena dia benar-benar tidak paham maksud Zach soal laki-laki itu bilang tidak menganggap mereka pacaran bohongan.

Lalu kalau bukan pacaran bohongan, apa mereka sungguh pacaran.

"Tidak Luna tidak, jangan mikir begitu. Nanti kalau lo jatuh sakit loh. Zach aja belum pernah nembak lo buat jadi pacar gimana mau pacaran sungguhan" batin Luna terus mengelak. Jelas mengelaklah Zach saja tidak pernah menyatakan perasaanya, masa udah pacaran saja kan nggak mungkin.

"Ingat Luna ingat, Zach tuh cintanya sama kak Salsa. Jadi gak mungkin sama lo" Luna mencoba mengingatkan dirinya sendiri.

°°°°°

Lionil sedang bermain bolan basket disamping rumahnya bersama teman-teman perkumpulanya. Ada Mark, Nanda dan Rangga disitu Nino tidak bisa hadir karena harus mengantar keponakanya pergi les. Alhasil hanya mereka berempat saja yang bermain basket.

Mereka sekarang tampak istirahat dipinggir lapangan basket sambil memandang kearah depan rumah Lionil. Saat tengah asik bicara ada sebuah mobil masuk keparangan rumah Lionil.

Keempat orang itu mlongo melihat mobil mewah itu, mobil model Lykan hypersport berwarna hitam masuk kepekarangan rumah Rayes.

"Gilak,..mobil siapa itu bro yang dateng keren bener" Ujar Nanda takjub.

" Gue juga gak tau, gilak gue pengen banget mobil itu. Itu mobil kaya di fast furios 7. " balas Lionil dia juga merasa takjub sekaligus iri.

"Yang punya itu pasti konglomerat abis ini, itu produksi terbatas tau" Mark juga ikut menimpali perkataan teman-temanya.

"Eh itu bukanya adik lo," tunjuk Rangga kearah mobil itu. Disana Luna turun dari mobil diikuti juga oleh Zach.

"Waah bener itu adik gue, dia sama Zach berarti itu mobil Zach dong. Gilak anak itu mobilnya berapa sih mewah-mewah semua lagi, kemarin dia pakek range rover sport 3.0. Lah sekarang dia pakek itu, bokap dia tajir banget berarti masa gue harus kalah sih sama adik ipar soal style" Perkataan Lionil yang terdengar konyol mendapat tepukan jidat dari teman-temannya.

Lionil langsung bangkit berdiri ingin mendekat kearah Luna dan Zach yang baru saja turun.

"Mau kemana lo nyet?" Tanya Rangga, saat Lionil sudah bangkit berdiri.

"Mau nemuin adik ipar gue, siapa tau gue boleh minjem buat panas-panasin bokap biar beliin mobil kaya gitu" Lionil langsung berlari meninggalkan teman-temanya tak habis pikir dengan kelakuan Lionil.

Ketiga orang itu, malas untuk mengikuti Lionil. Nanti mereka dikira norak lagi, tapi memang bener sih mereka norak.

Lionil berlari saat Zach sudah hampir masuk kedalam mobilnya kembali.

"Zach.." Teriak Lionil dari kejauhan sambil berlari mendekat.

"Ngapain kak lari-lari" tanya Luna menggurau.

"Marathon, puas" kesal Lionil. Luna hanya tersenyum mendengar jawaban kesal dari kakaknya.

Zach yang tadinya ingin masuk kembali kemobil mengurungkan niatnya, dia berdiri didepan Lionil melihat pria itu yang tampak terngah-engah.

"Kenapa buru-buru, ayo masuk dulu" ujar Lionil langsung merangkul Zach mengajak masuk kerumahnya. Zach mengerutkan kening dan sesekali melihat kearah Luna bertanya kenapa kakakmu. Soalnya Lionil tidak pernah seperti ini padanya,.

......…

Zach sudah berada diruang tamu keluarga Rayes duduk dengan Liam yang kebetulan juga berada dirumah orang tuanya, sedangkan Lionil yang tadinya bersemangat untuk mengajak Zach kedalam agar ia bisa memberitahu ayahnya soal mobil Zach. Namun niatan itu pupus saat ia malah melihat kakaknya yang membosankan sedang ada dirumah mereka. Siapa lagi yang membosankan kalau bukan Liam. Orang itu pasti mengomel saat Lionil minta dibelikan mobil baru oleh Papa mereka.

"Kenapa lo dirumah ini? kapan lo dateng?" tanya Lionil tak suka pada kakaknya. Liam langsung melihat adiknya datar.

"Ini juga rumah gue" jawab Liam santai

"Lo gak suka gue disini?" tanya Liam penasaran.

"nggak" lirih Lionil, Liam yang mendengar itu langsung menatap adiknya horor. Sehingga membuat Lionil langsung mengkirut, menunduk saat melihat sorot mata kakaknya.

Zach yang melihat itu hanya bingung, ia harus apa di pertikaan kakak adik. Dia juga merasa bingung sebenarnya Lionil mengajaknya masuk kedalam rumah keluarga Rayes untuk apa.

Niatnya tadi ingin pulang cepat karena ingin segera menghindar dari Luna. Karena ia merasa begitu canggung dengan gadis itu gara-gara foto terus ditambah tadi, kenapa dia malah hampir khilaf saat dimobil tadi. Hampir mencium Luna untung, ia segera sadar saat Luna cegukan. Arkkhh, ini malah kakak gadis itu menyuruhnya masuk kerumah mereka.

Tapi, untung saja gadis itu pergi ke dapur kalau tidak bisa-bisa ia mati kutu.

Entah kenapa saat ini hati Zach begitu senang, saat bersama Luna. Melebihi senangnya saat bersama Salsa dan kenyamanan yang dulu ia rasakan pada Salsa sekarang mulai terasa nyaman saat bersama Luna.

Luna datang membawa empat gelas jus jeruk. Tentu saja itu untuk Lionil, Liam, Dirinya dan Zach. Sambil membawa cemilan dinampan, sebenarnya tadi ia ingin langsung kekamar setelah mengambil minum didapur. Namun , saat dia didapur Mamanya menyuruh untuk membuatkan minuman untuk Lionil dan ketiga temanya. Tapi tadi Sarah tidak bilang untuk siapa minuman itu ia cuman bilang serahkan kekakakmu Lionil. Sehingga Luna mengira itu untuk Liam, Lionil dan Zach.

"Cemilanya," ujar Luna sambil menaruh nampan itu dimeja.

"Papa mana kak?" tanya Lionil ragu.

"Diruang kerja" balas Liam singkat sambil bermain ponsel.

"Kenapa nyari papa?" tanya Liam penasaran. Tidak biasanya adiknya itu mencari Papanya kalau tidak butuh.

"Bukan urusan Lo" Lionil langsung mlengos pergi.

Tak lama kemudia teman-teman Lionil masuk kedalam rumah. Mereka ikut bergabung duduk di ruang tengah itu,.

"Waah mana nih minuman kita" celetuk Rangga saat dia hanya melihat empat minuman saja disana.

"Luna minumanya sudah kamu kasihin ke kak Lionil atau kak Mark" Teriak Sarah dari dapur.

"Loh minumanya untuk kak Mark, Kak Rangga, sama kak Nanda. Bukan untuk kak Liam " teriak Luna balik menjawab perkataan Mamanya.

"Bukan, mereka bertiga main basket tadi request sama mama untuk dibuatkan cemilan" ujar Sarah masih dari dapur.

"Yah salah dong" ujar Luna menepuk jidatnya.

"Adek manis gue" ujar Mark sambil mengacak-acak rambut Luna yang memang berada disamping Mark. Zach melihat itu merasa tidak suka,.

"Apaan sih kak Mark, itu punyaku minum aja. Belum aku minum juga" kesal Luna sambil membenarkan rambutnya yang acak-acakan.

Jus itu langsung diambil begitu saja oleh Rangga padahal yang disuruh mengambil Mark.

"Waah kadal kehausan" ujar Nanda melihat temanya yang menegak jus tersebut sampai tandas.

"Udah lo diem aja, gue haus" ujar Rangga tak perduli perkataan temanya.

"Lun, kemana Lionil tadi. Apa masih menemui Papa?" tanya Liam pada adik bungsunya itu.

"Mungkin kak" jawab Luna apa adanya.

"Waah, anak itu. Kayaknya seriusan deh pengen bujuk om Luis buat beliin mobil kaya punya siapa ini," ujar Rangga sambil menunjuk Zach, dia lupa dengan nama pacar Luna itu.

"Zach kak," Luna mengingatkan.

"Iya kayak mobil Zach" ujar Rangga lagi merevisi

Baru saja dibicarakan Lionil datang dengan wajah kusut tak bersemangat. Membuat teman-temannya menahan tawa, mereka malah ingin tertawa bukanya kasihan.

"Kenapa minta mobil baru?" Liam langsung bertanya tegas pada Lionil.

Lionil melihat kearah teman-temanya bertanya dari mana kakaknya tahu. Kalau orang itu tahu, siap-siap deh dapet semprot.

"Hah, siapa yang bilang" Lionil pura-pura plonga-plongo.

"Nggak, gue gak minta mobil" bohongnya.

Liam bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat kearah Lionil sambil membawa gulungan koran.

"Mampus,mampus lo Lionil" ujar Lionil pada dirinya sendiri sambil meneguk salivanya berat.

Liam semakin dekat,semakin dekat dan..

"Took"

Memukulkan gulungan koran itu dikepala Lionil pelan.

"Kuliah dulu yang bener baru minta mobil" tegas Liam.

Semua orang yang disitu tertawa mengejek Lionil yang dipukul kakaknya.

Setelah mengatakan itu Liam pergi dan mendapat pukulan diudara dari Lionil.

Tentu saja Lionil melakukan itu bukan didepan Liam mana berani dia dengan kutub es pertama. Ya Liam adalah orang kutub es pertama yang ditemui Lionil dalam hidupnya, yang kedua Zach yang sama-sama kutub es.

Dipikir-pikir ia jadi kasihan sama kakak iparnya dan adiknya Luna. Kok bisa punya pasangan manusia es gak ada asik-asiknya sama sekali.

°°°

T.B.C

avataravatar
Next chapter