webnovel

Episode 20

Jam istirahat akhirnya tiba setelah pelajaran Matematika, Matematika termasuk mata pelajaran tersulit setelah fisiki dan kimia menurut pendapat anak-anak sekolah. Kini setelah pelajaran selesai Zach bergegas keluar kelas, tapi terlebih dahulu ia membereskan barang-barang nya yang ada di atas meja. Saat ia sedang membereskan bukunya dua orang teman sekelas mendekat padanya. Mereka adalah Fajri dan Rama teman satu kelas Zach sekaligus teman kumpul dan juga Rama merupakan teman paskib Zach.

"Zach kumpul yok di rooftop " ajak Fajri.

"Iya Zach ayok. Kita bertiga jarang banget buat kumpul" Timpa Rama

"Gak bisa, gue ada perlu" ujar Zach lalu pergi meninggalkan kelas setelah selesai mebereskan mejanya.

"Kayaknya sibuk banget tuh anak" ujar Fajri sambil merangkul Rama yang ada di sebelahnya, mereka berdua menatap Zach yang sudah pergi.

"Udahlah biarin, dia memang begitu. Kita berdua saja yok ke rooftop, ngopi kita" ujar Rama.

Kini Zach sudah berada di depan kelas XI IPA 2, melihat kedalam kelas itu mengamati kondisi didalam kelas sebelah kelasnya ini. Dia berjalan ke pintu untuk masuk ke dalam kelas tetangga, tanpa ragu ia masuk kedalam seperti ingin menemui seseorang. Zach berjalan ke bangku tempat dimana Darren duduk, Darren  memang sedang ada di dalam kelas bersama teman-teman nya salah satunya ada Luna yang juga di sana.  Luna duduk bersama Darren di kursi itu, Zach berjalan semakin mendekat.

"Oh Zach" ujar Darren yang menyadari kedatangan Zach. Empat orang yang ada disitu langsung memandang ke arah Darren memandang saat ini.

Luna menatap Zach dengan ragu-ragu, ia menatap sekilas laki-laki itu lalu segera menundukkan kepalanya ketika Zach balas menatapnya. Entah kenapa hatinya langsung berdebar melihat wajah laki-laki yang ada didepannya. Kenapa laki-laki itu harus kekelasnya, semakin membuat dirinya kepikiran terus. Gara-gara laki-laki itu semalam ia tidak bisa tidur.

"Kenapa bro, ada perlu sama gue" tanya Darren pada Zach saat laki-laki itu sudah didepan mejanya saat ini.

"Gue ada perlu sama Lo" Zach menatap Luna, mengabaikan pertanyaan Darren.

"Yaelah gue diabaikan. Dan gue lupa kalau di kelas ini ada pacarnya " Darren sedikit geram

"Perlu sama gue" Luna langsung menatap Zach memperjelasnya.

"Emmm" balas Zach.

"Yaudah ngomong aja"

"Gak disini"

"Udahlah, Lun. Ikut aja sama cowok lo" Anya menyenggol bahu Luna karena gadis itu tampak berfikir.

"Iya ikut aja sana, nanti marah ini orang" ujar Darren.

"Sono Lun" Dinda menyuruh Luna untuk bangkit dari duduknya.

Luna akhirnya bangkit dari duduknya dan berdiri sekarang. Memperhatikan Zach tidak suka. Sekarang semua orang tahunya bahwa dia pacar Zach padahal cuman pura-pura. Sebuah kepura-puraan yang entah akan membawa kebaikan atau keburukan.

"Ayok, katanya mau ada perlu sama gue" ujar Luna memperhatikan laki-laki itu.

"Bentar, gue ngomong dulu sama Darren" jawab Zach. Sebenarnya dia tidak ada perlu dengan Darren tapi tiba-tiba saja terlintas dipikiran nya untuk menyampaikan pendapat nya tentang Paskibra.

"Katanya ada perlu sama Luna" Darren sedikit menyindir Zach.

Zach langsung menatap Darren malas, 

"Sudahlah lupakan" ujar Zach datar. Lalu ia segera pergi dari hadapan Darren.

"Yaelah, si Es marah" ujar Darren sedikit keras. Itu memang ia sengaja agar Zach mendengarnya. Darren, Anya, Dinda dan satu teman lainnya tertawa puas. Karena melihat Zach yang marah.

Luna yang ditinggal Zach begitu saja langsung pergi menyusul pemuda itu,

"Lo ini gimana sih, katanya mau ada perlu sama gue. Kenapa lo pergi ninggalin gue gitu aja" ujar Luna memegang lengan Zach yang sudah berhenti berjalan.

Zach memperhatikan Luna dalam diam melihat gadis yang saat ini di depannya tengah mengambil nafas dalam-dalam.

"Kalau lo memang gak ada perlu sama gue, yaudah gak usah ngomong kalau ada perlu. Ganggu gue aja" Luna tampak kesal karena Zach yang dia ajak bicara hanya diam saja dan malah menatap nya datar.

Luna langsung melepaskan tangan Zach, berbalik arah hendak kembali ke kelas lagi. Namun sebelum terlaksana Zach sudah mencengkram lenganya dan menariknya pergi.

°°°°°

Zach membawa Luna ke rooftop, kini gadis itu sudah berada di depanya menatap dirinya tak suka. Luna memegang pergelangan tangannya yang memerah, Zach memperhatikan itu melihat tatapannya terfokus ke lengan gadis yang telah ia tarik paksa ke rooftop barusan.

"Sakit? " Tanya Zach saat melihat Luna yang mengusap-usap tanganya pelan.

"Menurut lo" jawab Luna dengan kesal.

Zach kembali menarik lengan Luna mengajaknya untuk duduk di sebuah kursi di rooftop itu.

Setelah duduk ia meraih lengan Luna yang satunya dan melihat pergelangan tangan yang sedari tadi di pegangi gadis itu memerah begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.

Zach mengusap pergelangan tangan itu dengan lembut dan meniupnya berkali-kali. Tentu saja itu membuat Luna syok dan terkejut tak menyangka Zach akan melakukan hal seperti itu padanya. Lagi-lagi hatinya berdebar tak kala mendapat perlakuan lembut dari Pria dingin di depan nya. Luna segera menarik tangannya dari pegangan Zach, hatinya sudah tak kuat menahan debaran bahkan pipinya kini terasa panas. Luna langsung memegang pipinya apa pipinya saat ini memerah. Jika ia mampus dia..

Zach hanya memperhatikan Luna heran melihat gadis iti yang tiba-tiba saja menarik tangan dirinya sendiri dan kini gadis itu malah memegang pipinya sendiri. Dan tunggu kenapa wajah Gadis ini memerah pikir Zach.

"Lo sakit? " tanya Zach yang melihat Pipi Luna yang memerah.

"Hah" Luna tak paham dengan pertanyaan Zach barusan.

"Pipi Lo merah" ujar Zach.

Luna langsung mengalihkan wajahnya ke lain arah, mampus manusia es tahu batin Luna dalam hati.

Lagi-lagi Zach hanya memperhatikan tingkah aneh Luna yang saat ini malah mengalihkan wajah kearah lain tidak menatap dirinya.

"Ada apa" ujar Zach akhirnya karena gadis yang duduk didepanya terus-terusan mengalihkan pandangan.

"Ti..Tidak ada apa-apa" balas Luna yang masih mengalihkan pandangan nya.

Sebuah rasa bisakah muncul karena hal yang biasa.

Luna akhirnya menatap Zach, mencoba menetralkan dirinya sendiri.

"Maaf" ujar Zach tiba-tiba saat Luna sudah menatapnya.

"Hah" lagi Luna merasa tak mengerti dengan maksud Zach. Apa dia hendak minta maaf, baru kali ini ia mendengar permintaaf maaf seorang manusia es seperti Zach.

"Gue minta maaf karena udah buat lo kesakitan" ujar Zach masih dengan ekspresi datar.Namun pembicaraan yang sedikit panjang.

"Lo sakit?" ujar Luna dan langsung menyentuh dahi Zach menggunakan tangan kanannya dan tangan kirinya dia sentuhkan kedahinya sendiri. Mencocokan antara suhu tubuh dirinya dan Zach sama atau tidak.

"Gak panas nih" ujar Luna polos. Zach hanya memandang wanita itu.

"Gue gak sakit" ujar Zach

"Lo gak sakit, tumben bilang maaf ke gue. Jujur gue kayaknya gak pernah denger permintaan maaf dari lo. Bahkan permintaaf terima kasih juga gak pernah"

°°°°°

Z

ach menghentikan motornya  di depan rumah yang cukup besar. Rumah siapa lagi kalau bukan rumah Zach. Luna turun dari motor dan berdiri di samping Zach. Zach memasuki rumahnya di ikuti Luna di belakangnya. Kali ini Zach masuk lewat pintu depan bukan lewat garasi karena dia tidak menaruh motornya di garasi rumah.

Zach berjalan masuk kedalam rumaha begitu juga Luna yang berjalan di belakangnya mengikuti. Mereka berjalan melewati ruang tamu menuju ke dapur menemui seseorang yang pasti berada di situ.

"Ma" panggil Zach

Wilona yang sedang menunduk fokus mengiris bawang merah mendongak, melihat siapa yang telah memanggilnya barusan. Wilona tersenyum kepada Zach dia juga merasa sedikit terharu mendengar nada lembut barusan dari putra bungsunya setelah sekian lama ia tak mendengar panggilan hangat itu terdengar di telinganya. Tidak lama kemudian Wilona menautkan alisnya ketika melihat seseorang di belakang Zach.

Seakan tahu yang ada didalam pikiran mamanya, Zach menggandeng tangan Luna lembut dan mengajaknya berjalan mendekat kearah mamanya.

"Dia Luna" Zach memperkenalkan Luna yang saat ini sudah berdiri tepat disampinya dan tepat di depan pantry tempat dimana Wilona memotong bawang.

Wilona tersenyum kepada Luna dan Luna membalas dengan senyum manis.

Wilona segera menghentikan aktifitasnya dan melepaskan celemek yang sedari dia pakai dan mempersilahkan Luna duduk di kursi yang ada di meja makan.

"Duduk dulu Luna, kamu mau minum apa nak" ujar Wilona lembut.

"Air putih aja tante" jawab Luna sungkan.

"Sebentar ya tante buatkan jus mangga saja, kesukaan Zach" ujar Wilona lalu kembali lagi ke dapur, membuka kulkas dan mengambil mangga yang sudah di potong-potong didalam wadah.

"Eh ada tamu" ujar Arsen yang baru saja datang membawa koran ditangannya.

"Siapa Zach? " ujar Arsen dengan nada sedikit menggoda putranya.

Zach hanya diam tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Papanya.

"Kamu siapanya Zach gadis manis"Tanya Arsen sendiri pada Luna. Karena tidak mendapat jawaban dari anaknya yang hanya diam saja.

Luna bingung harus menjawab apa, jawab teman atau pacar. Bagaimana jika ia salah bicara. Dan siapa orang yang baru datang ini, apa mungkin ayahnya Zacb. Dilihat-lihat sih sepertinya iya. Wajah mereka berdua tampak mirip. Jika ayahnya masih muda sekali eh wajar saja masih muda dari ayahnya anak pertamanya saja masih seumuran dengannya.

"Dia Papa ku" ujar Zach melihat Luna yang tampak bingung melihat papanya.

"Sa.. Saya Luna om" ujar Luna akhirnya.

"Pacar Zach ya" Arsen tampak penasaran dengan hubungan putranya dan gadis bernama Luna ini.

"Papa nih kepo banget sama anaknya "

"Ini dia jus nya sudah jadi" ujar Wilona lagi yang barusan datang membawakan dua jus mangga untuk Zach dan Luna.

"Habisnya Papa penasaran sama Zach,  anak-anak seuisia dia sudah berpacaran dan dia tidak ada tanda-tanda. Papa takut kalau dia.. "

"Husshh Papa, sama anaknya kok" tegur Wilona.

Saat ayahnya berbicara tadi Zach menatap Papanya itu dengan datar serta tajam.

°°°

T. B. C

Selalu doakan author ya buat semangat nulisnya. Terimakasih.

Jangan lupa seperti biasa

Vommentnya

Vote+comment

See you next time all.

Elfcho88creators' thoughts
Next chapter