2 Satu Hari Seribu Masalah

Kita akan bersinar dijalan kita sendiri....

Tersenyun dan bahagia:)

Di kelas.

Lia ragu untuk mengetuk pintu terlebih lagi Bu Ros yang sudah memberikan sebuah peringatan padanya. Dengan mengumpulkan semua keberanian yang masih tersisa di dalam dirinya, Lia pun mulutnya untuk membuka suara.

"Maaf, permisi" izin Lia pda guru yang ada dikelas.

Semua melihat kearah sumber suara. Raut wajah mereka terlihat tegang karena dalam pikiran mereka, pasti Lia akan dihukum habis-habisan dengan dibanjiri oleh soal-soal yang bahkan tidak ia ketahui.

"Ah iya, silahkan masuk."

Lia mengerutkan keningnya. Apakah ini hari keberuntungannya? Bu Ros bahkan memberikan senyuman pada Lia dan mengizinkannya masuk tanpa persyaratan. Saat Lia sedang menuju tempat duduknya Lia melihat pria itu lagi dan Lia pun sangat terkejut ketika melihat tatapan pria itu yang sangat sinis padanya.

Tatapannya yang sangat tajam dan wajah yang datar seperti triplek di toko pak Sugeng, sukses membuat Lia kikuk.

Tanpa pikir panjang Lia langsung duduk dan menjatuhkan kepalanya diatas meja. Lia tak memikirkan rasa sakitnya, yang dipikirkannya sekarang adalah agar wajahnya tak terlihat oleh pria tersebut.

"Nah murid-murid, hari ini akan ada teman baru di kelas kalian, mmm tolong perkenalkan diri kamu."

"Oh iya, baik perkenalkan nama saya Farhan Razin pindahan dari SMA Prestasi, mohon untuk kerja samanya." Ucap Farhan tanpa ekspresi di wajahnya.

Baru saja Farhan memperkenalkan dirinya, sudah banyak sekali yang mulai membisik-bisikkan hal tentang Farhan.

Mulai dari ketampanannya, tingginya, sekolah elit yang dulu di tempatinya, dan masih banyak lagi. Dan kemungkinan besar dia akan menjadi Famous di sekolah ini.

Bahkan, mungkin kefamousanya akan mengalahkan kefamousan Upin&Ipin yang entah kapan beranjak dewasa atau kapan mereka akan naik kelas, atau kefamousan Adel yang entah kapan bisa ngomong dengan bahasa yang jelas dan bertambah umur.

Karena penasaran akhirnya dengan perlahan Lia mendongakkan kepalanya dan menatap pria itu sekali lagi.

"Oh jadi namanya Farhan..." Gumam Lia pelan.

"Lo kenal sama anak baru itu?"

"Eh Sia, emm engga gwe baru liat tuh anak kok."

"Kirain"

Dia Sia, teman Lia sejak SMP tidak malahan sudah dari orok, TK, SD, SMP, SMA dan sampai sekarang masih selalu bersama, Sia Journalisa. Sia memiliki postur yang ideal dan kecantikan yang bukan main. Tapi, sayangnya dia adalah play girl.

"Li,,"

"Eh, iya Si kenapa ya?" Jawab Lia dengan nada yang lemas akibat kejadian tadi pagi.

"Ngga papa."

Karena Lia yang sudah tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya ia pun mengabaikan Sia. Sampai akhirnya Sia bertanya dan membuat Lia kaget.

"Li menurut mu gimana tuh????" Bertanya sambil nyikut lengan Lia yang lagi tidur.

" Hah!!!, Iya kenapa?"

"Udah istirahat?" jeda Lia. "Yuk kantin gwe laper banget belum sarapan, tadi ngga sengaja malah ngambil makanan di ruang pak kepsek." Jawab Lia dengan spontan karena ia mengira bahwa sudah jam istirahat.

"Hah istirahat?, Sumpah ya Li, bisa-bisanya lo tidur dikelas, kebiasaan tau nggak!" Sia menghela nafasnya. "Kamu tuh lagi mikir apa sih sampe bisa tidur di kelas?" Lanjut Sia yang lama kelamaan menaikkan nadanya satu oktaf.

"Lo mikirin tagihan uang kos?, Tenang sini gw bayar ke Mak Beti nanti langsung cas!!!"

"Apa utang kantin?, Makanya jangan suka ngutang tiap hari!!, Kok diem terus sih!!!"

"Jawab kek!!!, Liaaa!!!"

Sekarang Sia berteriak pada Lia gara-gara tak merespon pertanyaanya.

"Au ah, ngga jadi nanya!" Pasrah Sia yang sudah kesal dengan perbuatan sahabatnya itu.

Pertanyaan Sia sama sekali tidak dijawab oleh Lia. Dia masih sibuk dengan apa yang dipikirkannya itu. Terlebih lagi pria itu, Farhan yang saat ini duduk di belakang Lia.

"Eh Li?"

"Hmm"

"Belakang anget nih, cogan:v, makin rajin berangkat ah."

"Dasar playgirl." Ketus Lia.

"Eh gini-gini aku tuh temen kamu loh." Pembelaan Sia.

"Iya deh aku ngalah."

Rasanya Lia sudah tak bisa berkutik. Setiap kali Lia menengok ke belakang ia hanya melihat wajah triplek yang selalu menatapnya dengan tatapan yang sinis dan tajam.

Jam istirahat

"Heh mulut swasta!!!"

Seseorang memanggil Lia, saat Lia menengok ke belakang ternyata pria triplek itu yang memanggilnya.

Dengan kaku Lia membalikkan badannya dan balik bertanya pada pria triplek itu, dan tidak lain pria itu yang bernama Farhan anak murid pindahan SMA Prestasi di Jakarta.

"Eh i...i...iya ada apa ya?" Jawab Lia dengan kaku

"Eh Li, aku duluan ke kantin aja ya kamu ngobrol aja dulu sama Farhan." Seru Sia yang diikuti dengan kawan-kawannya.

"Ngga liat nih." Dengan raut wajah yang sama yaitu datar Farhan menunjuk baju yang kotor tadi dengan telunjuk jarinya.

"Iya,,, tau kok, aku minta maaf."

"Tanggung jawab!!!" Tegas Farhan

Karena tubuh Farhan yang tinggi, Lia semakin takut pada Farhan. Sedikit demi sedikit Lia mulai didesak oleh Farhan hingga mentok ke tembok di belakang kelas.

"Udah stopp!!" Teriak Lia.

"Jadi mau???"

"Iyaaaa gwe mau tanggung jawab puasssss!!!"

Dengan geram Lia mulai kehilangan kesabarannya karena Lia berfikir, mengapa pria yang berangkat sekolah dengan menggunakan mobil mewah sangat mempersoalkan sebuah baju yang sedikit kotor?.

Dalam pikirannya, Lia ingin bertanya jangan- jangan Farhan hanya memiliki 1 stelan baju yang digunakannya untuk sekolah?. Sungguh malang nasibnya.

"Jadi beneran kn mau tanggung jawab?"

"Jangan sampe nanti lari dari tanggung jawab lo sendiri!!!" Ancam Farhan dengan raut wajah yang masih sama.

"Iya aku ngga bakalan lari, emangnya tanggung jawab kaya apa sih? Bukannya aku cuma disuruh buat nyuci bajumu kan nantinya?!" Balas Lia.

Dilihat dari wajah Farhan, raut wajahnya berubah menjadi lebih seram dengan bibir yang ditarik sedikit ke pinggir, memperlihatkan senyuman yang sadis.

Gue harap ngga bakalan terjadi apa-apa nih, tapi dengan raut wajahnya yang begitu gue rasa bakalan ngga baik-baik aja deh

"Gini, klo lo mau gue maafin lo harus ngelakuin apa yang gue suruh, apapun itu!" Tegas Farhan.

"Apapun?, jadi kalo kamu nyuruh aku buat nyebur ke sumur aku harus mau gitu?

"Trus kalo kamu minta aku loncat dari lantai gedung pencakar langit aku harus mau gitu?"

"Trus aku harus mau kalo disuruh buat tiduran di atas jalan, trus ditlindes sama truk tronton gitu?"

"Cuma gara-gara....ukhuk.... ukhuk..."

Perkataan Lia terhenti karena saking cepatnya Lia menjawab perkataan Farhan sampai tersedak ludahnya sendiri.

"Gara-gara...?, Dasar mulut swasta. Gue ngga segila yang lo pikirin." Jawab Farhan sambil mendekatkan wajahnya pada Lia.

Bluusss...mendidih....

Ya Allah cobaan apa lagi ini....(sambil menelan ludah)

Dalam sekejap wajah Lia menjadi merah seperti kepiting rebus yang ada di hidangan hotel berbintang, sebenernya belum pernah liat sih.

Dengan cepat Lia pun membalas pertanyaan Farhan setelah Farhan menjauhkan wajahnya dari hadapan Lia.

Setelah mengambil nafas panjang...

"Ya....masa aku harus nurutin kemauan kamu cuma gara-gara baju kamu yang ngga sengaja kotor kena kubangan pas aku narik tanganmu, emangnya stelan baju kamu tuh cuma satu apa!"

"Trus apa mobil yang kamu pake tadi itu cuma sewaan?, Ngga usah gaya kalo di sekolah, masih banyak kok orang biasa yang ngga gengsi kaya kamu!!!" Lanjut Lia.

"Oh gitu..., Ya udah gampang kok tinggal tempel aja daftar utang-utang kamu di mading kelas."

"Mulai dari utang kos, utang kantin, utang kredit, utang wartegnya Bu Een, sma utang KM umum yang sengaja ngga kamu bayar...jadi.....jelas?" Ancam Farhan

Gwe ngaku emang hidup gwe ngenes, tapi kn ngga ada orang yang tau selain yang gwe utangin. Orang yang gwe utangin juga biasa aja masa orang yang baru aja gwe kenal ini bisa tau segalanya tentang gwe?

Lama-kelamaan Lia mulai curiga pada Farhan, dan bertanya.

"Lo siapa sih...?"

Saat Lia mengeluarkan kata-kata itu Farhan langsung membenarkan posisi berdirinya dan membalikkan badannya dari Lia.

Ketika Farhan menghentikan langkahnya ia berkata.

"Lo bakal tau sendiri nantinya yang jelas hari hukuman lo bakal di mulai besok.. titik!!" pertegas Farhan.

"Kalo emang beneran lo mau hukum gwe, gwe mau nanya, atas dasar apa lo hukum dan ngancem gwe?" Tanya Lia yang tak mau kalah dengan Farhan.

"Lo nanya atas dasar apa?, Itu udah jelas karena lo udah berurusan sama orang yang salah." Jawab Farhan dengan menggunakan raut wajah yang masih sama seperti sebelumnya, datar, dingin, dan tatapannya yang sinis.

"Heh.. mulut swasta jangan lupa sma janji lo, inget gw punya semua daftar utang lo!" Sambil berjalan menjauhi Lia.

"DASARRRRR MUUUKKKAAA TRRRIPLEKKKK BS AN PUNYYYAAA PAAAKKK SUGEENGGGG!!!!!!" Teriak Lia hingga membuat semua orang yang ada di kelas meliriknya.

Dan Lia lupa kalau banyak cewe dikelasnya yang mengidolakan Farhan dan benar saja sekumpulan cewe pengabdi cinta itu melirik Lia dengan tatapan yang sangat tajam.

Tamat sudah....satu hari seribu masalah....hanya karena satu orang, dan orang itu adalah Farhan. Mau tidak mau Lia harus menuruti kemauan dari Farhan dan dimulai pada besok pagi.

***

Sementara itu saat jam pelajaran belum dimulai.

"Siang, Bu." Sapa Farhan yang kebetulan menunggu Bu Ros di depan kelas.

"Siang. Kenapa baju kamu?" Tanya Bu Ros sambil menunjuk baju Farhan.

"Tadi tidak sengaja saya terjatuh. Hmm maaf, Bu. Apa saya boleh meminta bantuan dari, Ibu?"

"Bantuan?"

"Jangan hukum perempuan itu. Jika, diperbolehkan biar saya saja yang menggantikannya."

"Sebentar, apakah kamu anak pindahan yang sebelumnya diceritakan oleh Pak Surya? Kalau tidak salah nama kamu Farhan kan."

"Benar, Bu."

"Kalau begitu kamu tidak perlu menanggung hukuman anak itu. Satu kali ini saja Ibu akan melepaskan anak itu dari hukuman."

"Terimakasih banyak, Bu."

Setelah mendapat persetujuan dari Bu Ros, Farhan pun masuk kedalam kelas. Kebetulan dia mendapatkan kursi kosong tepat dibelakang Lia. Sebenarnya dalam hatinya dia sangat senang dan merasa bahwa ini adalah keputusan yang tepat telah memutuskan untuk pindah ke sekolah ini.

avataravatar
Next chapter