13 Ancaman 1

Saat dirumah Lia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Karena rasa penasaran yang sangat tinggi, Lia pun mencari kontak yang bertuliskan "Sia*lan♥" dan langsung menelfon nya. Tak butuh waktu lama telfonnya sudah terhubung.

"Si.."

"Iya, kenapa Li tumben Lo yang nelfon duluan hehe" jawab Sia girang.

"Gwe mau nanya...Lo itu sebenernya tahu ngga cowok yang namanya Daniel?" Tanya Lia langsung pada inti nya.

"Tahu...diakan temen kita Li, baru pulang dari Singapore"

"Temen masa sih? Setahu gwe Daniel itu orangnya butek, culun, ngga banget deh pokoknya....beneran itu Daniel yang dulu?" Tanya Lia lagi yang masih tak percaya.

"Iya Liaaa...berapa kali sini gwe harus bilang sama lo. Dia Daniel temen satu TK, SD, SMP, SMA dan orangnya masih sama....rese!!! Tapi...." Jawab Sia yang mulai ngegas.

"Tapi apa?"

"Dia sekarang beda Li...tambah ganteng, putih, keren...pokonya udah ngga kaya dulu penampilannya udah berubah 180°.....aaakkkhhhh!!!!meleleh gwe pas pertama liat" tambah dia yang mulai hilang kendali.

Wajah Lia berubah menjadi datar setelah mendengar pernyataan sahabatnya. Lia menghela nafas panjang dan segera mematikan telfonnya. Karena Lia mulai merasa lelah ia pun langsung mandi dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

***

Pagi yang cerah ini, seperti biasa Lia berangkat sekolah jalan kaki. Sesampainya dikelas dia hanya mendapati makhluk astral yang bernama Daniel.

Daniel langsung melambaikan tangannya setelah melihat Lia yang ada didepan pintu kelas. Daniel mempersilahkan Lia untuk duduk dengan menepuk kursi yang biasa Lia tempati.

"Santai aja kali...gue ngga bakal macem-macem juga kok. Apalagi setelah gue tahu lo sama Farhan ada hubungan."

"Hubungan? Maksud lo?"

"Lo berdua pacaran kan?" Tanya Daniel polos.

"Kepo."

"Ya gue sih santai-santai aja kalo lo ngga ngasih tahu. Gue itu cuma seneng ternyata orang yang selama ini Farhan cari-cari udah ketemu. Dan ternyata naluri gue selama 2 tahun ini bener. Lo Lia orang yang selama ini Farhan cari!"

"Dicari? Maksudnya gimana Nil?"

"Lo belum tahu?"

"Tahu apaan, coba lu cerita sama gue. Farhan kan pindah ke sekolah ini waktu lo masih di Singapore. Kenapa lo tiba-tiba bisa akrab sama Farhan? Seakan lo itu udah lama kenal Farhan." Tanya Lia yang mulai penasaran.

Saat Daniel akan melontarkan kata-katanya, Sia pun datang dan memecahkan suasana. Sia datang bersamaan dengan Anggi. Mereka terlihat dekat dan akrab. Padahal setahu Lia, Sia sangat malas jika berhadapan dengan Anggi karena sifatnya yang menjengkelkan.

Lia menggeleng-gelengkan kepalanya. Menghapus semua hal yang tak masuk akal dipikirannya. Lia pun langsung mengalihkan pandangannya dari Sia dan Anggi menuju Daniel lagi. Saat dilihatnya, Daniel malah langsung sibuk dengan ponselnya. Seakan-akan dia ingin menghindari percakapan ini. Dengan paksa Lia mengambil ponsel Daniel dan menanyakan hal yang sama lagi.

"Nil! Kudanil!!! Jawab pertanyaan gue tadi! Maksudnya apa? Sejak kapan Lo kenal Farhan?" Sambil merebut ponsel dari tangan Daniel.

"Wwwoii santai aja kali Li."

"Ada apaan nih? Jangan berantem lu berdua." Lerai Anggi.

Lia menghembuskan nafas beratnya. Dia mencoba menenangkan pikirannya. Sia yang duduk disebelahnya langsung mengusap pundak Lia dan memberikan air minum. Setelah beberapa waktu, bel masuk pun berbunyi dan pelajaran dimulai.

Saat jam pelajaran Lia sering memergoki Sia dan Anggi yang saling melempari kertas dan melemparkan sebuah senyuman. Lia mulai risih dengan tingkah laku mereka berdua dan langsung to the point bertanya pada Sia.

"Sejak kapan Lo deket sama Anggi?" Tanya Lia santai.

"Deket? Gue? Ngga lah, ngimpi lo?!"

"Trus daritadi lo ngapain liat-liat sama Anggi? Gue sadar Si!"

"Iya deh gue ngaku...sebenernya gue udah dekat sama Anggi dari seminggu yang lalu. Trus kemaren Anggi baru aja nembak gue di Restauran kesukaan gue Liaaa!!!" Jawab Sia histeris.

"Beneran? Seriusan lo?"

Sia hanya menganggukkan kepalanya. Terkadang orang yang paling kita benci justru adalah orang yang akan membuat kita nyaman dikemudian hari. Memang aneh, namun banyak orang yang sudah membuktikannya. Dan salah satunya Sia.

Bel istirahat pun berbunyi dan seluruh siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin. Lain halnya dengan Lia. Ia hanya termenung dikelas sambil memainkan bolpoin nya. Daniel yang juga masih didalam kelas langsung meloncat duduk disampingnya Lia. Dengan tingkah laku Daniel yang kekanak-kanakan itu membuat jantung Lia hampir copot.

Lia langsung menendang Daniel dengan tatapan yang sinis dan membuang muka. Daniel yang tak tahu apa kesalahannya hanya menatapnya bingung dan mencoba membuka pembicaraan.

"Heh Lontong...diem-diem aja lu. Napa?"

"Ihh jangan seenaknya manggil nama orang dong! Gue kan lagi marah sama lo!" Jawab Lia mulai kesal.

"Soal?"

"Pikir aja sendiri!"

"Lagi PMS lu ya, sensinan amat ma gue." Tanya Daniel polos.

"Jangan bikin gue naik darah terus kenapa sih Nil! Kalo Lo ngga mau jawab pertanyaan gue tadi pagi, jangan harap gue bakal ngomong lagi sama lo!" Kesal Lia.

Lia pun bangun dari duduknya dan meninggalkan Daniel dalam kelas. Setelah kelas benar-benar kosong Daniel menelfon seseorang.

"Apaan Nil?"

"Lo belum cerita ke Lia?"

"Soal?"

"Serius deh Lo! Soal kaya ginian lo tutup-tutupin. Nyawa taruhannya bro.."

"Santai aja lagian Lia juga belum tahu masalah ini. Jadi dia ngga bakalan nanya yang aneh-aneh."

"Sory sebelumnya han, tapi kayaknya tadi gue ngga sengaja keceplosan deh ngomong sama Lia. Jadi mau ngga mau kita harus ngomong sama Lia yang sebenernya." (Emang gue sengaja sih)

"Ngajak ribut lu nyet! Nanti pulang sekolah ku bawa Lia ke sini, gue tunggu."

"Ashiap bosque."

Tut....

Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi kembali dan pelajaran pun dilanjutkan. Memang benar, Lia sama sekali tak memandang wajah Daniel bahkan saat mengerjakan tugas kelompok. Lia tetap diam. Namun, Lia tetap berekspresi seperti biasa dihadapan yang lainnya.

Saat pulang sekolah. Daniel menarik tangan Lia yang akan keluar dari kelas. Dengan cepat Lia menarik tangannya dan menatap Daniel dengan tatapan yang sinis. Tanpa babibu Daniel langsung mengajak Lia untuk pergi ke suatu tempat menemui seseorang.

"Ikut gue."

"Buat apa?" Tanya Lia sambil menaikkan kedua alisnya.

"Katanya Lo perlu jawaban." Jawab Daniel singkat.

Lia kemudian berjalan dibelakang Daniel menuju parkiran sekolah. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Lia bingung mengapa Daniel membawanya ke rumah sakit dimana tempat Farhan dirawat. Lia masih mengikuti Daniel dibelakangnya. Dengan hati yang tak karuan Lia mencoba tenang dan santai.

Perkiraan Lia, Daniel akan membawanya ke kamar Farhan. Memang pertanyaan Lia masih ada hubungannya dengan Farhan. Tapi, apakah Farhan memang benar-benar seperti yang Daniel katakan?

"Gue masuk." Izin Daniel sambil membuka pintu pelan.

"Ngga gue jawab juga Lo pasti bakal langsunh masuk kan?" Jawab pria itu dari balik pintu.

"Mau ngga mau lo harus jelasin." Ucap Daniel to the point

"Farhan sebenernya ada apa sih? Daniel ngomong ke aku kalo.."

"Yang dibilang Daniel bener. Dulu gue memang mencari seseorang sampai rela pindah sekolah berkali-kali dan berfikir apakah orang yang sedang gue cari masih hidup atau ngga. Tapi, ternyata perjuangan gue ngga sia-sia. Akhirnya gue nemuin lo! Orang yang selama ini gue cari." Potong Farhan yang sebelumnya sudah mengetahui isi pertanyaan Lia.

"Apa alasan lo nyari gue selama ini? Dan tingkah aneh yang lo tunjukkin ke gue waktu pertama kali kita ketemu bisa Lo jelasin? Tentang nomor yang selalu nelfon gue setiap mimpi buruk jangan bilang kalo itu Lo yang nelfon."

"Gue sadar pasti banyak banget pertanyaan yang pengin lo tanyakan sama gue. Semua dugaan lo itu bener Li. Gue yang selama ini nelfon lo, alasan gue nembak lo waktu itu sebenernya gue udah ngga bisa nahan diri gue lagi. Gue pengin jagain lo." Jawab Farhan panjang lebar.

"Jagain gue dari apa?" Tanya Lia tak paham.

"Dari seseorang yang pengin bunuh lo!" Potong Daniel.

Lia langsung memalingkan pandangannya menuju Daniel yang sedang duduk di sofa. Lia jadi semakin bingung dengan situasi ini. Keringat dingin mulai bercucuran, wajah Lia menjadi pucat, dan ruangan itu pun menjadi sangat sunyi.

Lia semakin takut dan mencoba memberanikan diri bertanya pada Daniel tentang rencana pembunuhan yang akan menghantui dirinya.

"Mak-maksud l-lo sssiapa yang mau bunuh gue? Apa untungnya bunuh gue yang hidup sebatang kara ini...gue ngga punya apa-apa!" Tanya Lia terbata-bata.

"Bukan harta yang melatar belakangi rencana ini. Tapi, atas dasar balas dendam."

"Siapa yang mau balas dendam sama gue?"

"Udah Nil, jangan dilanjutin." Ucap Farhan yang cukup lama terdiam.

"Ngga! Gue harus tahu semua! Lo bilang ada orang mau bunuh gue, gimana gue bisa tenang! Kalian harus ceritain semuanya sekarang! Trus kenapa kalian bisa tahu kalo ada yang mau bunuh gue?" Tanya Lia semakin panik.

"Kita tahu dari orang yang selama ini ngawasin lo. Maaf, tapi tanpa sepengetahuan lo gue nyuruh mata-mata buat nyari tahu informasi. Ternyata memang benar, setelah ditelusuri orang yang udah membunuh ibu kandung lo selama ini ngawasin lo dan udah lama ngincer lo juga!" Jelas Farhan dengan tenang.

"Bukannya dia udah ditahan di penjara?"

"Dia kabur demi balas dendam Li. Dan bukan Lo aja yang diincar. Ayah lo juga bakal jadi sasarannya." Tambah Daniel.

Pernyataan Daniel dan Farhan membuat Lia semakin tak percaya. Ternyata masalah yang selama ini Lia timbun akan muncul kembali. Bahkan lebih parah. Dengan cepat Lia mengeluarkan ponselnya dan menelfon ayahnya. Tak lama kemudian terdengar lah suara ayahnya Lia. Sedangkan Farhan dan Daniel hanya diam sambil mendengarkan percakapannya.

"Halo, kenapa Li?"

"Pah, papah dimana?"

"Dikantor. Memangnya ada apa? Kamu kenapa Lia?" Tanya ayah Lia semakin bingung.

"Pah.....papah bisa kesini ngga? RS xx, Lia mohon pahh..." Mohon Lia yang semakin panik.

"Iya Lia papah kesana sekarang."

Pip...

Wajah Lia masih terlihat sangat pucat. Farhan yang masih duduk diatas ranjangnya merasa sangat bersalah mengapa ia harus mengatakan hal yang ingin ia tutupi selama ini. Sesekali Farhan memandang Daniel dengan tatapan ingin membunuh. Semua ini karena Daniel yang tak sengaja membeberkan informasi ini pada Lia. Daniel yang menyadari tatapan Farhan hanya diam dan bersikap hal ini benar. Karena dengan ia menceritakan hal ini pada orang yang nyawanya terancam adalah hal yang paling benar.

Tiba-tiba ponsel Farhan tak henti-hentinya berdering dan setelah dilihatnya ternyata mata-mata yang ia tugaskan menelfon nya. Farhan mengerutkan keningnya dan mulai merasa aneh. Tak seperti biasanya mata-mata ini menelfon Farhan sampai berkali-kali bahkan mengirimkan sebuah pesan suara yang sangat singkat. Dengan cepat Farhan mengangkat telfonnya.

"Halo."

"Rencana kita telah diketahui oleh target!!!"

"Diketahui kok bisa pak!" Jawab Farhan panik.

Karena raut wajah Farhan yang tiba-tiba berubah, Daniel dan Lia langsung mendekat dan sama-sama menunjukkan wajah yang penuh pertanyaan.

"Sepertinya target akan mempercepat gerakannya. Maaf,karena baru mengatakan ini pada anda tapi kami telah mendapatkan informasi ini dari 3 hari yang lalu. Untuk berjaga-jaga bisa jadi rencana itu akan dilakukannya sekarang juga!"

"Baik pak, terimakasih informasinya. Untuk sekarang siapkan anggota untuk berjaga diruang inap saya. Karena orang yang dicari sang target sekarang ada disini dan satu nya lagi sedang menuju kemari."

"Baik, laksanakan."

Pip...

Karena penasaran Daniel menepuk pundak Farhan dan bertanya tentang isi telfon yang baru saja diangkatnya. Lia yang ada didekat Daniel pun juga mempertanyakan hal yang sama. Mau tidak mau Farhan memberi tahu mereka berdua tentang rencana yang ia susun selama ini telah diketahui oleh target bahkan sudah 3 hari lamanya.

"Trus apa rencana Lo?" Tanya Daniel pada Farhan.

"Untuk saat ini gue mau memperketat keamanan dituangkan ini. Terutama keselamatan Lia dan ayahnya. Seseorang juga akan mengawasi ayah Lia yang akan kesini dan akan di antar menuju ruangan oleh orang-orang yang sudah menantinya diluar rumah sakit, jad....LIAAAAA AWAASSS!!!!" Langsung menarik tangan Lia kedalam pelukannya.

Pranggg.....

avataravatar
Next chapter