1 Daily Life (1)

"Fer! Sudah ibu bilang kan tidak boleh masuk hutan! Terlalu berbahaya! Kenapa masih saja keras kepala kesana!?"

"Ta-tapi bu kata teman teman di hutan banyak tumbuhan obat. Ja-jadi Fer mau kesana untuk mencari tumbuhan obat ini."

Aku sodorkan hasil carianku kepada ibu. Aku tak bermaksud untuk untuk masuk ke hutan tapi aku juga ingin membantu ibu mencari penghasilan. Sejak ayah meniggal, ibu selalu bekerja keras di toko roti nyonya Betty dan sering pulang larut malam. Setidaknya aku ingin meringankan ibu walau hanya sedikit saja tapi hasilnya... Sigh.

"Fer, dengarkan ibu. Ibu tahu Fer mengkhawatirkan tapi ibu baik baik saja. Ibu tak ingin Fer terluka oleh monster di hutan jadi ibu minta jangan lagi kamu masuk hutan sebelum kamu bisa mengunakan Skillmu nak, janji?"

'.... Iya bu, Fer janji."

Walaupun aku tahu alasan ibu melarangku masuk hutan tapi tetap saja aku merasa kesal. Alasan ibu melarangku masuk hutan karena tempat tersebut adalah sarang para monster. Makhluk haus darah yang memangsa hampir semuanya termasuk manusia. Di dunia ini monster dapat dijumpai dimana pun dan juga merupakan salah satu ancaman terbesar bagi manusia yang belum mendapatkan Skill sepertiku.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang kamu pulang saja duluan ibu masih ada urusan dengan nyonya Betty tokonya."

"Iya bu. Pulang malam?"

"Hmm, mungkin iya tapi ibu usahakan pulang sebelum jam makan malam. Malam ini Fer mau makan apa?"

"Apapun tapi Fer mau makan bersama ibu."

"Iya iya ibu mengerti. Ibu pergi dulu."

"Ibu hati-hati di jalan."

Aku lambaikan tanganku kepada ibu yang berlari menuju toko nyonya Betty. Sedangkan aku mulai berjalan pulang.

Aku tinggal di Desa Pelk. Desa Pelk terletak di wilayah kekuasaan Viscout Robert Floss bagian selatan Kerajaan Agung Zelinia. Desa Pelk adalah desa pinggiran namun fasilitas yang berada di desa kami bisa dikatakan lebih unggul dari desa lain.

Desa kami memiliki tembok pembatas yg kokoh serta satu regimen kesatria yang dipimpin langsung oleh Tuan Robert.

Desa kami juga memiliki Akademi untuk anak desa mempelajari berbagai ilmu. Maka desa Pelk pun bisa disebut desa yang mumpuni.

"Haaaaah. Kalau aku tahu hasilnya seperti ini aku tak akan masuk hutan, cih. BOB SIALAN!!!"

Aku teriakan dengan keras nama Bob yang telah mengajurkanku untuk masuk hutan tanpa sepengetahuan ibu. Bob gendut sialan.

"Ah sudahlah, memikirkan Bob membuatku tambah kesal saja. Oh ya, ibu mau bawa apa ya untuk makan malam nanti?"

Melupakan Bob sang sumber permasalahanku siang ini aku pun melajutkan perjalananku pulang sembari memikirkan makanan yang akan dibawakan ibu nanti malam.

▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼▼

"Selamat makan!"

Aku makan dengan lahap menu yang telah disedikan oleh ibu. Hmm~ Seperti biasa masakab ibu memang lezat~.

"Jadi Fer bagaimana keadaanmu di Akademi?

kamu tidak membuat onar tau menjahili Bob lagi kan?"

"Eh? Hmm. Tidak bu tenang saja, Fer termasuk murid baik di Akademi dan Fer juga sudah jarang menjahili Bob."

"Jadi kamu masih menjahili Bob ya?"

Twitch. Seketika aku merinding melihat wajah ibu.

Aku tahu! Senyum itu!! Senyum ibu saat ibu marah tapi berusaha menutupi kemarahannya!!

"Tu-tunggu dulu bu! Bob yang selalu membuatku kesal. Fer hanya membalas perbuatan Bob, Sungguh bu!"

Jawabku dengan panik saat melihat ibu. Lagi pula kenapa ibu lebih peduli Bob dibanding anaknya sendiri!?

"Hoho, begitu kah?"

Smiled.

Hiiiiii senyum ibu tambah menyeramkan! Siapapun tolong aku!

"E-eh b-bu Fer mau ti-ti-tidur dulu ya? Fer su-sudah kenyang be-besok juga ada kelas pagi Pak Pica ja-jadi Fer harus bangun pagi. Se-selamat ma-ma-malam Bu."

Aku perlahan turun dari kursi dan jalan menuju kamarku tapi saat aku mulai membuka pintu kamarku.

"He? Kalau begitu selamat malam Fer. Tapi kalau besok ibu dengar kalau Bob dijahili lagi, Fer tahu kan?"

Jantungku berhenti. Maksudku benar benar berhenti. Sungguh aku takut menoleh ibu. KYAAAAAA! Bagaimana wajah manusia bisa seseram itu!

"I-i-iya bu tenang saja."

Ku tutup pintu kamarku perlahan dan langsung tidur.

sebagai informasi malam itu aku bermimpi buruk. Benar benar buruk.

avataravatar
Next chapter