3 Ini Aku Ansel

Setelah pulang sekolah, Ansel kemudian ikut pergi ke mansion kakeknya Ansel Hartigan bersama sepupunya Victoria

Sampai disana Ansel langsung masuk keruangan kerja sang ayah harap-harap mendapati ayahnya disana.. dan hasilnya nihil, sang ayah belum kembali dari Paris

Dengan keteguhan hati, Ansel mencoba menghubungi sang ayah melalui telepon rumah di mansion kakeknya itu.. 

Dan, binggoo.. berhasil terhubung..

Klikk..

"Ya Hallo.. Liam disini" ucap ayah Ansel di seberang telepon

"Hallo ayah ini aku Ansel"

"Ada apa Ansel? Ayah kira dari pekerja mansion atau yang lainnya.. kenapa menghubungi ayah lewat telepon rumah, ponselmu rusak?"

"Tidak ayah.. aku sengaja, agar ayah mengangkat telpon dan mau bicara denganku"

"Ada apa? Sepertinya ada hal penting?"

"Ayah mengingkari janji ayah.."

"Tunggu, memangnya ayah memiliki janji apa denganmu?"

"Janji lama.. ayah mengatakan bahwa tidak akan ada hal spesial yang akan ayah berikan padaku.. tapi sekolah yang ayah miliki? Tidak jauh berbeda dari sekolah kakek.. bahkan lebih buruk dari sekolah kakek.. pembatasnya begitu terlihat"

"Astaga Ansel.. kamu sudah ke daerah kelas istimewa?"

"Tentu, dua teman ku yang mengantarkan ku kesana.. bahkan aku sampai masuk news trending kata kak Victoria"

"Huft sudah bertemu Victoria juga rupanya.. sebenarnya ayah mengkhususkan kelas itu hanya untuk Hartigan Family, tapi karena Victoria memiliki teman dari keturunan Raja Swedia ayah memutuskan yang bisa masuk ke kelas itu hanya sebagian dari simbolik clan kerajaan.. karena itu merupakan satu fasilitas keamanan untuk keluarga kelas atas dan menengah, lagipula tidak ada yang tahu isi kelas istimewa itu siswa siswi dari kalangan manapun kecuali dirimu, juga 2 temanmu itu"

"Tapi ayah, di sekolah itu tetap saja ada dinding pembatas antara kalangan atas, menengah dan bawah.. aku tetap tidak suka itu ayah… apalagi kini orang-orang mulai mencari tau siapa aku, karna aku berhasil masuk ke daerah kelas istimewa" ucap Ansel tetap tidak terima dengan penjelasan sang ayah

"Ayah sudah berjanji untuk membuatmu terlihat tidak spesial di kalangan orang awam apa itu tidak cukup? Kamu seharusnya bersyukur karena lahir di keluarga ini.. ayah tidak masalah kamu tidak ingin dikenal sebagai penerus ayah maupun salah satu anak bagian dari keluarga Hartigan, tapi jangan sampai kamu ingin menghilangkan identitas mu itu, selagi kamu belum menikah dan memiliki keturunan.. jangan berani menentang takdir yang sudah diberikan Tuhan pada keluarga kita Ansel dan jangan menyalahkan orang-orang yang ingin mengetahui siapa dirimu, sehingga kamu dapat memasuki daerah kelas istimewa.. itu semua sudah direncanakan oleh Tuhan mu jangan menentang lagi Ansel, jangan.. cukup ayah dan paman yang menentang kakekmu untuk mengganti marga itu hanya untuk setia pada simbol clan" ucap sang ayah menjelaskan dengan nada frustasi

Ansel yang mendengar itu pun merasa tertohok.. seakan akan.. keluhannya itu tidak sebanding dengan rasa frustasi yang dimiliki ayahnya

"Ansel ada apa?" tanya Victoria lewat tatapan batin

"Tidak apa apa, pergilah" ucap Ansel lirih

Hal itu membuat Victoria mengurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut.. dan membiarkan Ansel tenang dengan sendirinya

Karena percuma memancing Ansel untuk berterus terang saat itu juga. Yang ada Ansel bisa bisa menghancurkan segalanya yang ada di ruangan itu..

"Victoria, tumben ke mansion kakek?" tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya

"Uh iya kak hehe.. rindu tempat ini sih, udah lumayan lama nggak kesini setelah rapat itu" jawab Victoria

"Kakak enggak ke kantor?" tanya Victoria pada wanita itu

"Enggak.. ayah nyuruh aku cuti, takutnya aku kecapean ngurus semua perusahaan cabang" jawab wanita itu sambil membawa dua gelas berisi teh hangat untuk diberikan pada Victoria dan juga diminum untuknya

"Stella... bicara sama siapa kamu?" tanya seorang pria paruh baya keluar dari ruang kerjanya

"Kakek" kaget kedua anak keturunan Ansel itu

Stella Hartigan atau lebih tepatnya Anauristella Hartigan cucu pertama dari keturunan murni Ansel

Dan pria paruh baya itu adalah Ansel Hartigan

..Kepala Keluarga Utama Ansel Hartigan..

"Loh ada tamu rupanya" ucap sang kakek saat melihat cucu cucunya sedang duduk bersama

"Ah iya kek.. maaf baru sempat mampir kesini lagi" ucap Victoria kepada kakeknya itu

"Tidak apa apa, lagian kalian semua sudah cukup besar.. pasti sudah memiliki kesibukan masing-masing…" ucap sang kakek sambil bersandar di kursi kebesarannya sambil melihat lihat majalah berita keluarga

"Kakek" panggik seseorang membuat ketiganya menoleh ke sumber suara

"Ansel" kaget sang kakek dan stella kakak sepupu tertua Ansel

"Sejak kapan kamu disini?" tanya sang kakek

"Sejak negara api tenggelam di laut kek" jawab Ansel asal hingga mendapat toyoran dari sepupu tertuanya itu

Ttakk..

"Aduh tante sakittt.."

"Apa kamu bilang!!!"

"Sudah sudah.. ya ampun kalian berdua ini, masih saja seperti anak-anak… lihat Victoria, dia itu selalu tenang tidak seperti kalian selalu membuat keributan" ucap sang kakek memisahkan keduanya tidak lupa membandingkan kepribadian mereka bertiga

Dan itu menjadi tamparan bagi dua kakak beradik sepupu itu..

"Selalu dia" batin kedua hingga membuat keduanya menoleh dan Victoria yang mendengar itu hanya tersenyum kecut

"Tak ada gunanya membatin, jika semuanya memiliki ikatan batin yang kuat" ucap sang kakek kembali membuat Ansel dan Stella tersentak..

Ansel yang memang sedari sepulang sekolah moodnya tidak bagus pun langsung masuk ke salah satu kamar.. yang memang sengaja disediakan untuk semua cucu keturunan Ansel Hartigan

Stella dan Victoria yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya saja

"Tidak pernah berubah" batin keduanya bersamaan alhasil sang kakek pun tertawa

"Hahaha.. memang menyulitkan ya memiliki ikatan batin yang begitu kuat.. sampai sampai membatin saja bisa bersamaan begitu hahaha" ucap sang kakek sambil tertawa

"Apa sih kek, gak lucu tau" ucap mereka bersamaan

Sang kakek masih terus tertawa.. melihat keakraban para cucunya masih terjalin begitu baik. Benar benar tidak ada sedikitpun dari mereka yang merasa saling mengiri dan menjatuhkan satu sama lain.. atau bahkan saling membenci karena keluarnya mereka dari silsilah Ansel Family..

"Kakek tidak pernah memanjakan kami sedikitpun, sehingga kami hidup dengan karakter yang tidak jauh berbeda… kami hidup berjalan di atas jalan yang kami pilih hingga tidak ada beban bagi diri kami untuk menjalani kehidupan sebagai seorang keturunan bangsawan" ucap Ansel dalam diamnya di balkon kamar

"Aku benar-benar merindukan kebersamaan cucu Ansel Hartigan, apakah sebentar lagi waktunya untuk dapat kumpul bersama-sama kembali?" ucap Stella berbicara dengan dirinya sendiri.. batin bahkan pikiran siapapun tidak akan dapat mengetahui isi hati Stella yang selalu berinteraksi dengan dirinya sendiri

 

avataravatar
Next chapter