3 Ch. 3 -Mencari Mr. Time

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk mencari orang yg membunuh orangtuaku. Memang, pasti akan ada saat kami bentrok, tp itu akan kupikirkan nanti. Akan kuusahakan mencari jalan terbaik selain bertarung.

"Yosh, akhirnya sudah semua."

Sebenarnya, masih ada satu yang mengganjal dalam pikiranku. Apa aku harus memberi tahu adikku bahwa aku akan pergi? Ah, sepertinya tak usah. Aku tak ingin membuatnya lebih cemas. Apa sebaiknya aku pergi diam-diam saja? Atau mencari alasan? Tapi alasan apa kira-kira yang cocok untuk mengelabui nya? Apa aku bilang saja ya, kalau aku ingin menginap dirumah teman? Ah, tidak, dia tak akan percaya. Lagi pula aku tak tahu sampai berapa lama aku akan pergi.

"Kak?"

Tiba-tiba ada suara adikku yang sedang mengetuk pintu kamarku.

"Ya? Ada apa?"

Gawat, dia tak boleh sampai tahu. Sebaiknya kusembunyikan tas ini terlebih dahulu.

"Makan malam sudahnya sudah siap"

"Baik, aku akan segera kesana"

Setelah menyembunyikan tas ku, akupun segera pergi kebawah untuk makan malam.

"Aku ingin pergi mandi dulu"

"Oh, ok"

Akupun segera pergi kekamar mandi.

Setelah selesai mandi, akupun segera pergi mengarah ke kamarku. Alangkah terkejutnya aku, melihat tiba-tiba adikku berada didalam kamarku.

"Eh? Apa yang sedang kau lakukan?"

Tak kusangka, ia menemukan tas yang sudah ku sembunyikan itu.

"Apa ini maksudnya? Tolong jawab aku jujur."

Gawat, alasan apa yang harus kupakai?

"Eh, itu... "

"Itu, apa? Apa jangan-jangan kau juga berbuat meninggalkanku ya?"

"Tidak, mana mungkin aku meninggalkan adikku satu-satunya."

"Lalu, untuk apa kau berkemas?"

"Eh, itu... Aku ingin menginap dirumah Cid"

"Cid? Siapa itu?"

"Ituloh, teman sebangku ku yang pernah kuceritakan itu. Masa kau lupa"

"Kenapa kau ingin menginap dirumahnya disaat seperti ini?"

Aduh, alasan apalagi yang harus kupakai. Memang sulit kalau dia sedang penasaran. Hadehh...

"Eh, emmm.... itu, sebelumnya aku pernah berjanji akan menginap dirumahnya. Dan tadi ia menelpon untuk menagih janji itu."

Semoga dia percaya.

Dia menatapku dengan serius, memastikan bahwa aku tak berbohong. Semoga saja tak ketahuan.

"Ya, sudah. Kapan kau akan pergi jadinya? "

Fiuhh, untung dia percaya. Bisa gawat urusannya kalau ketahuan.

"Eh, mungkin bsk pagi aku akan pergi"

"Berapa lama kau akan menginap?"

"Kenapa memangnya? Apa kau akan merindukan aku disaat aku pergi?"

"Berisik kau, a-aku hanya memastikan nya saja"

"Haha, iya iya, aku percaya kok. Lagi pula tak akan lama kok, mungkin 3-4 hari"

"Ya sudah"

Setelah percakapan itu, dia pun akhirnya pergi.

"Wah, gila. Tadi itu hampir saja, untung saja dia percaya pada apa yang kukatakan. Bisa gawat kalau dia sampai curiga. Lagipula, sebenarnya aku tak ingin melakukannya, tapi aku harus menemukan dia bagaimanapun caranya."

Tapi, harus dari mana ku cari? Aku tak memiliki petunjuk sama skali. Apa mungkin ku tanyakan pada anggota Justice? Ah, mereka pasti tak mau memberitahukannya. Ah, sudahlah, akan kupikirkan bsk, lebih baik sekarang aku istirahat dulu.

Keesokan harinya

Bzzzttt..... Bzzztttt...

"Hoaaaaaaam, siapa si yang menelpon pagi buta seperti ini? Padahal baru jam 5 pagi"

Kuambil HP ku dan kulihat. Hah? Siapa ini? Tak ada namanya, apa mungkin salah sambung?

Karena penasaran, akhirnya ku angkat telpon itu.

"H-Halo?"

"Selamat pagi, Hidoki Rio."

"Huh? Darimana kau tahu namaku? Siapa ini?"

Siapa ini? Suara laki-laki.

"Siapa aku itu tidaklah penting, yang lebih penting ialah aku tahu kau pasti sedang mencari sosok yang sudah membunuh orangtuamu, apa aku benar?"

"D-Dari mana kau tahu itu? Siapa kau sebenarnya?"

"Sudah kukatakan, siapa aku tidaklah penting. Apa mungkin kau tak ingin tahu dimana pembunuh orangtuamu itu?"

"Hah? Memangnya kau tahu dimana dia?"

"Hahaha, itu bukan masalah besar. Aku tahu dimana persembunyian, bahkan aku tahu dimana dia sekarang."

"KATAKAN, DIMANA DIA? "

"Haha, tenang dulu tenang, jangan terburu-buru. sebelum itu aku ada permintaan."

"Permintaan?"

"Ya, permintaan yang sederhana."

"Kalau itu memang bisa membuatku tahu dimana pembunuh orangtuaku, aku akan melakukan apa saja."

"Hahaha, tepat seperti apa yang ingin ku dengar"

"Jadi, apa permintaanmu? "

"Sebelumnya, aku ingin memastikan. Apa benar, kau satu-satunya orang yang memiliki 2 kemampuan dari orangtuamu sekaligus?"

Hah? Sebenarnya dari mana ia tahu semua itu? Siapa dia sebenarnya?

"Iya, lalu? "

"Tepat seperti dugaanku. Sebenarnya aku ingin melihat sendiri kemampuan mu"

"Uh, tapi aku tak akan menggunakannya"

"Mengapa? "

"Karna, aku sudah memiliki prinsip. Bahwa aku akan menyelesaikan semua masalah dengan damai."

"Hahaha, apa kau gila? Didunia ini, mana ada yang namanya menyelesaikan dengan damai. Apa kau bodoh?"

"Memamg terdengar bodoh, tpi aku yakin bahwa aku dapat melakukannya"

"Hahaha, baiklah baiklah. Jadi, kalaupun aku memberitahumu keberadaan orang yang membunuh orangtua mu, apa yang akan kau lakukan? Berbicara sambil minum teh?"

"Ke dengar annya bagus, akan kucoba"

"Kau gila seperti yang dikabarkan, aku yakin saat kau bertemu dengannya, kau tak akan ada kesempatan sama skali untuk melakukannya."

"Sudah, dari pada terlalu lama, jadi apa permintaanmu? "

"Ah, benar. Permintaanku sederhana. Aku hanya ingin kau pergi ke pusat kota. Aku akan menunggumu disana"

"Hah? Permintaan macam apa itu?"

"Haha, lakukan saja, aku akan menunggumu disana. Jadi, sebaiknya kau cepat"

"Tunggu du-"

Dia mematikan telponnya. Sebenarnya siapa dia? Apa mungkin ku turuti saja? Tapi, apa kemungkinan ini jebakan? Tapi, siapa? Mengapa dia melakukannya? Apalagi, dia mengatakan sesuatu tentang kekuatanku. Seharusnya tak ada yang tahu selain keluargaku. Ini semakin mencurigakan.

"Yosh, aku akan menemuinya"

Akupun segera bangun dan langsung pergi menuju pusat kota.

"Hah? Apa yang dilakukannya sepagi ini? Aku semakin curiga bahwa dugaanku kemarin benar, dia akan melakukan sesuatu diam-diam"

Tak, kusadari ternyata Reni sudah bangun dan melihatku yang terburu-buru.

"Apa, aku ikuti saja ya? Aku memiliki firasat buruk"

Reni pun segera mengikutiku dari belakang.

Tak lama, akupun sampai di pusat kota. Aku tak melihat ada siapapun disana. Apa mungkin benar ini jebakan?

"Wah, wah tak kusangka kau akan langsung datang setelah kututup telponnya."

Tiba-tiba seorang pria yang mengenakan jas hitam padat muncul tak jauh didepanku.

"Jadi, kau yang menelpon ku tadi. Apa maumu?"

"Mauku? Bukan kah sudah ku katakan tadi bahwa aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, dua kemampuan yang berada dalam satu tubuh. Itu adalah kejadian langka."

"Sudah kukatakan, aku tak akan menunjukkannya, aku tak ingin menyelesaikan semuanya dengan kekerasan"

"Apa kau yakin? Bahkan, bila kutunjukkan ini?"

Dia tiba-tiba menjentikkan jarinya. Ternyata, datang sesosok berjubah hitam lagi yang datang. Dan, sekarang dia membawa adikku.

Tunggu dulu, ADIKKU?

"A-apa apaan maksudnya ini?"

"Hahaha, bukan kah dia cantik?"

"Apa yang kau lakukan dengannya?"

"Hahaha, mungkin aku akan sedikit bermain dengannya"

"Hentikan, jangan berani kau menyentuh bahkan sehelai rambutnya. "

"Uuh, aku takut. Lalu, apa yang akan kau lakukan? Memanggil para Justice?"

Memang mungkin memanggil para Justice akan membantu, tapi tak akan sempat. Aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan pada adikku.

"Tunggu, bisakah kita berbicara saja? "

"Hahaha, apa kau benar-benar bodoh? Mana mungkin aku ingin berbicara denganmu"

"Tolong, akan kulakukan apa saja, tapi lepaskan adikku"

"Hahaha, mana mungkin kulepaskan perempuan secantik nya"

Dia tanpa ragu menyentuh adikku yang sedang pingsan itu

"Kau.... Kau.... SINGKIRKAN TANGAN KOTOR MU DARI ADIKKU"

"Uuuh, takut. Apa kau marah?"

"Lepaskan dia, aku tak akan mengatakannya dua kali"

Dengan tatapan jahatnya, ia tiba-tiba menjilat adikku. Ketika ku melihatnya, tanpa kusadari dalam pikiran ku hanya ada kata, Sial akan kubunuh dia.

"Wah, wah, lihat siapa sekarang yang sudah menunjukkan kekuatannya"

Tanpa kusadari, kekuatanku pun bangkit

"Kau, kau akan menyesali perbuatanmu itu"

BERSAMBUNG~

avataravatar