6 Sixth Story✧ ~ Perpustakaan Kota

Happy Reading♡

Aldrich pun sampai di rumah Rachel setelah melesat dalam hitungan detik dan telah berada di balkon kamarnya memandang ke arah Rachel yang sedang tertidur pulas.

"Ternyata dia sudah tertidur"ucap Aldrich.

Saat dirinya akan pergi karena dia tidak ingin Rachel terganggu tiba-tiba suara Rachel menghentikan langkahnya.

"A-aldrich..." ucap Rachel begitu lirih yang masih tetap terbaring di tempat tidurnya.

Dia yang merasa di sebut namanya langsung menoleh meskipun suara Rachel begitu lirih tetapi pendengarannya tetaplah tajam.

Seketika dia langsung memasuki kamar Rachel. Jelas dirinya mampu memasuki kamar milik Rachel  dengan kekuatan yang dia punya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Jika dia harus mengetuk pintu terlebih dahulu dan Rachel melihat bahwa itu dirinya mungkin dia tidak akan membukakan pintu itu karena sekarang sudah malam bisa berapa nanti jadinya jika seseorang melihat mereka berdua dirumah malam-malam dan berada di dalam kamar pula.

Aldrich pun mendekat kearah Rachel yang terbaring di tempat tidur dan duduk disebelahnya.

"Hmm.. ternyata dia mengigau lalu menyebut namaku kufikir dia terbangun dan melihatku di balkon kamarnya"

Sesaat dirinya melihat kearah wajah Rachel yang mulai menampilkan raut ketakutan dan keningnya pun  mulai sedikit berkeringat tipis.

"Sepertinya dia bermimpi buruk. Aku akan sedikit menenangkannya" ucapnya lalu mengelap keringat tipis di kening Rachel dengan tangannya.

Setelah melakukan itu dia mulai membelai puncak kepala Rachel dengan perlahan dan mengatakan

"Tidurlah... Disini ada aku tenanglah dan mulaikan mimpimu yang indah"

Seketika raut wajah Rachel berubah menjadi tenang lagi tidak seperti tadi yang menampilkan raut wajah ketakutan. Mungkin Rachel telah bermimpi indah setelah Aldrich mengucapkan kata itu.

Dia pun langsung berdiri dan berfikir akan melangkah pergi dari kamar Rachel dan kembali ke Kerajaan Valeroius tetapi Aldrich yang akan pergi seperti tangannya ditahan oleh seseorang.

Dirinya langsung menoleh kearah tangannya itu dan ternyata tangan Rachel memegang tangannya seperti dia menahan agar Aldrich tidak pergi.

Tetapi itu dilakukan Rachel secara tidak sadar karena dia tertidur pulas. Aldrich pun mengurungkan niatnya untuk pergi lalu kembali duduk disamping Rachel yang tertidur.

"Tidurlah.. aku tidak akan pergi. Aku akan tetap disini" ucapnya kepada Rachel yang masih terbaring tidur itu.

Aldrich juga mulai membaringkan badannya disamping Rachel dan memiringkan badannya. Sesaat dia mencermati setiap inci wajah Rachel dan berkata

"Kau sangat cantik, hidung mancungmu bibir pink tipismu, bulu mata lentikmu itu dan warna biru manik matamu sama seperti orang yang dulu pernah ada bersamaku tapi sekarang dia telah tiada" ujar Aldrich sambil tersenyum yang sebenarnya menampilkan kesedihan mendalam.

"Kau memang sama seperti dirinya tapi mungkin kau berbeda dengannya. Benar ucapan John dulu wajahmu memang sama dengannya tapi kau berbeda" ucapnya yang masih tetap tersenyum tetapi tersenyum dengan masam.

Tiba-tiba tangan Rachel beralih ke pinggangnya dia langsung terkejut dan dirinya pun berniat mengalihkan tangan Rachel dari pinggangnya tetapi itu tidak lah mempan.

Rachel tetap meletakkan tangannya lagi di pinggang Aldrich seperti dia adalah sebuah guling yang sangat empuk sehingga tangannya memeluk pinggang Aldrich. Sekilas Rachel pun tersenyum dengan kelopak mata yang masih tetap tertutup.

Aldrich yang melihat itu hanya bingung dan hanya bisa pasrah membiarkan tangan Rachel berada di pinggangnya lalu dia pun mulai menutup kelopak matanya juga untuk tidur bersama Rachel.

                _cintaku pada vampir dingin_

Pagi telah tiba matahari mulai terbit dan menampilkan sinarnya yang begitu terang serta hangat. Seberkas cahaya matahari menelusup masuk melewati celah jendela kamar Rachel dan tepat mengenai wajahnya.

Dia pun terbangun lalu mengucek matanya sebentar dan diam sejenak. Seketika ingatannya tersadar.

"Sepertinya kemarin aku bermimpi tentang Aldrich yang duduk sendiri di puncak bukit lalu dirinya berteriak tapi mengapa aku memimpikannya?" ucap Rachel dengan bingung.

Dia pun menoleh kearah samping tempat tidurnya. Dirinya mulai berkata kembali

"T-tunggu dulu. Ada sebuah guling disampingku kufikir kemarin aku merasa memeluk seseorang tapi siapa? Apakah guling itu? Tapi sepertinya bukan itu. Ahh sudahlah kenapa aku memikirkan terus, oh ya nanti aku akan pergi keperpustakaan kota" ujarnya.

Kemarin memang Aldrich telah pergi dari kamar Rachel sebelum pagi. Dirinya pun tak lupa meninggalkan guling itu disamping Rachel agar saat dia terbangun dirinya akan berfikir bahwa kemarin malam dia tidur memeluk sebuah guling bukan dirinya.

Kakinya pun mulai beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian dia telah selesai lalu dia bergegas mengganti baju untuk segera  ke perpustakaan kota.

Dirinya pun telah siap. Dia mengenakan kaos lengan panjang dan celana pendek  diatas lutut serta membawa tas berwarna pink kesayangannya.

Dengan santainya dia keluar dari rumah lalu menuju ke halte bus. Tidak lama dia menunggu dihalte, bus itu telah datang lalu dia segera menaikinya.

Sesaat dirinya telah sampai di depan perpustakaan pusat kota itu. Kakinya mulai melangkah secara bergantian untuk memasukinya.

Didalam perpustakaan seketika Rachel merasa takjub. Bagaimana tidak? Perpustakaan ini sangat lah luas. Tidak bisa dibayangkan ada beribu-ribu buku di dalam rak-rak yang tersusun rapi. Semua pengunjung perpustakaan pun sangat lah banyak.

"Wowww.. semua ini sangat lah luas. Baru pertama kali aku melihat ini" ucapnya sambil memandang kearah rak-rak buku yang berjejer disetiap ruangan.

"Oh ya. Aku akan mengisi data masuk ke perpustakaan terlebih dahulu"

Dia pun pergi menuju ke tempat pengisian data masuk perpustakaan. Setelah mengisi semua dirinya mulai berjalan kearah rak buku dan melihat satu persatu buku yang dia cari.

"Kenapa tidak ada buku tentang mate itu" Ujarnya dengan tetap mencari.

Secara tidak sengaja dia menjatuhkan sebuah buku. Dia pun langsung mengambilnya saat dia melihat sampul dari buku itu dirinya langsung merasa senang.

"Apa ini? Judulnya seorang mate akhirnya aku menemukan buku ini tetapi kenapa bahasanya seperti bahasa jaman dahulu. Tidak apalah yang penting aku bisa mengetahui kata mate itu." Ucapnya.

Rachel pun mulai duduk sambil membuka satu persatu lembaran buku itu.

"Disini tertulis m-mate adalah seorang pasangan yang telah ditakdirkan moongodes untuk V...."

Ucapan Rachel terpotong karena lembar tulisan itu hilang mungkin karena ada seseorang yang dengan sengaja menyobek lembaran kertas itu.

"Kenapa ini harus robek? Lalu robekannya dimana? Padahal aku ingin mengetahuinya" ujar Rachel dengan raut wajah kecewa.

"Sebelum lembar itu dirobek masih tersisa kata V. Apa itu V? Apakah vampir? Tidak-tidak mana ada Vampir. Itu hanya ada di film saja Chel" ucapnya meyakinkan diri sendiri sambil tertawa.

"Tetapi kalau memang benar potongan kata V itu adalah Vampir maka... Aldrich adalah Vampir!"

Rachel mulai gelisah memikirkan hal itu. Bagaimana tidak? Jika benar Aldrich adalah Vampir berarti ucapan Aldrich yang menganggap dirinya mate itu benar dan dia adalah mate seorang vampir.

Tak terduga disaat dia sedang gelisah dirinya langsung terkejut karena mereka berdua Aldrich dan John sudah berada disamping kursinya yang telah duduk manis bersama.

.

"Kenapa aku harus tersenyum haa!!"

                                      ♡

avataravatar
Next chapter