4 Fourth Story✧~ Kemarahan Aldrich

Happy Reading ♡

"Kenapa dia tiba-tiba menggebrak meja ini? Dasar pria gila aneh" Ucap Rachel pada John yang tampak kebingungan sambil menoleh ke arah Aldrich yang mulai keluar dari kelas.

John yang tau bahwa Aldrich telah marah kepadanya hanya bisa berpura-pura tidak tau dihadapan Rachel.

"Aku tidak tau juga Chel. Sebentar..aku akan ke toilet dahulu ada panggilan alam hehehe" ujar John berbohong dan langsung berdiri dari kursi yang dia duduki itu.

Dirinya langsung menuju ke tempat gudang sekolah karena Aldrich telah menunggunya disana.

Ya Aldrich memilih gudang sekolah karena tempatnya sepi mungkin hanya satu atau dua siswa saja yang berlalu lalang dan dia akan menghajar John ditempat itu.

John yang telah sampai di depan pintu gudang sekolah mulai melangkah memasukinya.

Fikirannya pun sudah berkecamuk memikirkan hal apa yang akan dilakukan Aldrich terhadapnya.

"Habislah kau John hari ini!!! Bersiap-siaplah menghadapi seorang Aldrich Brave Gracious yang murka."

"Kenapa aku bisa bodoh begini! Kenapa aku memegang tangan Rachel. Matilah aku!! t-tunggu dulu.. kenapa aku harus mati? Aku kan memang sudah mati dan sekarang menjadi Vampir tetapi aku akan menjadi debu hari ini" fikir John dengan panik

Aldrich yang duduk dikursi gudang sedari tadi telah mendengar kepanikan difikiran John. Dia hanya terdiam saja sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada.

Saat John mulai mendekatinya, Aldrich mulai bangkit dari duduknya itu dengan tetap menyedekapkan kedua tangannya di dada.

"A-ada apa Prince?" Ucap John dengan gugup

Seketika Aldrich langsung mengeluarkan kekuatan cahaya biru nya dan melemparnya kearah John hingga dia terbentur ke tembok gudang.

Dummmm...

Suara tabrakan yang begitu kuatnya antara tubuh John dengan tembok gudang sekolah yang sedikit retak terdengar dengan keras. Tetapi orang lain tidak akan mendengar suara itu karena Aldrich telah mengedapkan suara di dalam gudang sekolah dengan kekuatannya.

John yang langsung memegang dadanya akibat benturan tadi langsung berdiri kembali.

"Pr-prince  a-aku akan men-menjelaskan semuanya, kau tenanglah. A-aku tidak bermaksut seperti itu" ujar John dengan terbata-bata sambil tetap memegang dadanya itu.

"Kau tadi bertanya ada apa John? Kau tidak tau maksutku menyuruhmu datang kesini ha!!!!!"

"A-aku hanya memegangnya sekilas Prince" jelas John padanya.

"Katamu sekilas? Itu sekilas!!!! Kau tau meskipun sekilas atau seujung jari kuku pun jika ada yang menyentuh mateku maka aku akan menghabisinya karena dia adalah milikku hanya milikku John!!!! Hanya diriku yang berhak menyentuhnya" ucapnya dengan murka

Aldrich yang telah naik pitam hingga lupa segalanya. Aura yang keluar dari dalam tubuhnya juga seperti menjadi hitam kelam sampai matanya pun berubah menjadi hitam pekat.

Dia mulai mengeluarkan bola api dari kedua telapak tangannya yang siap dilemparkan kearah John. John yang tau akan hal itu langsung menghindar.

Meskipun itu bola api, bola itu tidak akan bisa membakar seluruh gudang sekolah ini karena bola api itu sudah ditujukan hanya untuk John jika dia sampai terkena maka dia akan terbakar sampai menjadi debu.

Aldrich pun mulai melemparkan bola api itu dengan berulang-ulang ke arah John tetapi John selalu berhasil menghindarinya.

Hingga seketika Aldrich menyatukan kedua bola api yang keluar dari telapak tangannya itu hingga menjadi sebuah bola api besar.

Dia langsung melemparkan bola api besar itu kerah John dan Dummmm...

Bola api besar itu langsung tepat mengenai John.

John pun langsung mengeluarkan kekuatannya juga untuk memadamkan bola api besar yang dilemparkan oleh Aldrich tetapi bola api besar itu sedikit terlanjur membakar dasi milik John.

"Tidakkk!!! Dasiku huffff hufff kenapa tidak padam-padam. Hufff hufff hufffffffffff. Hahh syukurlah bisa padam" ujar John dengan tenang setelah meniup dasi seragamnya yang terbakar sampai padam.

Dia pun langsung melepaskan dasinya itu dari kerah seragam dan langsung memasukkannya ke saku sehingga dia sekarang tidak memakai dasi pelengkap seragam sekolahnya.

Meskipun bola api besar itu menghantam ke arah John tetapi John tetaplah baik-baik saja hanya dasi seragam miliknya yang terbakar.

Ya memang Aldrich tidak sepenuhnya melempar bola api besar itu kearah John dengan kekuatan penuh sehingga diri John baik-baik saja.

"Sekarang kau masih ku beri kesempatan John!! Jika kau mengulangi kesalahan yang sama, maka..... Kau tau sendiri akibatnya!" Ancam Aldrich yang langsung berlalu keluar dari gudang sekolah.

"B-baik pr-prince" jawab John dengan gugup.

"Dasar... Padahal aku hanya memegang tangannya untuk sekedar berjabat tangan tetapi reaksinya malah seperti ini"..

"Tetapi jika mateku nanti ada yang memperlakukan seperti itu maka aku juga akan murka sama seperti Aldrich.. ahh sudahlah aku harus cepat kembali ke kelas"..

John pun mulai melangkah keluar dari gudang sekolah itu untuk menuju ke kelasnya kembali.

                             _✧✧_

Teng teng teng teng....

Bel pun berbunyi 4 kali pertanda waktu istirahat telah selesai. Semua siswa Sma Trinity mulai kembali dari kantin ke kelasnya masing-masing, mungkin juga ada siswa yang bandel dan tetap santuy menongkrong di kantin.

John yang akhirnya  sampai dikelas ternyata kelasnya telah berdiri seorang guru yang akan mengajar.

Tok tok tok...

Suara pintu yang diketuk oleh John terdengar sampai ke seluruh ruangan kelasnya. Dia pun langsung melangkah memasuki kelas.

"Maaf bu saya terlambat sedikit karena saya masih di toilet tadi" ucap John pada guru itu

"Kemana dasimu?" Tanya guru itu pada John.

"E-eee anu bu.. Oh ya tadi dasi saya terjatuh bu. Saat saya ingin mengambilnya tiba-tiba dasi saya tidak ada entah hilang kemana" jelas John yang sebenarnya itu hanya sebuah alasan semata.

"Ya sudah silahkan duduk ketempatmu sana, besok kau harus sudah memakai dasi lagi"

"Iya bu" jawab John pada guru itu

John pun melangkah ke tempat duduknya, sekilas dia melihat kearah Aldrich ternyata wajah Aldrich tetap sama seperti tadi tetap murka dan menampilkan aura kelam kepadanya.

Setelah menduduki kursinya John mulai menghadap kedepan menatap guru yang mengajar.

Beberapa jam mulai berlalu...

"Sekarang sudah pukul 15.00 sebentar lagi  bel pulang akan berbunyi" gumam Rachel dengan sumringah setelah melihat jam kecil berwarna putih yang melingkar dipergelangan tangan mulusnya.

Sesaat dia melihat kearah Aldrich dengan keheranan.

"Kenapa dia masih betah dengan wajah datarnya itu dan dia tetap diam saja sedari tadi tanpa berbicara. Tapi biarlah i don't care bodo amat" ujarnya didalam batin dan kembali menghadap kearah depan menatap seorang guru yang sedang menerangkan.

Sebenarnya Aldrich mendengar batin dari Rachel tadi memang dirinya menjadi seorang pendiam dingin tak tersentuh selalu marah semenjak kejadian masa silam.

Tetapi setelah bertemu dengan Rachel semua itu sedikit berkurang ya mungkin sedikit hanya sedikit saja...

Dia pun mulai menoleh kearah Rachel untuk melihatnya tetapi Rachel yang dilihat hanya tetap menghadap kedepan tanpa sedikit pun terusik.

"Aku sangat merindukanmu my mate.. aku sudah menunggumu lama dan sekarang aku telah menemukanmu. Aku berterima kasih kepada Moongodes karena telah mengirimu kembali padaku" ujar Aldrich di dalam batinnya sambil tetap melihat Rachel.

Rachel yang akhirnya merasa Aldrich melihatnya langsung menoleh ke arah Aldrich. Tatapan manik mata mereka pun langsung saling bertemu. Mereka tetap saling menatap satu sama lain tanpa mengedipkan mata mereka masing-masing.

Teng teng teng teng teng.....

Suara bel berbunyi 6 kali yang menandakan  waktunya pulang sekolah menyadarkan mereka berdua. Rachel dan Aldrich  sama-sama langsung mengalihkan pandangan kearah lain.

Deg deg deg...

"Kenapa jantungku berdegup dengan kencang sekarang" kata Rachel dengan lirih.

Aldrich yang celingukan langsung membereskan semua buku lalu memasukkan kedalam tas miliknya dan berjalan menuju keluar kelas hingga John pun menyusulnya keluar dari kelas.

Rachel yang telah selesai membereskan semua kedalam tasnya juga langsung keluar dari kelas dan menuju ke halte untuk menunggu bis yang mengantarkannya pulang kerumah.

                        ♡

avataravatar
Next chapter