8 Eighth Story✧ ~ Makan bersamanya

Happy Reading♡

Saat Rachel keluar dari perpustakaan pusat kota karena kesal dengan Aldrich tadi. Secara tidak sengaja dia menabrak seorang lelaki yang tergesa-gesa sedang membawa sebuah buku.

"Haduhh!! Maafkan aku.. aku tidak sengaja maaf" ucapnya lalu membantu lelaki itu mengambil bukunya yang berserakan.

"Tidak apa-apa aku juga salah karena aku juga terburu-buru sehingga menabrakmu" ujar lelaki itu

Saat Rachel akan mengambil buku yang satunya lagi secara tidak sengaja lelaki itu juga mengambilnya secara bersamaan. Alhasil tangan Rachel di pegang oleh lelaki itu.

Sejenak lelaki itu pun memandang ke arah Rachel sebaliknya Rachel juga memandangnya.

"RACHELL!!!"

Mereka langsung terkejut ketika seseorang itu berteriak dan menoleh ke arah sumber suara.

Setelah Aldrich berteriak dengan sekencang itu. Dia pun berlari menuju ke arah Rachel.

"Kau!!!..lepaskan tangannya!!" ucap Aldrich yang langsung menarik Rachel dan merangkul pinggangnya.

Rachel dengan spontan terkejut bukan main karena setelah dia menariknya tiba-tiba dia langsung merangkul pinggangnya seperti seseorang yang tidak ingin miliknya disentuh siapapun tetapi memang benar Aldrich tidak ingin Rachel disentuh oleh siapa pun karena dia adalah miliknya.

Sejenak Rachel memandang kearah Aldrich tanpa berkedip sekalipun. Dia berfikir mengingat kembali ucapan Aldrich dulu yang memanggilnya mate dan buku di perpustakaan tadi yang menjelaskan tentang mate juga.

'apakah memang benar jika aku pasangan Aldrich selamanya-lamanya yang disebut mate sehingga dia berperilaku begini seperti aku tidak boleh bersentuhan dengan lelaki manapun'

"Maaf.. tapi dia hanya membantuku mengambil buku-buku ini" ucap lelaki itu yang langsung menyadarkan Rachel dari fikirannya.

"Aku tidak butuh alasanmu. Jangan sekali lagi kau menyentuh dia atau kau akan.."

Ucapan Aldrich pun langsung terpotong karena dengan cepat Rachel menyelanya.

"Cukup Aldrich!! Aku hanya membantu dirinya karena aku telah menabraknya tadi sehingga semua buku itu terjatuh"

Aldrich yang tidak mau menerima alasan Rachel itu langsung menariknya pergi dari hadapan lelaki itu. Padahal itu bukanlah alasan tapi sebuah fakta hanya saja Aldrich lah yang keras kepala.

"Sekali lagi maafkan aku!!!" Ucap Rachel sambil berteriak kepada lelaki tadi

"Iya tidak apa-apa" jawab lelaki itu sambil tersenyum.

Saat mereka berdua telah pergi mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka dari kejauhan.

"Lepaskan aku Aldrich!!!!" ucap Rachel dengan memberontak agar terlepas dari Aldrich.

Tetapi Aldrich tetap diam dia tidak mempedulikan ucapan Rachel dan tetap berjalan membawanya ke suatu tempat.

"Aldrichh!!! Kau mau membawaku kemana? Jika kau tidak melepaskanku maka..."

"Diamm!!!!" Ujar Aldrich yang begitu tegasnya

Rachel yang mendengarnya langsung terdiam mana mungkin dia berani bersuara lagi setelah Aldrich mengatakan itu dengan begitu tegasnya.

Beberapa langkah kemudian mereka telah sampai di suatu tempat itu.

"R-restoran?.." ucap Rachel yang bingung dan memandang ke arah Aldrich

"Hmm" jawab Aldrich yang hanya berdehem saja.

"T-tapi kenapa kau mengajakku kesini? Bukankah..."

Aldrich yang sangat risih dengan pertanyaan Rachel langsung mendorongnya perlahan untuk masuk ke restoran itu.

Rachel yang di dorong pelahan olehnya hanya berkata dalam batin

'Ishh dasar pria aneh ini aku hanya ingin bertanya kenapa dia tiba-tiba mengajakku kesini padahal tadi saat di perpustakaan dia tidak mau dan sekarang dia malah mendorongku masuk'

Sesampai didalam Aldrich langsung menarik tangan Rachel untuk menempati meja makan yang terdapat 2 buah kursi saling berhadapan.

"Pesanlah sekarang" ucap Aldrich yang begitu datarnya

"Tidak mau" jawab Rachel dengan menolehkan kepalanya

"Kenapa?"

"Kau lupa ha? Jika aku nanti makan dan melihat wajahmu yang datar saja tanpa tersenyum mana mungkin aku bisa menelan makanan itu. Ya memang itu tidak ada hubungannya tetapi wajar saja" ujarnya

Karena mendengar penuturan dari Rachel itu dia langsung sedikit tersenyum ke arahnya agar Rachel mau makan tetapi dia hanya menampilkan sebuah senyum yang terpaksa.

"Ckk.Senyummu begitu kaku kurang lebar."

Aldrich pun hanya bisa membuang napas dalam-dalam lalu menampilkan senyumnya yang begitu lebar. Jika itu bukan permintaan matenya maka detik itu juga Aldrich akan membuatnya hangus menjadi abu.

"Nahh kalau begitu kan bagus kau kelihatan tampan" ujar Rachel yang ikut tersenyum.

"A-apa? Aku tadi bicara a-apa? m-maksutku kau tidak tampan hanya bagus saja kalau kau tersenyum" Ucapnya lagi dengan sedikit malu

Untuk mengalihkan rasa malunya itu dia pun segera memanggil pelayan restoran dan mulai memesan satu burger serta es jeruk.

"Emm k-kau tidak memesan?" Tanyanya kepada Aldrich

"Tidak kau saja" jawab Aldrich menolak

"B-baiklah" ucapnya dengan gugup karena rasa malunya tadi

Beberapa menit setelah mereka menunggu, pesanan Rachel pun datang. Dia langsung melahap makanannya dengan begitu menikmatinya.

Aldrich yang melihat itu ingin rasanya dia tertawa karena tingkah laku Rachel yang begitu lucu saat makan.

Akhirnya burger yang lezat itu telah habis dimakan oleh Rachel dengan begitu lahapnya. Tetapi Aldrich pun langsung menunjuk kearah sudut bibirnya yang terdapat sisa saus dari burger tadi. Dia yang ditunjuk hanya mengindikkan bahu karena dia bingung.

"Apa?"

Tanpa berkata sepatah katapun Aldrich langsung mengelap sudut bibir Rachel dengan jemarinya secara perlahan. Sontak Rachel terkejut melihat kejadian ini.

Sejenak dia memandang ke arah Aldrich dan dia mulai berfikir 'kenapa aku ini? Kenapa jantungku berdegup begitu kencang saat bersamanya? Tidak-tidak'

Setelah mengelap sudut bibirnya, Aldrich kembali ke posisi duduknya semula. Rachel pun terpatung karena perlakuan Aldrich tadi.

"Cepat minum es jeruk mu lalu kita pergi"

Dengan cepat dia langsung meminum es jeruknya hingga tandas tanpa tersisa sedikit pun lalu mereka berdua langsung berdiri dari kursi masing-masing dan keluar dari restoran sebelum itu Aldrich meninggalkan uang pembayaran atas makanan yang di pesan Rachel.

Mereka mulai berjalan di atas trotoar  dengan saling diam tanpa ingin berbicara satu sama lain. Aldrich yang memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana hanya memandang ke depan dan Rachel yang mulai mengambil ponsel dari dalam tas miliknya lalu membuka pesan padahal tiada siapapun yang mengirim pesan kepadanya itu hanya lah pura-pura agar dia juga terlihat sibuk.

Saat mereka berdua tengah terdiam tiba-tiba sebuah mobil berhenti disamping mereka.

"Pak mobilnya sudah siap" ucap seorang sopir yang mengendarai mobil itu

Langkah kaki Aldrich pun berbelok menuju ke arah mobil  yang berhenti tepat disamping mereka. Dia mulai membuka pintu mobil lalu menyuruh Rachel untuk masuk.

"Masuklah" ucapnya dengan datar ya memang selalu datar

"Aku?" Jawab Rachel kepadanya

"Hmm"

Dia pun mulai berjalan ke mobil lalu duduk di kursi depan dan Aldrich langsung menutup pintu mobil itu.

"Kau pergilah sekarang aku akan menyetirnya sendiri" ucap Aldrich yang menyuruh sopir itu pergi.

"Baik pak"

Sopir itu mulai melangkah pergi lalu Aldrich memasuki mobil. Rachel yang melihat itu pun bingung.

"Kenapa sopirnya pergi? Lalu siapa yang akan menyetir" tanya Rachel kepadanya

Tanpa menjawab pertanyaannya itu Aldrich mulai menghidupkan mesin mobil lalu melaju ke jalanan.

'dasar pria aneh aku bertanya malah dia diam saja. Aku seperti bertanya kepada sebuah patung yang hidup saja. Awas nanti jika dia bertanya kepadaku maka aku akan diam' gerutu Rachel di fikirannya

"Aku akan mengantarkanmu pulang" ucapnya pada Rachel yang tetap melihat ke depan

Dia yang diajak bicara oleh Aldrich hanya diam dan memandang sekilas karena dia membalas dendam sebab Aldrich tadi hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaannya lalu sekarang Aldrich yang bertanya dan Rachel pun hanya diam.

.

"K-kau s-siapa?"

                     

                                     ♡

avataravatar
Next chapter