1 BAB.2.DI TODONG MENIKAH (1)

Hari masih pagi jam baru menunjukkan pukul 05.30 WIB.Tapi suara ribut diluar terdengar sangat jelas ditelingaku.Tidak biasanya rumahku begitu ribut.walau ayahku kerja pagi dan aku juga berangkat kuliah pagi,tapi tak pernah seheboh hari ini.Lagi pula hari ini aku dan ayah libur untuk urusan yang aku sendiri tidak tahu urusannya apa dan apa hubungannya denganku...

"Bayuuuu.....bangun naa' sudah siang hayu cepat mandi dan siap-siap.kita berangkat pagi untuk menghindari macet..".terdengar teriakan suara ibu menyadarkan ku dari lamunan.Sejenak aku terdiam...kutarik napasku perlahan dan kemudian ku gerakan tubuhku dengan malas berjalan ke kamar mandi.

ku basahkan kepalaku untuk mengusir rasa kantuk yang masih bergelayut di kepalaku.Setelah merasa cukup segar dan bersih ,kusudahi ritual mandiku.kuambil satu handuk besar dan membelitkannya dipinggang dan satu handuk kecil yang kupakai untuk mengeringkan rambutku...

Tok...tok...tok

Suara ketukan dipintu kamarku

"Bayuu...kamu sudah rapih belummm"terdengar suara ibuku memanggil dibalik pintu.Aku hanya menatap kearah pintu tanpa memberi jawaban.kuteruskan aktifitas ku yang tadi sempat terhenti.kembali ku pilih baju secara asal menyisir rambut dan menyemprotkan sedikit minyak wangi ketubuhku.

"Bayu..."

Kulihat ibuku berdiri di depan pintu kamarku sambil memanggil diriku.Tampak wajah tak sabar dan setengah menyelidik.namun tak lama senyum manisnya mengembang di wajah wanita paruh baya itu."Tampannya anak ibu rasanya tak akan ada wanita yang tak jatuh cinta padamu." Puji ibuku yang kutanggapi dengan wajah datar.

"Cepatlah keluar,yang lain sudah tak sabar menunggu".ujarnya lagi

"Yang lain"ku kerutkan alisku.Apa maksud perkataan ibu dengan yang lain.Apakah masih ada orang lain selain aku, ayah dan ibuku.

Bergegas aku keluar dari kamar turun ke lantai satu berjalan menuju ruang tamu.Baru kali ini aku dibuat sangat penasaran.

Sedikit terkejut ketika aku mendapati ayahku yang berbincang ringan dengan om Candra ,Kakak kandung ibuku. Disitu juga ada Tante Ningrum istri dari om Candara.Juga ada adik ayah om Tomo dan istrinya Tante Amelia.

"Nah.,..itu calonnya dah muncul" ujar om Candra seraya menatap ke arahku dengan senyuman lima jarinya.

Kuhampiri mereka sambil mencium tangan mereka satu. persatu.Ada banyak pertanyaan yang bertengger di kepalaku namun tak dapat ku utarakan.Mulutku terasa terkunci mungkin karena aku bingung mau nanya yang mana dulu hingga akhirnya tak satu pertanyaan pun yang bisa aku sampaikan.

sejenak ruangan itu sunyi.Di sudut ruangan aku melihat beberapa parsel berisi buah Dan makanan terjejer rapih.

"ya...kita berangkat sekarang aja,mumpung masih pagi"ucap ayahku di ikuti anggukan om dan tanteku.Mereka kemudian berjalan menuju mobil.

"Mang Parman tolong masukan parsel-parsel ini ke dalam mobil"perintah ayahku kepada mang Parman supir pribadi keluarga kami yang disambut anggukan hormat dari mang Parman.

Kami berangkat menggunakan dua mobil.Aku,ayah dan ibuku menaiki mobil ayahku yang disopiri mang Parman sementara om dan tanteku menaiki mobil terpisah dengan kami.

"Akan kemana kita Bu...."akhirnya ku sampaikan juga rasa penasaranku lewat satu pertanyaan kepada ibu yang duduk di sebelahku.Ibu memandang ayah sejenak seperti meminta persetujuan.Ayah yang duduk disamping mang Parman seperti menyadari tatapan ibu.Di anggukan kepalanya memberi ijin.

Setelah mendapat ijin dari ayah ibupun mulai cerita.

"Ayahmu punya sahabat yang sudah banyak menolong ayahmu dulu di masa ayahmu remaja.Demi menolong ayahmu beliau telah menyumbangkan ginjalnya.Ayahmu berhutang nyawa padanya.Berbagai cara dilakukan ayahmu untuk membalas Budi baiknya

Tapi teman ayahmu selalu menolak.Dua Minggu yang lalu ayahmu mendapat kabar kalau sahabatnya itu sakit keras.Ayahmu menemuinya dan menyarankan pada beliau untuk berobat keluar negeri.Ayahmu siap mengeluarkan biaya berapapun jumlahnya demi kesembuhannya.Tapi sekali lagi beliau menolak.Satu-Satunya yang dia pinta dari ayahmu adalah menerima anak beliau menjadi menantu.

Deg....

seperti ditonjok palu bengkok.aku merasa sesak dan kesulitan untuk bernapas.Ku pejamkan mataku dan ku coba mengatur napasku.

"Apa ayah menyanggupinya"tanyaku setelah merasa sedikit tenang.Dan sekali lagi aku merasa dilempar ke jurang paling dalam.Ketika mendapati ayahku menganggukkan kepalanya.

"Tapi kamu jangan khawatir...gadis itu cantik dan imut kamu pasti akan menyukainya,ayah sudah melihatnya"

avataravatar
Next chapter