3 BAB 4. PERNIKAHAN TERKONYOL

Entah seperti apa wajahku saat ini melihat 2 wanita yang datang karena keduanya sama-sama memakai baju kebaya dan riasan wajah yang cantik.

Dua wanita yang menurutku agak aneh untuk kunikahi.Satu wanita yang lebih tua dariku dan satunya masih anak- anak.

Keterkejutanku bertambah manakala wanita yang lebih dewasa membimbing anak kecil itu untuk duduk disebelahku.

Kukepalkan jemariku menahan rasa yang hampir membeludak didalam dadaku.

Selama ini aku memang tidak pernah mampu membantah kemauan orang tuaku,dan mereka pun tidak pernah meminta hal yang aneh - aneh.

Tapi kali ini.....

Oh Tuhan ada apa ini....

Apa yang sedang mereka lakukan.....

Apa aku sedang bermimpi....

Bagaimana mungkin aku menjalankan sebuah pernikahan yang menurutku tidak masuk akal.

Ini sungguh pernikahan terkonyol yang sulit aku terima.Namun untuk mundur...

Itu pun rasanya sudah tidak bisa.

Aku tidak mungkin lari dari pernikahan ini.

Aku tidak mungkin mempermalukan keluargaku dengan pergi meninggalkan acara ini.

Aku harus menghadapinya.

Kupejamkan mataku dan mengatur nafasku.Kucoba menenangkan diriku.

" Ya Tuhan jika ini takdirku beri aku keikhlasan untuk menjalaninya".

batinku dan saat itu tubuhku bergetar menahan segala perasaan yang kini berkecamuk di dalam kepalaku.

Kulirik ayah untuk minta penjelasan.

Ayah nampak tertunduk diam ada rasa bersalah yang begitu dalam disorot matanya.

Acara pernikahan berjalan dengan lancar.Sudah dua hari aku dan orang tuaku menginap dirumah mertuaku.Sebenarnya kami berencana langsung kembali ke kota tempat kami tinggal ketika resepsi pernikahan selesai.Namun kondisi ayah mertuaku tiba -tiba drop.Kondisinya menurun, kami akhirnya membawa beliau ke Rumah Sakit terdekat.Aku memandang ke arah pintu UGD, tampak ayahku berdiri kaku didepan pintu.Sementara diujung lorong Rumah Sakit tampak ibuku yang duduk sambil sibuk menghibur Pipit,anak kecil yang baru saja kunikahi.

Aku diam

Yah aku hanya bisa diam menyaksikan pemandangan yang terlihat di depanku.Sesekali kupandang wajah kecil Pipit yang kini berada didalam pelukan ibu.Mata gadis kecil itu tampak membengkak,air matanya mengalir membasahi pipinya yang putih mulus.Rambutnya yang panjang tampak kusut.Beberapa helai rambutnya menempel di pipinya yang basah oleh air matanya.sebenarnya aku merasa iba juga melihat kondisinya.Ingin rasanya kumemeluk tubuh mungil itu sambil memberi kata-kata yang menenangkan.Aku ingin menghapus air matanya sambil memberikan tempat ternyaman di dadaku.

"aaakkkh...."

Seandainya status kami tidak janggal seperti ini,aku pasti akan senang sekali menjadikan gadis kecil itu sebagai adikku.Mempunyai seorang adik perempuan yang cantik dan menggemaskan tentu menyenangkan.

Tapi dia bukan adikku....

Dia istri kecilku.....

Dan saat ini istri kecilku sedang menangis meratapi kondisi ayahnya yang sakit keras.Sesekali terdengar isakannya diselingi kata-kata lembut dari ibuku.Cukup lama suasana ini berlangsung hingga kemudian seorang dokter keluar dari ruangan UGD.Dokter itu menghampiri ayahku kemudian berbicara pelan dengan ayah.Aku memang tidak bisa mendengar ucapan ayah dan dokter tersebut tapi dari raut wajah ayah dapat terlihat bahwa kabar yang didapat dari dokter tersebut pastinya bukan kabar baik.Tampak ayah sedikit terhuyung dan dokter itu menepuk pundak ayah untuk menguatkan.

Kemudian dokter itu kembali pergi meninggalkan ayah yang masih berdiri kaku.

Rasa penasaran membuatku berdiri menghampiri ayah.Kutatap ayah dengan tatapan meminta penjelasan.

" Tidak tertolong...." Gumam ayahku kemudian.

Nada yang berat dari ucapannya cukup menjadi bukti bahwa ayah sangat kehilangan.

Rasa bersalah karena tidak bisa menolong hidup pak Utomo terlihat jelas di matanya.Pak Utomo adalah sahabat baik ayah dia adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup ayah.Pak Utomo lah yang sudah menolong ayah saat ayah membutuhkan donor ginjal.Pak Utomo lah yang sudah dengan suka rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah.

Saat ini ayah merasa gagal jadi sahabat. Dia merasa tidak berhasil menolong pak Utomo.

Tapi apa yang terjadi pada pak Utomo mungkin sudah takdir Allah yang tidak bisa ditolak.Satu-satunya hal yang bisa dilakukan ayah adalah menjaga Pipit Putri almarhum pak Utomo.Ayah ingin memberikan masa depan yang baik untuk Pipit juga memenuhi keinginan terakhir almarhum yaitu mengantarkan Pipit kepelaminan.

Kini Pipit adalah anak menantunya,

masa depannya menjadi tanggung jawabnya.

Pipit adalah amanah dari almarhum yang harus ia jaga dengan baik.

"Kau urus administrasinya Bay...

Ayah akan menghubungi keluarganya untuk mengurus pemakamannya".

"Baik"..... jawabku pendek

avataravatar
Next chapter