28 BAB 29. KEMARAHAN IBU

MELUPAKAN...satu kata yang sederhana. Namun kenyataannya untuk mempraktekkannya tidak sesederhana itu.

Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakan Pipit. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku gagal melakukannya. Sesaat mungkin aku bisa lupa tentang Pipit karena kesibukanku dengan pekerjaan di kantor. Namun ingatanku tentang istri kecilku itu kembali mengganggu di saat aku diam sendiri.

Seperti saat ini aku kembali merasakan kerinduan yang memuncak yang membuat diriku susah tidur.

Setiap kali aku memejamkan mata, bayangan Pipit menari-nari di dalam pikiranku. Senyumannya yang manis seakan mengajakku untuk...

aaaissshhhh..... kenapa aku selalu berfikir konyol dan kenapa akhir-akhir ini otakku sekotor ini.

Apa aku sudah menjadi pria mesum....

Uuuffftthh..... Aku menarik nafas dalam-dalam sambil meremas rambutku dengan kedua tanganku.

Mencoba mengusir rasa yang tidak kumengerti yang akhir-akhir ini setia bergelayut di dalam pikiranku.

TOK.....

TOK.....

TOK.....

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Dengan malas aku bangun dan berjalan menuju pintu.

CEKLKK...

Pintu terbuka dan suara ibu terdengar keras seiring langkahnya yang lebar masuk kedalam apartemenku.

"Apa yang kamu lakukan pada Pipit haa????"""

"Sejak kapan kamu jadi seorang bajingan...???"""

Suara ibu terdengar keras wajah nya pun tampak galak dengan tatapan mata yang tajam.

Aku hanya diam terpaku..... Ini adalah hal yang tidak biasa aku lihat.

Ibu adalah orang yang lembut dan bijaksana. Seumur hidupku aku hampir tidak pernah melihat ibu semarah ini.

A....ada...apa ini buu?" tanyaku gugup.

Ibu nampak menarik nafas matanya mulai berkaca-kaca.

Ia berjalan menuju kulkas mengambil air putih lalu berjalan menuju sofa panjang. Aku melihat ibu nampak mengatur emosinya dan meminum air yang dipegangnya.

Aku memberanikan diri untuk duduk di samping ibu.

Aku masih terdiam menunggu ibu untuk menjelaskan.

"Ibu mau bertanya sama kamu Bay..... tolong kamu'jawab dengan jujur...!!"

Suara ibu mulai merendah walau masih ada kemarahan di sana.

Aku menganggukkan kepalaku dan mulai mendengarkan ibu.

"Sebelum kamu memutuskan hubungan dengan Pipit apa kamu pernah melakukan"itu"dengannya??""

"Mmaa..ksud...ibu??""tanyaku gugup.

Sebenarnya aku tahu maksud pertanyaan ibu tapi ini sungguh di luar dugaanku dan aku tidak siap untuk menjawabnya.

"Maksud ku apa kamu pernah melakukan hubungan intim dengan Pipit layaknya seorang suami istri?!!"

Sambung ibu dengan suara kembali tinggi.

Aku hanya bisa membuka mulutku tanpa bisa bersuara.

Akhirnya aku hanya bisa menganggukkan kepalaku dengan tubuh yang gemetar.

"PLAAKK"

Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku

"Berapa kali kamu melakukannya??""

kembali ibu bertanya dengan suaranya yang sarkastik.

"Entah....aku tidak tahu.... jawabku masih bingung.

"Artinya kamu melakukannya lebih dari sekali....

"I-iiya.... kami melakukan itu selama beberapa hari dan dalam satu hari kami melakukannya beberapa kali"....

jawabku dengan wajah memerah.

Ada rasa risih saat aku harus menjawab pertanyaan ibu yang vulgar ini. Saat ini aku merasa seperti terpidana yang sedang diinterogasi tentang kejahatan yang sudah aku lakukan.

"Saat melakukannya kamu tidak menggunakan pengaman Bay...."

selidik ibu sambil terus menatap ke arah wajahku.

Aku mengangkat kepalaku dan memberanikan diri untuk menatap ibu.

Sesaat tatapan kami bertemu.

Aku kembali mengalihkan pandanganku ke arah lain . Aku benar-benar takut dengan arah pembicaraan ibu.

"Apa kamu tidak pakai pengalaman Bay...??"ulang ibu dengan suara pelan tapi cukup membuat telingaku panas dan wajahku memerah.

"Apa Pipit hamil Bu ?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan ibu.

"Itu yang harus kamu pastikan Bay...."

"kemarin ibu mengunjungi Pipit di rumah orang tuanya.... tanpa sengaja ibu menemukan tes pack yang sudah terpakai di dalam kamar mandi Pipit.

tes pack itu menunjukkan kalau penggunanya sedang hamil"

"Ibu sudah menanyakan soal tes pack itu pada Pipit tapi dia bilang itu bukan miliknya"

"Ibu curiga kalau Pipit berbohong....

"Ibu khawatir kalau Pipit saat ini sedang hamil Bay...."

"Bisa jadi saat ini dia sedang mengandung anakmu!!"

Tiba-tiba kepalaku terasa berat, telingaku rasa berdengung aku tidak bisa mendengar ucapan ibu selanjutnya. Aku hempaskan tubuhku kesandaran sofa sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Kuusap wajahku dengan kasar.

Semua terasa sangat mengejutkan.

Aku tidak memikirkan hal ini sebelumya.

Sungguh tidak terbayangkan seandainya semua itu benar terjadi.

Apa yang harus aku lakukan seandainya Pipit benar-benar hamil.

kenapa juga Pipit tidak memberi kabar tentang kehamilannya.

Kalau dia hamil kenapa dia menutupinya dari ibu.

avataravatar