14 BAB 15. APAKAH ITU SUAMIMU

Kutatap Rumah besar dan elegan dengan halaman yang luas.Didepan pintu gerbangnya ada seorang security yang sedang berjaga.

aku tidak mengenali wajah security itu, mungkin dia karyawan baru di rumah ini.Seorang laki-laki berwajah bulat dengan tubuh tegap berseragam security wajahnya nampak masih sangat muda mungkin kisaran 30 an cocok sekali sebagai seorang penjaga keamanan.

Dia nampak sedang berbicara dengan seseorang yang wajahnya nampak sudah familiar.Seorang laki-laki yang sedikit lebih pendek dari security itu, tubuhnya kurus dan wajahnya sudah dipenuhi keriput halus.

Kuhampiri kedua laki-laki itu yang sedang berbincang serius.

"Assalamualaikum....."sapa ku pelan memberi salam.

"waalaikum salamm...."jawab kedua orang itu sambil menatapku tajam.

"Mas Bayyuuu..."seru laki-laki yang lebih tua.

"Ini beneran mas Bayu kaan!!" ucapnya lagi sambil memperhatikan wajahku.

"Apa kabar mang?"sapa ku sambil tersenyum.Sengaja aku tidak menjawab pertanyaannya.

Ku langkahkan kakiku lebih dekat lagi dengan mereka sambil tetap tersenyum ramah.

"Kabar baik mas"jawabnya sambil tergopoh-gopoh menghampiriku dia mengambil alih koper yang ku pegang."Bud.... buka pintu"

perintahnya pada security tadi sambil sibuk menarik bawaan ku.

Laki-laki yang berseragam security itu pun buru-buru membuka pintu setelah sempat terpaku.

"Ini Budi mas keponakan saya"ucap mang Parman sambil menunjuk ke arah security itu.Si security membungkukkan tubuhnya sedikit.

"Sudah dua tahun ini dia bekerja di sini" Ujar mang Parman menjelaskan.

"Salam kenal Pak Budi saya Bayu"

Sapaku ramah, laki-laki itu kembali membungkukkan badannya sebentar.

Kemudian aku berjalan memasuki halaman rumah.Aku berjalan perlahan sambil mengedarkan pandanganku ke sekitar rumah.Sepertinya tidak ada perubahan signifikan pada rumah ini.

Semua masih terlihat sama seperti saat aku tinggalkan dulu.Aku terus berjalan menuju ke dalam rumah diikuti mang Parman yang membawa koperku.Dipojok ruangan tengah yang luas nampak seorang gadis cantik sedang duduk santai di sofa.Rambut hitam panjang yang sangat terawat dibiarkan tergerai menutupi leher jenjang yang putih mulus.

Cantik...

Sangat cantik....

Itu yang terbersit dalam pikiran ku pertama kali.

Gadis itu menatapku dengan mata berkaca-kaca.Sesaat pandangan kami terkunci.Gadis cantik itu berlari kearah ku dan memeluk tubuhku dengan erat.Isak tangisnya mulai terdengar.

"Cengeng...."bisikku datar sambil menarik napas untuk menetralisir perasaan aneh yang tiba-tiba datang menyeruak.Gadis itu tidak menjawab,ia malah mempererat pelukannya, menyusupkan kepalanya dalam-dalam di dadaku.Aku membiarkan dirinya dalam pelukanku.Ku coba membelai rambutnya dan mencium keningnya.

Aroma shampoo yang lembut tercium di hidungku mengusik otak mesumku.

Perlahan ada yang mengecang di bawah sana.

Sial..... kenapa otakku sekotor ini.

Pipit....

Baru mencium aroma tubuhmu saja adikku langsung bangun.....

Bagaimana kalau.....

isssh..... kutepiskan pikiran ku yang mulai mesum lagi.

Kunikmati pelukan hangat dari gadis cantik itu dengan diam.Aku hanya bisa memejamkan mata mengatur detak jantungku yang berdegup kencang.

Entah sudah berapa lama posisi ini berlangsung.Isak tangis Pipit masih ku dengar.

"EHMMMMM..." Terdengar suara deheman keras dari arah punggungku.

Pipit melepaskan pelukannya dan mundur dengan malu-malu.Wajah putihnya merona merah,dia tampak gugup.Matanya tidak berani menatap ke arah ku atau pun kesumber suara tadi.

"APA ITU SUAMIMU",ucap orang dibelakangku lagi tanpa merubah nada bicaranya.

"Iya Bu.....ini mas Bayu...."jawab Pipit terbata-bata.

"Masih ingat pulang dia....."

"Kupikir dia sudah lupa jalan ke rumah ini". ucap ketus ibuku sambil menatap tajam kearah ku.

Kuhampiri beliau dan kucium tangannya.

"Apa kabar Bu...."

"Anak nakal.... apa masih penting ibumu ini ha..."

"Apa kau masih merasa perlu tahu tentang kabarku", bentaknya dengan marah sambil memukul-mukul dadaku.Ku benamkan tubuhnya dalam pelukanku.

"Maaf....." ucapku pelan.

Dikendorkannya pelukanku, matanya yang memerah menatap tajam kearah mataku.Air matanya mulai menetes di wajah yang masih terlihat cantik.Ada sedikit kerutan di sudut bawah mata yang menunjukkan kematangan tangannya yang mulai keriput mengusap wajah ku.

Kuraih tangan itu dan menciumnya berkali-kali.

"Maaf...."suaraku pelan lebih mirip seperti sebuah rintihan.

avataravatar
Next chapter