10 BAB 11. SELAMAT TINGGAL BURUNG PIPIT

Kuliahku telah selesai.

Gelar sarjana S1 arsitektur telah aku dapatkan.

Aku berencana melanjutkan studi ku untuk menjadi profesional arsitektur di Massachusetts institute of technology di Amerika Serikat.

Keinginanku untuk menjadi seorang arsitek yang handal membuat aku memutuskan untuk menimba ilmu di negeri Paman Sam tersebut.Aku juga sudah mengirim portofolio dan pengalaman kerja di bidang arsitektur yang ku dapat saat aku magang di perusahaan ayah sebagai syarat untuk bisa masuk di universitas tersebut.

Aku bersyukur akhirnya aku diterima di universitas tersebut.Kusiapkan seluruh dokumen yang diperlukan untuk bisa pergi ke sana.Ayah juga sudah menghubungi salah satu relasinya agar bisa mencarikan tempat tinggal selama aku di sana.

Sebenarnya ibu merasa keberatan dengan keputusanku.Dia tidak ingin aku pergi jauh.Tapi keputusanku sudah bulat,aku ingin menambah ilmu ku agar bisa mengembangkan perusahaan konstruksi ayah menjadi perusahaan yang lebih maju.

Aku juga berharap dengan kepergian ku ini bisa membuat Pipit tumbuh menjadi gadis remaja dengan secara normal.

Rasa bersalah karena telah menikahi dirinya pada usia yang sangat muda membuat aku merasa tidak nyaman.

Aku tidak ingin merebut masa remajanya.Biarlah dia menikmati masa remajanya tanpa terbebani statusnya yang sudah menikah.

Dan bila nanti dia jatuh cinta pada pria lain akupun siap melepaskannya.

Aku tidak ingin dia menerima aku dengan terpaksa.

Hal ini juga sudah aku bicarakan dengan ayah dan ibuku.Aku meminta mereka untuk tidak mengekang Pipit.

Biarlah Pipit menjadi burung Pipit yang terbang bebas di angkasa.Bukan burung yang terkurung di dalam sangkar.

Biarlah waktu yang akan menguji hubungan kami.Kepergianku memang cukup lama.Sekitar lima tahun aku akan tinggal di negeri orang.Malah bisa lebih dari itu.

Waktu yang lama ini aku rasa cukup untuk aku dan Pipit menentukan pilihan.

Jika waktu yang lama itu Pipit tetap setia menunggu ku, aku berjanji akan meresmikan hubungan kami secara hukum.Agar hubungan kami sah secara hukum dan agama.

Karena Pipit masih dibawah umur, pernikahan kami memang dilakukan secara sirih, secara agama kami sah suami istri, tapi tidak secara hukum.

Tapi jika Pipit menemukan pria idaman lain akupun tidak keberatan untuk melepaskannya.

Aku tidak ingin selamanya dibebani rasa bersalah, walaupun pernikahan ini pada dasarnya bukan atas kehendak ku.

Tapi aku merasa turut andil dalam mengekangkan hidup gadis belia itu.

kali ini aku ingin memberikan kebebasan untuk memilih.

Biarlah burung itu terbang bebas dan menemukan sarangnya. Menentukan jalan hidupnya sendiri, walaupun akhirnya bukan aku yang menjadi tujuan hidupnya.

avataravatar
Next chapter