1 JANGAN MENANGIS

"Shafiyah, jangan menangis. Kamu harus bisa menerima ini. Ada aku yang akan menghapus kesedihanmu." ucap Ridwan meremas kedua tangannya menahan kesabarannya atas apa yang terjadi pada Shafiyah.

"Tinggalkan aku sendiri Ustadz, biarkan aku di sini. Aku telah kotor, aku sudah tidak suci lagi." ucap Shafiyah menangis tersedu-sedu meringkuk di sudut kamar.

Zulaikah menangis duduk di tempat tidur melihat Shafiyah yang tidak mau di sentuh siapapun.

"Shafiyah, kamu tidak bisa seperti ini. Jalanmu masih panjang, kamu masih bisa meneruskan hidupmu seperti hari-hari kemarin." ucap Ridwan tidak tega melihat Shafiyah menangis terus.

"Aku...aku tidak percaya dengan apa yang terjadi padaku Ustadz. Kenapa mereka tega melakukan hal ini padaku? apa salahku pada mereka?" ucap Shafiyah di sela-sela Isak tangisnya.

Ridwan menghela nafas panjang, tidak tahu harus berkata apa untuk bisa menenangkan hati Shafiyah.

"Tenangkan dirimu Shafiyah, kamu harus kuat menerima semua ini. Ayo... istirahatlah di tempat tidurmu. Kamu terlihat lelah Shafiyah." ucap Ridwan mengulurkan tangannya untuk kesekian kalinya mengajak Shafiyah untuk beristirahat di tempat tidur.

Shafiyah masih menggeleng kepalanya, tetap menangis duduk meringkuk di sudut kamar.

"Tidak Ustadz, aku takut mereka akan datang lagi." ucap Shafiyah merasa trauma dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Demi melindungi Inayah, dirinya juga menjadi korban anak buah Salimah. Selain menganiaya Inayah, anak buah Salimah juga telah melecehkan dirinya secara bergantian.

"Tidak akan datang lagi Shafiyah, aku pastikan padamu mereka tidak bisa kemana-mana. Meraka akan di penjara sesuai dengan kesalahannya." ucap Ridwan sedikit mendekat agar bisa menenangkan hati Shafiyah yang sudah hancur.

"Seharusnya meteha

avataravatar