1 Siapa Saja ... Tolong Bunuh Aku

Berahi ... adalah suatu istilah seksualitas yang menunjukkan keadaan siap secara fisik dan mental untuk berhubungan badan. Tidak seperti hewan, berahi pada manusia lebih banyak dipengaruhi oleh kejiwaan daripada siklus fisik alami.

Penglihatan, pendengaran, maupun sentuhan, itu adalah salah satu dari banyak faktor yang dapat menunjang nafsu berahi. Dari hal-hal tersebut, manusia adalah makhluk yang dapat mengontrol hasrat tersebut.

"Hah ... hah ...."

Napas terengah-engah seorang gadis yang berjalan di lorong. Walaupun dia berusaha bersikap normal, tapi kelainan pada tubuhnya tetap bisa dilihat bagi orang yang teliti. Kakinya bergetar hingga cara jalannya berubah, suhu tubuh memanas membuat wajahnya memerah, serta tangan yang sesekali memegang selangkangan.

Ah ... tinggal sedikit lagi.

Batinnya sambil berjalan menahan semua hasrat tersebut.

Langit berwarna kemerahan, matahari berada lima belas sampai tiga puluh derajat di ufuk barat. Situasi masih lebih baik karena sekolah dalam keadaan sepi, membuat gadis itu tidak berpapasan dengan siapa pun di perjalanan tersebut.

Biarpun begitu ....

Gak ada yang lihat, 'kan? Guru ... atau mungkin murid?

Kembali batinnya berucap sambil sesekali melihat sekitar.

Kekhawatiran tetap tidak bisa dihilangkan. Rasa cemas akan adanya saksi mata di kejadian ini membuat jantungnya berdetak kencang. Selain melawan kondisi tubuhnya, dia juga harus waspada terhadap lingkungan sekitar. Bertarung dengan waktu dan ketahanan tubuh, gadis itu terus berjalan walaupun badannya sulit bergerak.

"Akhirnya ...," ucap gadis itu sedikit lega.

Dia sekarang berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dengan tangan bergetar, gadis tersebut berusaha membuka dan masuk ke dalam.

*Ceklek

Suara kunci pintu yang dia buka.

"..."

Tempat itu termasuk kecil untuk ruangan yang ada di sekolah, lebih kecil dari ruang kelas, tapi tetap lebih besar dari gedung alat olahraga. Ini bukan ruangan biasa yang dapat dilewati semua orang, dia bisa masuk karena memiliki kunci ruangan tersebut.

"Hah ... hah ...." Nafasnya yang masih terengah-engah.

Ruangan itu cukup gelap. Lampu dalam keadaan mati, dan penerangan tidak sampai ke sini karena sudut matahari barat yang berlawanan dengan arah jendela.

Ba-baiklah, aku harus cepat selesaiin ini.

Gadis tersebut mulai berjalan ke bagian dalam ruangan. Di sana ada satu set meja persegi panjang dengan enam buah kursi mengelilingnya. Mendekati meja tersebut, gadis itu pun mulai menghampiri salah satu pojok di sudut meja.

"..."

Dia menatap sudut meja tersebut, memegangnya dengan sebelah tangan untuk menahan tubuhnya, dan mulai mengangkat roknya ke atas dengan tangan lain.

"E-emnh ... hh ... hah ... mnh ...."

Gesekan ... atau lebih tepatnnya gerakan pinggul. Sambil berusaha menahan suara, gadis itu menyentuhkan daerah sensitifnya ke sudut meja tersebut.

Memang bukan sentuhan langsung karena dia masih memakai celana dalam, dan normalnya juga seseorang tidak akan merasakan hal begitu besar dari perbuatan tersebut. Namun, keadaannya yang dalam puncak berahi membuatnya begitu nyaman dari rangsangan kecil seperti ini.

"Emnthnn ... ah ...."

Sesekali dia menggigit bibirnya, membuat rasa sakit yang bisa sedikit merangsang sarafnya. Tapi, rasa sakit itu malah berbalik menjadi sesuatu yang menggairahkan. Hal itu memang bisa terjadi, ketika seseorang dalam puncak berahi, mereka akan memiliki kekebalan terhadap rasa sakit dan cenderung mengubahnya menjadi perasaan lain.

"Mnhah ...."

Seluruh neuron di otak gadis itu sedang fokus terhadap sensasi di selangkangan. Gerakan yang lembut pada daerah sensitif membuat dia hampir sampai pada puncaknya.

Dasar bejat ... cewek macam apa yang masturbasi di sekolah. Aku ... aku memang cewek kotor ....

Batinnya yang menghina diri sendiri.

"Hah, hah, emhn, hah ...."

Tapi, dia sama sekali tidak berhenti. Justru, di saat itulah dia mempercepat gerakannya. Membuat dia merasakan kenikmatan dari manipulasi hubungan badan. Membayangkannya sambil menutup mata untuk mempercepat hasil akhir tindakannya.

"Ah~ ...."

Celana dalamnya basah, air cinta keluar bersamaan dengan berhentinya nafsu berahi. Rasa kejut di tangan dan kakinya bergetar seperti menerima sengatan listrik. Bagai semua beban keluar, gejala-gejala yang dia alami juga tengah kunjung hilang. Suhu tubuhnya menurun, kakinya berhenti bergetar, sensasi berdenyut ingin menyentuh selangkangan pun perlahan memudar.

Gadis itu menunduk, menahan tubuhnya dengan tangan yang masih memegang erat meja. Setiap helai rambutnya terurai ke bawah dan sesekali wajahnya meneteskan keringat.

"Hah ...."

Puncak dari kepuasan batin hanya berangsur sejenak, sisanya hanya rasa bersalah yang menggantikan seluruhnya.

Ah ... berantakan kemana-mana. Sekarang aku jadi harus membersihkannya.

Ucap batinnya setelah melihat kekacauan yang dia buat.

Badannya lemas, sedikit gerakan tersebut ternyata menguras banyak stamina di tubuhnya. Gadis itu masih bertahan dalam posisi berdiri, tenaga di kakinya hilang bersama sensasi kesemutan yang terasa. Biarpun begitu, dia tetap harus bergerak untuk segera membersihkan--.

*Brukh

"Hn!?"

Suara hentakan benda keras terjadi, dengan refleks tentu si gadis tersebut mencari di mana sumbernya.

Eh?

Gadis tersebut terkejut bukan main. Pundaknya bergidik, tangan di sekitar selangkangan membeku tak bergerak, gadis itu melihat sesuatu yang membuat otaknya hampir putus dari kordinasinya. Ketika dia menegakkan wajahnya, dia sadar kalau di ruangan tersebut ada orang lain.

"Hmn ...."

"..."

Seorang laki-laki ... setidaknya itulah yang bisa disimpulkan sekarang. Ruangan gelap dan wajah lelaki yang membelakangi jendela membuat dia semakin tak terlihat.

"Aaa ...," ucap panjang laki-laki itu sambil berjalan mendekati pintu, "selamat sore?" lalu lanjut salam darinya yang mulai tersinari seberkas cahaya.

Orang itu awalnya datang dari daerah gelap di balik pintu. Wujudnya tidak terlalu terlihat karena ada barang lain seperti meja kopi dan lemari peralatan menghalangi.

"Eh, He!? Ra-Rafan!? Tu-tunggu ... dari kapan kamu di sini?" tanya gadis itu dengan panik.

Jantungnya kembali terpacu, sangat kencang hingga membuat tangannya terasa ringan. Giginya kembali bergetar, setiap ujung ruas jarinya terasa dingin, gadis itu tidak bisa bergerak dengan benar akibat kegagapannya.

Itu adalah hari paling mengejutkan bagi gadisnya. Rasa malu yang timbul membuat dia berharap kalau semua itu hanya mimpi. Kegiatan privasi yang tabu untuk disebar luaskan malah terlihat oleh laki-laki, dan hal ini ia lakukan di sekolah.

Siapa saja ... tolong ... bunuh saja aku sekarang.

avataravatar
Next chapter