8 Melamar Anaya

Di rumah kecilnya Diana juga belajar untuk membuat desain perhiasan yang kira-kira bisa memikat hati pelanggan. Dengan sangat telaten Alfito mengajari bagaimana cara merakit sebuah perhiasan agar kokoh.

Kedua saudara ini bercanda gurau, melepas beban pahit di masa lalu. Melupakan kenangan buruk. Menjadikan masa lalu inspirasi agar mereka tidak berbuat hal yang sama dengan apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang tuanya kepada mereka.

Hingga kesuksesan benar-benar berada di genggaman Alfito. Alfito berhasil membuat desain-desain perhiasan yang sangat mewah dan glamor. Harga yang fantastis, hingga membuat perusahaan itu berada di atas awan.

Alfito sudah bisa mendirikan cabang Gold Star atas restu kakek Candra. Dengan jerih payah semua tidak ada yang sia-sia. Masa lalu yang kelam membuat dia sadar diri bahwa di luaran sana banyak orang yang membutuhkan pertolongannya. 

Dengan kesuksesan itu, Alfito berbagi kepada sesama. Sama sekali tidak terlihat sombong. Alfito juga membantu anak-anak jalanan untuk sekolah. Mendirikan panti asuhan, panti jompo. Setelah itu barulah Dia membangun rumah untuk keluarganya. Untuk keluarga kecilnya, rumah yang akan ditempati Diana Dayan dan dia sendiri. 

Walaupun terkenal sudah bergelimang harta. Banyak gadis-gadis juga yang mendekatinya namun Alfito sama sekali tidak membuka hatinya. Dia tidak pernah sekalipun tergoda oleh sekretaris sekretaris yang berpakaian seksi dan bermake-up tebal. 

"Tidak adakah rok yang lebih sopan dari itu. Itu terlalu pendek! Terlalu transparan, bahkan sampai buah dadamu kelihatan. Malulah sedikit jika ingin dihargai." Alfito menegur salah satu pekerjanya. Pekerjanya tidak terima dan akhirnya mengundurkan diri. 

Setiap kesuksesan pasti ada yang tidak suka. Banyak yang iri dengan kesuksesan Alfito. Banyak juga yang merencanakan kejahatan untuk Alfito.

Saat pulang dari perusahaan, tiba-tiba ada yang menyerang dari arah belakang. Namun, tiada disangka polisi malah datang. Hingga akhirnya penjahat itu di masukkan ke dalam penjara. 

Di situlah Diana menunjukkan kemampuannya, tapi Alfito sama sekali tidak percaya dan merasa semua hanya kebetulan. 

Berbagai pesta dihadiri Alfito, Alfito semakin dekat dengan Kakek Candra. Ketika dia sedang berbincang dengan kakek Chandra matanya tertuju di salah satu titik.

Melihat gadis yang teramat cantik didepan matanya, gadis yang tengah tersenyum lepas ketika berbicara dengan wanita paruh baya dengan pakaian yang gelamor.

"Nina ...." panggil kakak Chandra kepada wanita yang sedang berbicara dengan gadis yang mempesona itu. Wanita paruh baya itu menggandeng Gadis itu mendekat ke Alfito.

Membuat Alfito semakin gugup dan berkeringat dingin. 

"Ini lo ... Anaya. Dia yang menyelamatkan saya," ujar wanita paruh baya itu kepada suaminya, yaitu kakek Candra. Kakek Chandra dan Anaya berjabat tangan. 

Alfito tidak pernah sekali ini memperhatikan wanita Sampai sebegitunya. Bola matanya pun mengatakan. Jika dia memang sudah jatuh cinta pandangan pertama.

"Kalau ini Alfito. Yang berhasil membuat perusahaan kita bangkit lagi," ujar kakek Chandra memuji Alfito dengan menepuk bahunya. Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menjabat tangan Alfito. Alfito juga menyambutnya dengan tersenyum.

Tanpa sengaja di situlah perkenalan Alfito dengan Anaya walau belum berbicara secara pribadi. 

***

Seiring berjalannya waktu, semua sudah membaik. Dayyan berhasil menjadi pemuda yang taat. Dan Alfito terlihat sedang mondar-mandir kesana kemari sambil menggerutu.

"Mas ada changer?" tanya seorang pemuda yang berperan tampan. 

"Dayyan. Sudah sering ya changer kamu pinjam, lalu kamu rusak. Jadi aku tidak meminjamkannya kepadamu!" tegas seorang kakak kepada adiknya.

"Tapi kalau Mas Fito aku bujuk dengan rayuan dan bisa dikirimkan ke Anaya. Gimana?" Sang adik memberi tawaran, sambil menaikkan kedua alisnya.

"Sudah pergi sana! Nih ... bagaimana pun aku tidak tega." Fito memberikan cangernya.

"Jangan terlalu sedih karena takut soal jodoh ... kalau tepat pasti datang kok. Yakin saja, pasti akan indah pada waktunya. Janganlah kamu berdukacita sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Quran Surat At-Taubah ayat 40. Jangan melibatkan hatimu dengan kesedihan atas masalah karena lovemu Mas. Atau kamu tidak akan siap untuk apa yang akan datang."

"Ah ... bicara terus kamu!" Fito mendorong adiknya.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal iya amat baik bagimu, boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia sangat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui QS. Al-Baqarah 216. Tidaklah sesuatu kegalauan kesedihan kebimbangan kekal, yang menimpa seseorang mukmin atau bahkan tertusuk duri sekalipun melainkan karenanya Allah akan menggugurkan dosa-dosanya. HR Bukhari dan Muslim."

"Aku tau Dayyan cintamu itu sangat positif. Tapi kita beda." Fito bersandar.

"Wanita bukan hanya satu Mas. Kamu bisa mudah dalam mencintai. Tapi ya harus sabar kalau ditolak. Dengar ini. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. QS Asy Syuura. 43. Aku hanya memberi petuah agar kamu semakin dekat dengan Allah karena cobaan asmaramu. Aku sudah berjanji kita kan sama-sama menghadapinya. Jangan pernah meragukan ku. Walaupun aku adikmu."

"Bagaimana bisa kamu sangat mencintai gadis yang hanya kamu jumpai sekali?"

"Biidnillah. Jangan terlalu keras pada diriku sendiri karena hasil akhir dari semua urusan di dunia ini sudah ditetapkan oleh Allah. Jika sesuatu ditakdirkan untuk menjauh darimu, maka ia tak akan pernah mendatangi mu. Namun jika iya ditakdirkan bersamamu, maka kau tidak akan bisa lari darinya. Umar Bin Khattab. Aku mencintai Jihan Kamila walau dia pergi tanpa kabar. Aku hanya bisa menguatkan diri dengan. Jangan kamu kehilangan harapan dan jangan pula kamu bersedih hati, Quran Surat Ali Imron ayat 139. Ingat. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.QS Al-Insyirah ayat 5-6. Aku hanya sekedar memberi kata-kata."

"Aku sangat berterima kasih. Semoga perasaan dilema segera menghilang. Menurut kau, apa masih bisa di perjuangkan? Aku tidak mau Anaya hanya berpikiran aku hanya memberi harapan. Aku harus buktikan ke dia," kata Fito setelah berpikir. 

Mengatakan itu dengan penuh keyakinan, Dayyan tersenyum dan seperti memberikan semangat kepada Kakanya.

"Aku akan bantu dengan doa, Mas. Dengarkan aku. Aku akan bicara seperti orang tua. Pernikahan itu suci dan harus saling menerima. Mas juga harus siap menerima kekurangan Kak Anaya, misal istri bukan hanya sekedar mencuci kan baju atau menyetrika baju suami. Jika hanya dengan mencucikan baju kita bisa pergi ke laundry. Pernikahan bukan sekedar merasakan masakan enak. Terkadang kita juga perlu merasakan keasinan. Karena hidup memang penuh drama. Dari situlah Allah menguji kesabaran setiap hamba. Semangat jika kamu memang benar-benar ingin memperjuangkan." Dayyan mengatakan itu. Fito sangat senang mendengar itu, dia menatap bangga kepada Adiknya.

"Tatapanmu ... seperti jatuh cinta kepadaku," ledek Dayyan yang memang hobi bercanda. Fito tertawa kecil sambil menabok leher Dayyan.

"Aku siap melamar dari chattingan atau siapkan mental dulu." Fito terlihat sangat semangat, Dayyan pergi.

'Aku sangat dilema, aku sudah mengatur bahasa, apa aku benar sudah meyakininya? Apa aku ini ... heh,' batinnya dengan langkah semakin pelan lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Anaya Adiba ...." teriak Fito dengan Voice note.

"Ada apa?" tanya Anaya membalas Voice note.

"Tidak jadi," balasnya leqat Voice note. Fito berjalan cepat. "Pasti dia merasa aneh ketika aku semakin aneh," gumamnya.

"Heh ... bagaimana ini?" gumamnya, meneguk ludah tangannya sangat dingin dia mulai berkeringat, Fito benar-benar seperti cacing kepanasan.

"Aku yakin dan ingin diberi kesempatan, namun kenapa aku tidak mampu. Aku ingin hidup bersama susah senang bersama, berbagi batin dan berharap bisa, ah ... merananya aku." Dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. 

"Apa aku harus latihan? Apa aku harus kembali mengungkapkan? Heh ...." teriak yang tertahan lalu melempar bantal entah kemana. Dia kembali duduk mendirikan bantal lalu memandang wajah Anaya di ponselnya.

"Hah ... belum berkata-kata sudah lemas dan rasa nyeri menyerang semua badanku," gumamnya kembali berbaring lalu menatap foto Anaya.

"Anaya ... aduh ... huh ... maukah kamu menikah denganku? Aku tidak tahu sisa umurku, tapi yang penting aku ingin bersamamu sepanjang umurku. Kenapa mudah kalau tidak di hadapannya ... ha," ujarnya mengatur napas dan berdiri dia melangkah dan memutuskan.

"Ok ... lamar dia," gumamnya lalu berjalan, melihat Anaya membawa botol dan melintasi kamarnya, dia kembali masuk dan segera menutup pintu. 

'Heh ... eh ... aduh ... dia bukan hantu, paling ... aku sudah gila, masa Anaya ada di rumahku. Makin halu aku, huh ... tenang, latihan, dinginkan pikiranmu Fito ... banyak klien dan mereka takut kepadamu. Masa melamar saja ngos-ngosan begini. Ayolah ... cowok ganteng dan keren saat SMA, huh ... Aku mencintaimu sepanjang waktu dalam hidupku. Maukah menikah denganku? Apa itu terlalu simpel? Hah ...." Fito berjalan kesana-kemari tidak tenang. Tengkurap di ranjang lalu menutup kepalanya.

"Aku ... Aku mungkin bukan kekasih pertamamu, ciuman pertamamu, atau cinta pertamamu, tetapi aku ingin menjadi yang terakhir. Maukah kamu menikah denganku? Hah ... bahkan aku belum pernah mencium seseorang," gumamnya sambil menyentak-nyentakkan kaki kebingungan.

"Pikirkan kata-kata lain ... ayo otak bekerja. Huh ... Kalaulah ... aku kumpulkan saat-saat gembira dalam hidupku, semuanya tidak akan dapat menyamai indahnya waktu yang aku habiskan denganmu. Maukah kamu menikah denganku? Tapi selama ini aku bicaranya sangat kasar. Hadeh ... makanya Alfito ... kalau bicara dipikirkan dulu," gumamnya lalu mengambil bantal guling.

 "Merananya aku ... Maukah kamu menikah denganku? Untuk menghilangkan kemeranaan ini. Aku akan selalu mencintaimu walaupun penantian itu begitu lama jika engkau memang bukan takdirku, maka aku bahagia telah memilihmu, ah ... kenapa dari tadi begitu ... keluarkan kata-kata yang istimewa Fito!" ujarnya sendiri lalu berbaring dia meraih ponsel, namun dia meletakkan lagi ponselnya.

"Matahari dimusim panas. Bunga dimusim semi. Dan kamu hal terindah hidupku. Maukah kamu menikah denganku? Terlalu singkat ...." Fito berusaha untuk tidur, namun rangkaian kata muncul dan menjelma sebagai bayangan.

"Ekhem, kamu yang adalah sesuatu paling menakjubkan yang dapat menyentuh hatiku ... aku resah, hah entahlah, tidur tidak bisa malah ngomong sendiri, ha ... nyatain sekarang. Kamu berani," ujarnya lalu bangun, berdiri merapikan baju, mengambil ponsel dan menvidio. Mengeluarkan napas lalu merekam lewat vidio apa yang ingin diutarakan.

"Kamu paling indah, darimu aku suka, suaramu membisikiku walau kamu tidak di sampingku, dan hal termanis dalam hidupku adalah mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku? Aku dari tadi terus berbicara sendiri dan mulut ini perlu olah raga," ucap Fito terus menggerakkan mulut sambil berjalan merilekskan jari-jari.

"Ya dari tadi aku ngomong tapi belum aku tekan tombolnya," keluhnya lalu membuang napas panjang.

"Oke mari mulai." Fito menekan tombol.

"Kalau saja bintang-bintang bisa bicara, maka aku akan kirimkan lewat semua bintang, dan meminta mereka untuk mengatakan, aku cinta kamu. Terlalu alay tidak sih ..." Fito tidak jadi mengirim itu. Dia benar-benar galau

"Biasanya kamu handal Fito kenapa jadi begini. Huft ... Bismillah ... serius Fito." katanya lalu membuat vidio lagi.

"Maukah kamu menikah denganku? Aku itu sangat bodoh, karena aku merasa seakan-akan, aku bertanya padaku untuk apa aku bernapas, napasku juga napasmu. Maukah kamu menikah denganku? 

Maukah kamu menikah denganku? Hati ini tidak akan melirik selain pada kekasihnya, janji suwer." Pernyataannya dari tadi tidak berhenti. Detak jantung sedang berhadapan dengan peperangan cinta.

"Aku selalu menghawatirkanmu dari setiap kesedihan yang akan mencuri senyummu. Maukah kamu menikah denganku? Aku tidak mau sesuatu dari dunia ini, karena aku sudah merasa mengambil semua kebahagiaanku saat aku mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku? karena kamu juga kebahagiaanku. Aku ingin menjadi sesuatu yang indah dalam hidupmu yang dapat melukiskan senyum di atas kedua bibirmu tatkala engkau mengingatku. Mari sama-sama menjadi penghibur lara. Maukah kamu menikah denganku? Ketika kita mencintai, perasaan kita akan merasakan ketakutan, takut kehilangan, takut perpisahan dan takut berbagi. Maukah kamu menikah denganku? Hal terindah memang ketika engkau jatuh cinta, akan tetapi lebih indah jika orang yang kau cintai menyadari cintamu. Maukah kamu menikah denganku? Anaya ... aku sudah mengungkapkan segelanya, hatiku gundah dari tadi aku terus berbicara," ujarnya mengatur napas. Dalam vidio itu.

"Aku tau banyak kesalahanku. Namun, kali ini aku butuh teman hidup bukan teman biasa. Aku serius, aku melamarmu Ana. Aku tidak mau memberi harapan palsu makanya aku berniat menikah. Aku tidak mau ... pacaran dan membuang waktu. Ana aku hanya pria seperti ini. Fito yang sering sombong dan banyak lagi kekuranganku. Ana ... aku tulus, tolong terima. Jangan patahkan hatiku. Jika kamu ingin bukti mari kita menikah, akan aku tunjukkan semua perasaanku kepadamu. Aku tidak ingin memperbanyak kata-kata. Sekarang ini, jika kamu mau mari menikah denganku." Ajakan Fito dia menatap kameranya dengan penuh rasa. Lalu mengirimkan vidio itu.

Ketika dua contreng berwarna biru terlihat Fito terbelalak, artinya Anaya sudah membukan Vidio cintanya. Fito melempar ponselnya lalu menutup wajah dengan bantal.

Drettt!

Drettt!

Dengan kempas kempis dia membuka chat dari Anaya.

[Pengakuanmu itu membuat aku ilfil. Maaf aku tidak bisa menerimanya. Aku juga akan pergi dari kantor. Aku bukan yang terbaik untukmu. Aku tidak bisa juga hidup denganmu.]

Serasa lemas membaca chat itu.

Tring. Ting. Ting.

Fito awalnya tidak menghiraukan. Namun, dengan sangat terpaksa dia menerima telepon itu.

"He ...." Nadanya sangat lemas.

"Aku bersedia mendampingimu, maaf tadi ...."

Mendengar itu seketika Fito terbelalak. "Katakan. Ini bukan imajinasiku 'kan?"

Bersambung.

avataravatar
Next chapter