11 Telepon dari Paman Johnny.

Keesokan paginya, azkia membangunkan zeira dan azka yang masih tertidur pulas, azkia sengaja untuk datang ke rumah sakit karena semalam azka memberikan chat yang berisi alamat rumah zeira sekaligus password rumahnya untuk membawakan pakaian zeira ke rumah sakit besok.

"Misi, eh tumben masih pada tidur?" ucap azkia melihat azka dan zeira tidak menjawab panggilannya karena yang masih tertidur pulas.

Azkia pun menghampiri azka terlebih dahulu membangunkan azka, dan untuk membantu menyiapkan peralatan mandi zeira.

"Bang, abang... bangun bantuin aku siapin peralatan mandi buat kak zeira." ucap azkia menggerakkan bahu azka.

"Hoam... Ehm...!! Eh, kamu cepet banget udah di sini duluan? mana pakaiannya, gak lupa kan?" ucap azka baru membuka matanya dan menguap.

"Enggak lupa bang, nih aku bawain pakaian yang abang suruh. Sekarang abang bangun, bantuin aku buat nyiapin peralatan mandi kak zeira, ayo bangun!!" jawab azkia menarik-narik tangan azka.

"Ehm, azka aku haus..." lirih zeira terbangun, meminta minum.

"Sebentar zei, aku ambil dulu." ucap azka bangun dari sofa dan mengambil minuman untuk zeira.

"Nih, minumnya pelan-pelan nanti basah lagi bajunya." lanjut azka memberikan sekaligus memperingati zeira agar tidak menumpahkan air lagi di bajunya sendiri.

"Hm, eh ada kia, kamu ngapain di sini?" jawab zeira dan baru tersadar melihat azkia yang sedang duduk di sofa setelah itu lanjut menanyakan kedatangan azkia pagi-pagi.

"Aku di suruh sama bang azka buat bawain kakak pakaian bersih, biar kakak bisa ganti baju." jawab azkia.

"Oh gitu, makasih ya kia, kamu baik banget sama kakak." ucap zeira berterima kasih.

"Demi calon kakak ipar, apapun akan aku lakukan, Hehehe..." goda azkia.

"Hahaha... kamu ini, pagi-pagi udah ngerayu kakak aja." ucap zeira tertawa melihat tingkah lucu azkia.

"Hehehe, eh iya kak, kakak mau mandi atau di basuh aja?" tanya azkia menawari.

"Aku mau ke kamar mandi, mandi sendiri." jelas zeira to the point.

"Kakak serius? Bukannya kaki kakak gak boleh di paksa gerak dulu ya?" bingung azkia.

"Iya aku tau, tapi aku pengennya mandi di kamar mandi aja." jawab zeira.

"Yaudah aku siapin kursi buat di kamar mandinya ya, biar kakak mandi sambil duduk." ucap azkia langsung mencari kursi plastik untuk di duduki zeira saat mandi.

"Hm, terima kasih ya cantik." goda zeira pada azkia.

"Ah, kakak bisa aja, jadi malu aku." balas azkia langsung memerah pipinya setelah di goda zeira

"Lebay banget, gitu aja sampai merah pipinya!!" sindir azka.

"Sirik aja sih, kasian yang gak pernah di puji-puji sama kak zeira." balas sinis azkia.

"Hei, udah jangan sindir-sindiran, gak baik tau! kalian kan saudara, masa bicara kayak gitu." ucap zeira memberhentikan perdebatan antara azkia dan azka.

"Abang yang mulai, aku cuma balas dia aja." jawab azkia membela dirinya.

"Abang aja terus yang di salahin, Abang kan bicara apa adanya, ngapain kamu nanggepin Abang?!!" kesal azka mulai beradu mulut dengan azkia dan membuat zeira pusing.

"Nyebelin banget sih, aku aduin ke mamah kelakuan abang yang suka ngejek aku kayak tadi!!!" ancam azkia pada azka.

"Dikit-dikit ngadu, dikit-dikit ngadu, dasar tukang ngadu!!" ejek azka pada azkia.

"STOP!!! udah dong, kenapa jadi kalian yang ribut? udah ah berdebat nya, masih pagi gak baik. Ayo saling minta maaf, gak ada saling menyalahkan karena kalian berdua salah!" kesal zeira yang akhirnya meluapkan emosinya karena melihat pertengkaran antara azkia dan azka.

"Iya kak zei, bang maafin kia, mulut kia lancang sama abang." ucap azkia langsung meminta maaf karena mulutnya yang tidak sopan pada azka abangnya sendiri.

"Hm iya, abang juga minta maaf, udah ngejek kia." luluh azka setelah mendengar permintaan maaf kia, sembari menjabat tangan kia.

"Pelukan dong, ayo berpelukan." perintah zeira supaya azka dan azkia tidak bertengkar karena hal sepele lagi.

Akhirnya azka yang menuruti perintah zeira untuk saling berpelukan, azkia pun membalas pelukan azka, dan akhirnya apa yang zeira perintahkan sangat berguna untuk azka menurunkan emosinya pada azkia adiknya.

Azkia langsung menyiapkan seluruh peralatan mandi untuk zeira, dan azka membantu menurunkan zeira dari kasur untuk ke kursi roda, setelah itu azka memindahkan zeira ke kursi plastik agar zeira bisa mandi duduk di kursi.

Azkia melihat ponsel zeira berdering pertanda ada panggilan masuk khusus untuknya, tetapi zeira masih belum keluar dari kamar mandi, saat azkia menanyakan untuk mengangkat telepon itu atau tidak pada zeira, zeira pun membalas dan menyuruh azkia untuk mengangkat teleponnya.

"Halo, dengan siapa saya bicara?" tanya azkia karena tidak ada nama kontaknya.

"Ini benar nomor teleponnya Zeira Zakeisha kan, Anak dari Bapak Anthony Zakeisha." tanya seseorang itu yang bersuara seperti lelaki paruh baya.

"Oh iya benar ini ponselnya kak zeira, tetapi saat ini dia sedang mandi, apakah ada pesan yang perlu saya sampaikan padanya nanti?" jawab azkia langsung menanyakan pesan penting.

"Ada, bilang kalau yang menelepon dia tadi adalah Pamannya yang bernama Johnny Zakeisha, jika dia sudah selesai mandi tolong segera hubungi pamannya kembali, sampaikan itu saja." ucap seseorang tersebut yang mengaku sebagai paman zeira.

"Baik Paman Johnny, akan saya sampaikan." jawab azkia akan menyampaikan pesan penting itu.

"Kalau begitu terima kasih, dan akan saya tutup dulu teleponnya." pamit paman Johnny.

"Baik paman, sama-sama." jawab azkia langsung mengakhiri teleponnya juga.

Beberapa menit kemudian, zeira selesai mandi baru dia menanyakan penelepon tadi.

"Tadi siapa yang menelepon?" tanya zeira penasaran.

"Dari paman Johnny, dia bilang kakak harus meneleponnya kembali setelah kakak selesai mandi." jawab azkia langsung menyampaikan pesan paman Johnny tadi.

"Penting sekali? harus sampai sesegera itu?" tanya zeira yang merasa tidak penting di kabari oleh keluarga dari ayahnya.

"Aku gak tau, coba aja kakak telepon dia, dan aku rasa juga penting banget sampai dia bilang segera setelah selesai mandi." jawab azkia menduga-duga.

"Ada apa ya, bikin penasaran aja." gumam zeira langsung mengambil ponselnya dan menelepon pamannya kembali.

***

"Halo, ada apa paman sampai menelepon zeira, apa sudah ada kabar dari ayah?" tanya zeira.

"Bukan, bukan itu yang mau paman sampaikan ke kamu, paman cuma mau bilang kakak kamu sudah di temukan."

"APA?! DIMANA?!" teriak zeira terkejut sampai-sampai membuat azkia ikutan terkejut.

"Ada informasi yang bilang kalau dia bekerja di salah satu rumah sakit swasta dekat rumah kamu setelah dia pulang dari luar negeri." jelas paman hanya memberikan setengah informasi tanpa ciri-ciri nya.

"Rumah sakit? dia seorang perawat atau dokter?" tanya zeira semakin penasaran.

"Dia seorang dokter, kamu bisa mencarinya di rumah sakit sekitaran tempat tinggal kamu." jelas lagi paman Johnny. "Teman paman juga memberitahu, kalau dia seorang kidal." lanjutnya memberitahu detail ciri-cirinya.

"Iya paman benar, kak ridwan dia seorang yang kidal, aku baru ingat kalau dia kidal." jawab zeira baru teringat ridwan yang kidal.

"Coba kamu cari dia, selama ini kamu selalu mengeluh untuk mencari kakak kamu itu kan." ucap paman Johnny mengingatkan kejadian selama ibunya masih hidup.

"Iya paman, terima kasih. Zeira sangat bahagia sekali setelah mendengar ucapan paman, semoga saja kali ini benar dia." jawab zeira tidak lupa berterima kasih karena pamannya selalu membantunya.

"Ya sudah, paman hanya ingin memberitahu tentang kabar itu, setelah itu paman serahkan kepada kamu untuk mencari kakak kamu sendiri karena paman sedang sakit tidak bisa mencari dia lagi." ucap paman.

"Baik paman, paman membantu mencari informasi tepat keberadaannya saja sudah membuat saya sangat senang, untuk saat ini paman istirahat saja dulu sampai benar-benar sudah pulih, saya benar-benar sangat berterima kasih sekali pada paman." jawab zeira akan melakukannya sendiri setelah mengetahui keberadaannya.

"Iya, terima kasih zei. Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan pencariannya ayah mu?" tanya paman Johnny mengingatkan zeira pada ayahnya.

"Aku juga masih mencari keberadaan ayah, tapi untuk saat ini aku lebih fokus menemukan kakak terlebih dahulu." jawab zeira dengan nada pasrah nya.

"Kamu yang sabar, setelah paman sembuh, paman janji akan bantu kamu lagi untuk menemukan Anthony ayahmu." ucap paman menenangkan zeira.

"Iya paman, jangan terlalu dipikirkan, yang penting saat ini fokus dengan kesembuhan paman terlebih dahulu." jawab zeira lebih memikirkan kesembuhan pamannya.

"Ya sudah kalau begitu, paman tutup teleponnya." ucap paman menutup teleponnya.

"Iya paman, sampai jumpa dan lekas sembuh." jawab zeira sama-sama langsung mengakhiri panggilannya.

***

Setelah zeira selesai berbicara dengan paman Johnny, Azkia mulai penasaran dengan pembicaraan mereka berdua tentang menemukan seseorang, azkia pun menanyakan hal itu pada zeira.

"Siapa yang sudah di temukan kak?" tanya azkia penasaran.

"Kakak aku, kak Ridwan. Paman bilang dia menerima laporan dari temannya kalau melihat kembalinya kakak aku dari luar negeri." jawab zeira.

"Memangnya kakaknya kak zei kemana? kok sampai di temukan gitu, apa kak ridwan menghilang?" spontan azkia.

"Hm, dia memang menghilang diculik dan di jual ke luar negeri," jawab zeira memberitahu yang sebenarnya.

"Semoga saja kakak bisa bertemu lagi dengan kak ridwan." ucap azkia mendoakan zeira cepat bertemu kembali.

"Semoga saja. Aku juga sangat merindukannya walaupun aku udah agak lupa dengan wajahnya, tetapi aku masih mengingat bagian tahi lalat yang berada persis di garis rambut belakangnya." jelas zeira.

"Wah kalau kakak hafal dengan ciri-ciri nya, aku bisa bantu kakak menemukan kak ridwan dengan cepat, dan bang azka juga pasti mau membantu juga." ucap azkia ingin mencoba membantu zeira menemukan ridwan.

"Oh iya, azka kemana kok aku baru sadar dia gak ada di sini?" tanya zeira baru tersadar tidak ada azka di kamarnya.

"Lagi beli sarapan buat kita." jawab azkia.

"Lah, kalian memangnya gak pergi ke sekolah?" tanya zeira.

"Aku udah izin sama guru aku kalau mau jaga kakak, aku kira bang azka mau sekolah makanya aku izin buat jagain kakak." jawab azkia yang mengiranya akan bergantian dengan azka untuk menjaga zeira.

"Oh gitu, makasih ya kalian udah mau nemenin aku di sini." ucap zeira sangat berterima kasih.

"Iya kak sama-sama, oh iya bang azka sebenarnya nyuruh aku buat gak cerita ini ke kakak, karena bang azka takut kakak semakin takut sama dokter itu. Eh, aduh maaf kak jadi keceplosan." ucap azkia tidak sengaja keceplosan.

"Memangnya azka bicara apa sama kamu?" tanya zeira penasaran dengan rahasia azkia dan azka.

"Dia cerita sama aku kalau kakak takut sama dokter yang namanya kalau gak salah itu zein kan, karena katanya bang azka dokter itu ngintip kakak dari luar dan bilang seolah-olah menemukan kakak gitu. Maka dari itu aku juga mau bantu bang azka buat nyelidikin ini sendiri, bang azka menaruh curiga sama dokter zein itu, bang azka juga bilang buat rahasiakan soal ini jangan sampai kak zeira tau, tapi aku gak bisa karena mungkin bisa jadi kakak dalam bahaya makanya aku ceritakan aja yang sejujurnya." jelas azkia malah makin menjelaskan rahasianya pada zeira.

"Huh? Azka nyelidikin dokter zein? Aduh, suruh abang kamu berhenti ngelakuin itu deh, kakak gak mau dia masuk dalam masalah besar, kalau semisal benar ada sesuatu yang disembunyikan oleh dokter zein dan itu membahayakan aku, lebih baik gak usah ikut campur, aku juga udah gak terlalu takut sama dokter zein." kaget zeira langsung menyuruh azkia memberhentikan azka.

"Aku juga udah cegah dia buat lakuin hal itu, tapi dia tetap maksa dan mau nyari tau sendiri tentang dokter zein itu, biar memastikan kebenarannya dan gak ngebahayain nyawa kakak." jawab azkia pasrah pada zeira.

"Udah deh aku gak mau kehilangan Azka kalau sesuatu buruk terjadi sama dia karena dia mengawasi gerak-gerik dokter zein, satu sisi aku lagi bahagia banget karena orang-orang suruhan paman menemukan kak ridwan padahal kak ridwan menghilang saat masih berusia 9 tahun dan sekarang pasti dia sudah berumur 22 tahun, aku juga masih gak paham sama anak buah pamanku kok bisa menemukan kakak aku saat dia sudah menjadi dewasa?" ucap zeira tidak ingin kehilangan azka.

"Susah kak buat ngeberhentiin apa yang bang azka mau, kalau soal paman kakak mungkin aja ada sesuatu yang masih belum bisa dia jelaskan sama kakak, dan mungkin juga itu karena paman kakak gak mau kakak dengar penjelasan yang itu karena bisa bikin kakak sakit hati atau sedih." jawab azkia.

"Selama ini, yang peduli sama aku dan ibu itu cuma paman Johnny dia adik laki-laki ayah, kalau aku dengar-dengar cerita simpang siur paman Johnny sangat menyukai ibu semasa mudanya, tetapi ibu lebih memilih menikah dengan ayah karena ayah laki-laki yang sudah sangat mapan di masa mudanya." jelas zeira menceritakan bagaimana hubungan ayah ibu dan paman Johnny.

"Hm maaf kak, aku bukannya mau berburuk sangka sama paman Johnny tapi, kalau mendengar cerita ibu ayah dan paman kakak semasa mudanya, dan saat penculikan itu terjadi, aku rasa kalau paman Johnny dalang dibalik penculikannya kak ridwan itu? ini hanya sepintas pemikiran ku dari semua yang aku dengar dari kakak tadi" ucap azkia tersadar sesuatu.

"Apa yang kamu jelaskan tadi sepertinya ada benarnya juga, paman menyukai ibu, dan ibu memilih menikah dengan ayah, otomatis cinta paman bertepuk sebelah tangan karena ibu, bisa jadi paman dendam dengan ibu dan mengambil kak ridwan dan membawa kak ridwan ke luar negeri, seolah-olah sekarang dia bisa menemukan kak ridwan padahal dia tidak terlalu persis mengenali kak ridwan, karena ayah sangat melarang kami untuk berkomunikasi terlalu dekat dengan paman Johnny." ucap zeira memecahkan teka-teki keluarganya sendiri.

"Kalau benar begitu, kakak harus temui paman Johnny segera, agar tau kebenarannya seperti apa. Tapi, aku masih penasaran dengan dokter zein." jawab azkia menambah pikiran zeira lagi.

"Oh iya, dokter zein itu, aku juga jadi penasaran dengan dokter itu. Azka masih lama?" ucap zeira langsung teringat dengan azka.

"Mungkin sebentar lagi dia kembali ke sini," jawab azkia.

***

"Aku gak percaya, paman tega melakukan itu sama keluarga kami. Ibu... kalau ibu bisa menemukan kakak tolong beri petunjuk padaku di dalam mimpi." pinta zeira dalam hatinya.

***

Azka kembali membawa makanan untuk zeira, azkia, dan dirinya. Setelah kembali azka sangat bingung dengan raut wajah zeira, seolah-olah seperti ingin menerkam dirinya.

"Kenapa wajahmu seram banget, ada apa?" tanya azka pura-pura tidak takut pada zeira padahal dia sudah mulai gemetar dengan tatapan mata tajamnya zeira.

"Kau, kau menyembunyikan sesuatu dariku?!" ucap zeira mengintimidasi azka.

sebelum menjawab pertanyaan zeira, azka menelan air liurnya untuk menenangkan dirinya berhadapan dengan zeira yang sepertinya sedang emosi.

"Hm... Apa sih zei, aku gak paham sama apa yang kamu bilang barusan." gugup azka.

"Jawab atau aku marah sama kamu?!!" ancam zeira

"Dek, ini ada apaan sih, kak zeira kesurupan? serem banget dek." panik azka.

"Aku gak ikut campur, itu urusan kalian berdua." jawab azkia asik bermain game dan tidak peduli dengan azka.

"Apa yang kamu rahasiakan dari aku? Jawab azka!!!" teriak zeira.

"Jangan bilang, dek! kamu kasih tau tentang itu ya?!" ucap azka menatap tajam pada azkia.

"Aku gak bilang, cuma sedikit keceplosan aja, hehe." jawab azkia sangat santai padahal abangnya mulai emosi terhadapnya.

"Dek, kan udah abang bilang jangan kasih tau kak zeira, kenapa kamu ngadu ke dia, ihh kamu ini, nambahin abang bermasalah lagi sama kak zeira kan." bisik azka sembari menatap tajam azkia.

"Ya maaf, aku kan gak sengaja keceplosan, habisnya apa yang mau abang lakuin itu salah di mata aku dan di mata kak zeira jadinya ya abang berhenti buat nyari tau, dari pada nyawa abang sendiri dalam bahaya, katanya pengen melindungi kak zeira tapi jangan bikin diri abang dalam bahaya juga. Benar kan kak zei?" jawab azkia mengelak dari kemarahan azka.

"Stop, aku cuma pengen denger dari mulut kamu, apa benar kamu mau jalanin rencana itu?" tanya zeira.

"Hm... Iya zei, tapi aku janji nyelidikin nya secara diam-diam kok, gak akan secara terang-terangan, dan aku juga akan pastikan kalau dia gak akan tau tentang penyelidikan ini." jawab azka akhirnya menyerah untuk tidak merahasiakan dari zeira.

"Penyelidikan siapa? kalian mau menemukan penabrak zeira bukan?" ucap dokter zein tiba-tiba masuk ke kamar zeira dan kebetulan tidak sengaja terdengar pembicaraan azka dengan zeira.

"Ah, hm... buk-" gugup azka terpotong oleh zeira.

"Iya dok, kita mau menyelidiki kasus tabrak larinya zeira sama fazam." jawab zeira dengan cepatnya.

"Oh gitu, butuh bantuan saya? saya punya kenalan dektetif polisi, saya bisa bantu kalian buat nemuin penabrak itu." ucap dokter zein menawari bantuan.

"Hm, gak usah dok, kita udah ada dektetif sendiri." jawab zeira menolak.

"Hm... ya sudah kalau begitu, oh ya zeira gimana keadaan kamu, kaki nya merasa sakit lagi atau ngilu atau bagaimana?" tanya dokter zein

"Lebih pegel sih dok, apa mungkin karena gak terlalu di paksa gerak ya?" jawab zeira merasa kakinya sangat pegal.

"Ah, itu efek samping karena obatnya, ya sudah kalau perkembangannya kamu sudah lebih baikan, kamu bisa pulang ke rumah hari ini ya." ucap dokter zein tiba-tiba mengizinkan zeira pulang ke rumah.

"Serius dok, saya bisa pulang?" tanya zeira tidak percaya.

"Iya, kamu bisa pulang." jawab dokter zein sangat meyakinkan.

"Asik, akhirnya pulang ke rumah, gak di rumah sakit terus. Saya tadinya pasrah banget lho dok, saat dokter bilang saya harus di rawat selama semingguan lebih." ucap zeira yang sangat gembira diperbolehkan untuk pulang ke rumah.

"Saya bicara seperti itu, karena saya ingin kamu cepat sembuh dan mematuhi apa yang saya larang. Ini cara saya agar setiap pasien mempunyai keinginan untuk sembuh walau sakitnya parah." jawab dokter zein memberitahu alasan larangannya pada zeira, azka, dan azkia.

"Kalau gitu, aku bantu kakak beres-beres pakaian kakak ya." sambung azkia turut senang karena zeira bisa pulang.

"Iya makasih ya kia," ucap zeira.

"Iya kak, bang ayo bantuin aku beres-beres." jawab azkia serta menepuk azka yang sedang melamun, untuk membantunya membereskan barang-barang zeira.

"Ah, hm... kenapa zei?" ucap azka tersadar.

"Aduh, udah lah bang ayo bantuin aku!!" jawab azkia menarik tangan azka.

"Azka kenapa, kok dia kelihatannya seperti sedang ketakutan?" tanya dokter zein.

"Ah, gak apa-apa kok dok, biasa semalam dia begadang jagain saya mungkin aja dia lihat sesuatu makanya sampai sekarang masih ketakutan." elak zeira

"Oh, iya sepertinya dia melihat hantu di sini, sebenarnya juga kamar ini biasanya untuk menampung jika ada pasien yang benar-benar sangat kritis dan banyak juga pasien yang meninggal di kamar ini." ucap dokter zein melirik ke arah azka yang sedang membantu azkia.

"Ah dokter jangan bicara itu, nanti azka semakin ketakutan." bisik zeira.

"Haha... saya cuma bercanda, habisnya azka lucu sekali, dia takut dengan hantu." ledek dokter zein.

"Dia memang penakut, makanya dokter jangan nambah-nambahin gosip tentang hantu itu, yang ada nanti dia makin benci sama semua rumah sakit." ledek zeira.

***

"Cih!! kayak dia gak takut aja, lagian sejak kapan gue takut sama setan, yang ada setan yang takut sama gue, jelas-jelas badan gue lebih gede dari setan, nyebelin lo zei!!!" gumam azka pelan sembari menatap sinis pada zeira.

***

"Iya-iya, ya sudah kalau begitu saya pamit pergi mengecek pasien lain di kamar sebelah ya." ucap dokter zein ingin meninggalkan zeira setelah mengecek keadaan zeira.

"Iya dok, silahkan." jawab zeira setelah itu dokter langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar sebelah.

Akhir yang di tunggu azka dokter zein segera keluar dari kamar zeira, Azka berpikir dokter zein tidak mendengar apa yang dibicarakan mereka bertiga kan? sangat gugup ketika membicarakan seseorang yang tiba-tiba langsung muncul dihadapannya, untung saja alasan yang dibuat zeira untuk dokter zein tidak menaruh curiga pada azka yang ingin menyelidiki tentangnya.

avataravatar
Next chapter