9 Nyawa di ujung tanduk?

"Dok, pasien kondisinya semakin kritis." ucap suster melihat kondisi fazam yang semakin melemah.

"Beritahu keluarganya, kita akan terus memantau keadaan pasien." perintah dokter tersebut.

"Baik dok," jawab suster lalu keluar untuk memberitahu zeira dan azka yang berada di depan ruangan operasi.

***

"Maaf apakah kalian keluarga dari pasien di dalam?" ucap suster saat melihat zeira dan azka tepat menunggu fazam di depan pintu ruang operasi.

"Iya sus kami temannya, saya belum bisa menghubungi keluarganya karena mereka masih ada di Bangka Belitung untuk berbisnis. Ada masalah apa sus, fazam tidak apa-apa kan?" jawab zeira sangat panik saat suster menanyakan keluarga dengan wajah yang seperti sedang khawatir.

"Ya sudah tidak apa-apa, yang penting kalian tetap berdoa untuknya supaya dia melewati masa kritisnya sekarang." ucap suster itu to the point.

"APA?!! Fazam kritis?" kaget zeira.

"Operasinya berhasil tetapi dia masih dalam pemantauan karena kondisinya yang sangat kritis, saat ini yang pasien butuhkan hanya doa dari kalian teman-temannya, kalau begitu saya permisi ke dalam lagi." ucap suster itu, tidak melanjutkan pembicaraannya hanya menyuruh zeira dan azka berdoa untuk fazam dan kembali ke dalam ruangan operasi.

***

Zeira mulai menangis kembali mendengar penjelasan dari suster tentang kondisi fazam yang semakin melemah.

"Udah zeira udah, jangan nangis zei. Dokter pasti akan menyelamatkan fazam kok." ucap azka menenangkan zeira.

"Dia kritis azka, aku bener-bener takut banget, gimana ini, mamahnya juga susah banget sih di hubungi nya." kesal zeira karena mamah fazam tidak mengangkat teleponnya.

"Aku minta nomor ponsel ibunya fazam, biar aku aja yang hubungin dia." ucap azka.

"Ini kamu cari sendiri, aku bener-bener lemas banget denger kondisinya yang sekarang." jawab zeira memberikan ponselnya agar azka yang mencatat sendiri.

"Oke, aku pinjam sebentar." ucap azka lalu pergi menjauhi zeira untuk menelpon keluarga fazam yang ada di Bangka Belitung melewati ponsel zeira.

"Kamu mau kemana azka?" tanya zeira tiba-tiba azka menjauhi dirinya.

"Mau nelepon orang tuanya fazam, kan katanya kamu lelah nungguin orang tuanya fazam buat ngejawab telepon kamu berkali-kali, jadi biar aku aja yang nelepon mereka." ucap azka dengan wajah tersenyum.

"Kenapa harus pakai ponsel aku, bukan pakai ponsel kamu sendiri?" ucap zeira dia mengira kalau azka akan memakai ponselnya sendiri.

"Aku lupa belum beli pulsa, hehe... jadinya aku pakai punya kamu dulu ya nanti kalau pulsa kamu habis aku isi lagi sekalian sama punya ku." jawab azka yang lupa membeli pulsa.

"Hm, ya udah pakai aja gak usah di ganti itu juga gak akan habis karena aku beli yang unlimited sebulan." ucap zeira.

"Oh begitu, oke deh." jawab azka lalu pergi meninggalkan zeira.

Azka pun mencoba menghubungi keluarganya fazam, tetapi benar yang di katakan zeira mereka tidak menjawabnya bahkan setelah azka menghubungi sebanyak 15x nomor ponsel tiba-tiba tidak bisa terhubung. Azka pun heran mengapa mereka tidak ada yang menjawab, apakah mereka tidak peduli lagi dengan fazam? menurut azka keluarga fazam adalah keluarga yang sangat aneh.

Setelah azka gagal menghubungi keluarganya fazam, dia kembali ke ruang operasi dan memberitahukan pada zeira kalau setelah ia mencoba menghubungi 15x ponselnya pun langsung tidak bisa terhubung kembali. Zeira yang mendengar itu pun benar-benar bingung harus bagaimana sementara dokter butuh tentang identitas fazam, zeira tidak bisa melakukan apapun dengan kakinya yang masih tidak bisa berjalan, tetapi tiba-tiba ponsel zeira berdering menandakan ada yang meneleponnya, dia pun segera mengecek siapa yang meneleponnya itu.

"Siapa yang nelepon?" ucap azka penasaran

"Kak Fakhrizal, dia kakaknya fazam aku lupa gak hubungin dia, akhirnya dia yang hubungin aku sendiri." jawab zeira lega melihat nama kontak bernama Kak Fakhrizal.

"Yaudah cepat angkat teleponnya." ucap azka tidak ingin membuang-buang waktu.

Zeira pun mengangkat telepon itu,

"Zeira, apa hari ini atau kemarin kamu bertemu fazam? soalnya kakak dari kemarin gak ketemu sama dia, kakak khawatir banget." panik kak fakhrizal.

"Hm... ini kak, fazam-" gugup zeira ingin membicarakan tentang fazam yang kecelakaan karenanya tetapi di potong oleh kak rizal yang sedang panik.

"Kamu kenapa zei, kamu lihat fazam dimana, atau fazam ada sama kamu? coba kakak mau bicara sama dia sebentar." jawab rizal mulai tenang sedikit karena percaya pada zeira.

"Maaf kak, saat ini fazam lagi ada di ruang operasi karena kecelakaan, dia nolongin aku pas aku mau nyebrang, dia tertabrak truk yang tidak bisa berkemudi dengan benar hingga membuat fazam terpental ke jalan lumayan jauh." jelas zeira memberitahu sedikit demi sedikit supaya kak rizal tidak terlalu panik.

"APA!! kok bisa? ya ampun kenapa kamu gak kasih tau kakak sih zei, kakak khawatir sama fazam, sekarang kalian ada di rumah sakit mana biar kakak kesana!!" panik rizal meluapkan emosinya pada zeira.

"Maaf kak, Aku kira kakak pergi sama orang tua kakak ke Bangka jadi aku hubungi nya orang tua kalian, aku lupa belum hubungi kakak, dan syukurnya sekarang kakak langsung hubungi aku duluan." lirih zeira ketakutan dengan kemarahan rizal.

"Aku gak pergi, aku tetap bisnis di sini papah sama ibu yang pergi." ucap rizal sedikit kesal.

"Oh gitu, yaudah kak aku share location rumah sakitnya." jawab zeira langsung ingin memberikan lokasi rumah sakit.

"Oke, kakak juga mau jalan, kakak tunggu ya zei." ucap rizal keluar dari rumahnya dan pergi menuju garasi mobilnya.

"Iya, kak." jawab zeira langsung mematikan panggilan teleponnya.

Zeira langsung memberikan lokasi rumah sakit, sedangkan dokter yang menangani fazam pasca masa kritis mulai berbicara dengan azka.

Zeira yang tidak tahu apa yang sedang di bicarakan dokter dengan azka pun mulai menanyakan pada azka setelah dia menutup telepon dari fakhrizal kakak tiri fazam.

"Apa yang dokter bicarakan sama kamu?" ucap zeira kembali setelah menerima telepon dari rizal.

"Dia bilang, fazam sudah melewati masa kritisnya dan dia sudah bisa di pindahkan ke ruangan rawat inap yang biasa." jawab azka dengan santainya.

"Ah, syukurlah... aku senang mendengarnya, terima kasih Tuhan kau telah menyelamatkan fazam." ucap zeira sangat lega mengetahui kabar baik dari fazam.

"Bagaimana dengan kak rizal?" tanya azka.

"Dia sedang menuju ke sini, untung saja sejak aku bisa menghubungi salah satu dari keluarganya dia langsung bisa melewati masa kritisnya." jawab zeira.

"Setelah dia mulai di pindahkan ke ruangan rawat inap, aku akan antar kamu pulang, aku tau kamu kaget banget dengan kejadian yang menimpa sama kamu hari ini." ucap azka menghawatirkan kondisi zeira.

"Gak perlu, aku mau nemenin fazam aja sampai dia benar-benar siuman." elak zeira.

"Tapi kamu pasti lelah karena kejadian hari ini, lagian juga fazam ada kakaknya kan? jadi kamu gak perlu khawatir lagi sama fazam." jelas azka.

"Aku udah gak terlalu khawatir lagi sama dia, tapi..." jawab zeira pembicaraan di potong oleh azka.

"Tapi apa? kamu mau kasih jawaban buat dia setelah dia siuman?" tanya azka seperti mengintimidasi.

"Ehm, gak tau juga tapi... aku bingung, harus bagaimana menemuinya setelah dia udah mulai siuman nanti, aku benar-benar bingung banget plus gugup banget, apalagi harus berhadapan sama kakaknya." bingung zeira.

"Semua itu keputusan mu, kamu pasti bisa melakukannya, dan kalau seandainya kamu beneran mau kasih dia jawaban juga aku gak mau terlalu ikut campur, dan kalau pun kamu mau kembali sama dia juga aku ikhlas asal dia harus menghilangkan sifatnya yang sering menyakiti mu, dan sering memanfaatkan wanita lain." jawab azka yang tiba-tiba membicarakan tentang hubungan fazam dan zeira.

"Kok, kamu jadi bicarakan itu sih??! udah cukup azka, kamu gak perlu khawatirin aku kembali dengannya atau tidak." kesal zeira langsung pergi lagi ke kamar rawat inapnya dengan wajah yang sangat kesal sekali.

Azka dan zeira bertemu fakhrizal di lobi rumah sakit, dan zeira dengan azka pun langsung mengantar rizal ke ruang ICU fazam, karena fazam masih belum bisa di pindahkan sebelum keluarga aslinya datang memberikan keterangan identitas fazam.

Sebelum itu, dokter meminta Fakhrizal Al-Akhtar selaku kakak dari Fazam Al-Akhtar untuk segera melunasi biaya perawatan rumah sakit, lalu rizal pergi ke kasir untuk membayar biaya operasi plus perawatan fazam, tidak lama pun akhirnya fazam bisa dipindahkan ke kamar rawat inap VIP seperti yang diperintahkan papahnya.

Fazam selama dipindahkan ke kamar inapnya masih belum siuman, dokter berkata dia akan siuman setelah 4 jam setelah pembiusan pertama supaya meredakan rasa sakit di kepalanya setelah operasi tadi.

"Kak maafin zeira ya, gara-gara zeira yang ceroboh fazam jadi seperti ini." ucap zeira merasa bersalah sembari memegang tangan rizal.

"Ini udah takdirnya, bukan salah kamu juga jadi kamu gak usah merasa bersalah, lagian sekarang kita tinggal nunggu fazam siuman, udah kamu gak usah khawatir apalagi merasa bersalah ya." jawab rizal sembari mengelus rambut zeira dengan pelan.

"Terima kasih ya kak, aku senang kalau kakak gak nyalahin aku, tapi aku juga benar-benar merasa bersalah sama fazam, setelah dia siuman aku bakal minta maaf sama dia." ucap zeira akan meminta maaf setelah fazam siuman.

"Iya, oh iya kakak terlalu panik sama fazam sampai lupa sama kamu kalau kamu terluka juga kan? kamu sakit di bagian mana, udah di periksa? ini juga kamu kenapa pakai kursi roda?" tanya kak rizal menghawatirkan zeira yang duduk di kursi roda.

"Udah kok kak, aku udah di cek sama dokter, yang luka cuma kaki kiri aku karena di dorong sama fazam jadi keseleo gak terlalu parah banget, jadi kakak gak perlu khawatir sama aku." jelas zeira sembari memperlihatkan kaki kirinya yang bengkak hingga membuatnya sulit untuk berjalan.

"Kamu sama teman kamu tunggu di sini dulu ya, kakak mau bayar pengobatannya dulu." ucap rizal ingin pergi membayar pengobatan zeira.

"Bayar apa lagi kak? kan kakak udah bayar biaya rumah sakit fazam." tanya zeira yang bingung dengan rizal.

"Kan kamu juga terluka, emangnya kamu bisa bayarnya kakak lihat dari tadi ayah kamu gak ada di sini adanya teman kamu itu, jadi bagaimana kamu bisa bayar biaya rumah sakit sekaligus obat-obatan nya juga?" jawab rizal ingin sekaligus membayar pengobatan zeira.

"Aku bawa ATM kak, gak usah bayarin biaya rumah sakit aku kak, aku bisa bayar pakai uangku sendiri." ucap zeira menolak di bayari biaya pengobatannya sembari mencegah rizal pergi.

"Sssttt!!! kamu itu masih anak sekolah, udah biar kakak aja yang bayar uang yang ada di ATM kamu tabung baik-baik." jawab rizal masih memaksa.

"Iya zei, benar apa yang di bilang kak rizal, kamu kan masih sekolah lagian hubungan kamu sama ayah kamu juga masih gak jelas, nanti kalau uang di ATM kamu habis sebelum kamu sembuh gimana sama kehidupan kamu sehari-hari?" ucap azka yang tiba-tiba memihak pada rizal.

"Ih, Azka jangan bicarain ayah di depan kak rizal!!" bisik zeira sembari mencubit azka.

"Aduh, sakit zei!! maaf aku lupa," teriak azka meringis kesakitan oleh cubitan zeira.

"Aku gak mau ya kamu keceplosan kayak tadi lagi," bisik zeira sambil memperingatkan azka untuk yang kedua kalinya.

"Iya-iya, aku janji gak akan keceplosan lagi." jawab azka sembari mengelus tangannya yang memerah karena bekas cubitan zeira.

"Udah-udah, mau kamu setuju atau gak setuju kakak bakal tetap membayar seluruh pengobatan kamu, kamu itu udah kakak anggap seperti adik perempuan kakak sendiri, lagian kamu juga kan pacaran sama fazam masa iya kakak gak peduli sama kamu." ucap rizal tiba-tiba membicarakan hubungan fazam dan zeira yang sudah lama putus.

"Hm, makasih kak." jawab zeira tanpa memberitahu apa yang terjadi dengan hubungannya dengan fazam saat ini.

"Yaudah kalau gitu kakak pergi ke kasir dulu ya, kakak titip fazam sebentar." ucap rizal pergi ke loket administrasi.

"Iya, kak." jawab zeira melihat rizal keluar kamar fazam.

***

"Zei, kamu kan lagi sakit juga apa gak sebaiknya kamu ke kamar kamu sendiri, kamu harus istirahat zei." ucap azka melihat zeira yang mulai kelelahan setelah rizal pergi ke ruang administrasi.

"Nanti aja, aku masih mau di sini sampai fazam siuman." jawab zeira menolak untuk kembali ke kamarnya.

"Kamu ini susah banget di kasih tau, yaudah aku jagain kamu sama fazam juga." ucap azka memaksa untuk tetap di sisi zeira.

"Gak usah, kamu pulang aja, aku juga makasih banget karena kamu dari tadi nemenin aku nungguin fazam di sini." jawab zeira lebih menginginkan azka pulang ke rumahnya.

"Hm, aku gak mau pulang sebelum kamu sendiri istirahat gak nunggin dia." ucap azka sembari menunjuk fazam.

"Azka, dengerin aku ya, di sini ada suster ada dokter juga, dan ada kak rizal. Kamu gak usah khawatirin aku, lagian yang sakit itu kaki aku bukan badan aku." kesal zeira karena azka yang selalu ikut campur.

"Iya tapi kan kamu harus istirahat juga zeira, jangan ngeyel dong, nanti malah kamu yang gak sembuh, kaki kamu juga harus di istirahatkan, jangan egois zeira pikirin kesehatan kamu juga!!!" kesal azka hingga memakai nada tingginya pada zeira yang tidak mau mendengar perkataan dari azka.

Fakhrizal pun datang dalam perdebatan antara Azka dan zeira, dia pun bingung ada masalah apa zeira dengan teman lelakinya itu, ternyata rizal sudah berdiri selama mereka berdua mulai perdebatan, rizal merasa aneh dengan teman lelakinya zeira karena azka terlalu menunjukkan perhatiannya pada zeira.

Fakhrizal pun memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan fazam, dan seketika itulah azka dengan zeira berhenti berdebat saat tau rizal yang membuka pintu kamar inap fazam.

"Kalian bicarain apa, kayaknya serius banget sampai berdebat gitu?" ucap rizal mengagetkan zeira dan azka.

"Ah, ini kak cuma mau nyuruh zeira untuk istirahat, walaupun kakinya sakit kan dia juga butuh istirahat buat menenangkan pikirannya yang kaget karena kejadian pagi tadi." jawab azka.

"Oh gitu, yaudah zeira kamu balik ke kamar kamu aja, lagian fazam kan ada kakak jadi kamu gak usah khawatirin dia, nanti kalau fazam udah bangun kakak pasti bakal hubungin kamu lagi." ucap rizal.

"Serius kak? tapi aku gak sakit kak, ini cuma keseleo aja." bantah zeira.

"Kamu sama kakak kan lebih tua kakak, jadi kamu harus nurut sama kakak ya zei." ucap rizal meluluhkan zeira.

"Ah, kakak... Yaudah iya, aku balik ke kamar aku, tapi kakak jangan lupa ya telepon aku kalau fazam udah siuman." lirih zeira luluh dengan bujukan rizal.

"Iya, kakak janji. udah sana kalian balik ke kamar." ucap rizal menyuruh azka untuk menemani zeira.

Azka dan zeira pun akhirnya kembali ke kamar rawat inap zeira, saat kembali ke kamar perut azka bunyi tanpa henti yang artinya azka sangat kelaparan, dan suara perut keroncongan itu sampai terdengar di telinga zeira hingga membuat zeira tertawa.

kruyukk... kruyukk...

"Hahaha... itu suara apaan?" ucap zeira yang mendengar perut azka berbunyi.

"Aduh, suara perut aku zei, hehe..." jawab azka sembari memegang perutnya yang berbunyi.

"Kamu laper? keluar sana beli makanan, aku juga lapar nih." ucap zeira yang sama-sama lapar.

"Jam segini gak ada bubur zeira, kamu mau makan apa?" bingung azka.

"Apa aja yang penting makanan, dan itu bisa di makan sama aku." jawab zeira membuat azka semakin bingung.

"Ya aku kan gak tau, makanan apa yang kamu sukai." ucap azka mengeluh.

"Sate ayam aja, kalau gak ayam bakar." jelas zeira memberitahu makanan yang di sukai nya.

"Itu belinya dimana zei, keburu aku pingsan kelaparan karena nyari makanan itu susah." ucap azka masih mengeluh.

"Yaudah terserah kamu, tapi kalau lebih duluan ketemu sama ayam bakar, aku mau satu ya." jawab zeira mengalah.

"Oke, kalau gitu aku anterin kamu ke kamar dulu, habis itu aku beli makanan buat kita." ucap azka langsung membawa zeira dengan sangat cepat.

"Wiiihhh...." teriak azka mendorong kursi zeira dengan kencang hingga membuat zeira takut.

"AZKAAA!!! STOP!! AWAS NABRAK !!!" teriak zeira sangat ketakutan.

Jika azka mulai kelaparan, dia selalu membuat tingkah yang aneh, atau bisa di bilang tidak bisa diam sebelum perutnya yang keroncongan terisi dengan makanan. Zeira merasakan kesusahan karena tingkah usilnya azka, yang membuat nya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Drett... Drett... Drett...

"Sebentar zei, aku ada telepon." ucap azka langsung berhenti memainkan kursi roda zeira.

"Eugh, terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberhentikan kelakuan azka yang membuatku sakit kepala." teriak zeira bahagia.

"Eitss... setelah aku selesai berbicara sama bara, aku mulai dorong lagi sampai ke kamar kamu." ucap azka tidak akan melepaskan zeira.

"Ah, udah lah kamu angkat telepon kamu itu, kasihan orang itu udah nungguin dari tadi." elak zeira mulai bersiap-siap untuk lari dari azka.

"Iya, tapi kamu jangan kemana-mana ya." ucap azka sembari memegang gagang kursi rodanya.

"Iya, aku di sini, gak akan kemana-mana." jawab zeira melepaskan tangan azka dari kursi rodanya.

"Oke, Halo kenapa bar?" ucap azka langsung melepaskan tangannya dan mengangkat telepon dari bara.

"Lo dimana bro, kok gak sekolah tadi?" ucap bara yang baru menanyakan keberadaan azka setelah pulang sekolah.

"Oh, iya gue lupa izin, tadi pagi tuh ada yang kecelakaan." jawab azka.

"Siapa yang kecelakaan? bukan lo kan bro?" panik bara.

"Bukan bar, yang kecelakaan itu fazam sama zeira, jadi zeira mau nyebrang tapi gak liat ke arah kirinya, jadinya fazam dorong zeira sampai akhirnya fazam sendiri yang ketabrak dan mental ke jalanan." jelas azka.

"Huh, zeira kecelakaan? sekarang kalian di rumah sakit mana, gue sama anak-anak mau jenguk si zeira." ucap bara ingin langsung menjenguk zeira.

"Bagus deh kalau lo mau jenguk, berhubungan gue sama zeira laper, sekalian beliin kita makanan ya, oh ya zeira katanya mau ayam bakar, gue juga samain aja nanti duitnya gue ganti kalau lo udah di sini." jelas azka to the point.

"Oke bro, santai aja, yaudah kalau gitu kita semua jalan ya." jawab bara menuruti permintaan azka.

"Iya, gue tunggu kalian, dan gak pakai lama ya gue udah laper banget-" ucap azka yang tiba-tiba pembicaraannya diganggu oleh zeira.

"Iya bar kasian azka udah kayak manusia yang gak pernah makan aja, tingkahnya nyebelin banget bikin kepala gue pusing." Teriak zeira mulai menjauh dari azka.

"Sssttt... kamu diem dulu, aku kan lagi ngomong sama bara, gak sopan tau!" kesal azka.

"Biarin, wlee!! bye, aku balik sendiri." ledek zeira langsung pergi meninggalkan azka.

"Hei, zeira!! ah lo sih bar, si zeira jadi kabur duluan kan." kesal azka melampiaskan pada bara.

"Lah kok jadi nyalahin gue sih? kan gue gak tau apa-apa." keluh bara.

"Udah ya, gue tutup teleponnya, gue mau lanjut ngejar zeira. Oh iya, jangan lupa ayam bakar plus nasi, dua porsi jangan lupa!!" ucap azka mengingatkan bara.

"Siap bos, siap." jawab bara.

"Oke, bye." ucap azka langsung menutup teleponnya setelah bara membalas ucapannya.

"Bye," ucap bara sama-sama menutup teleponnya.

***

"Zeira... Jangan kabur!!!" teriak azka melihat zeira mendorong kursi roda dengan sangat cepat.

"Kamu gak bisa nangkep aku, kejar aku kalau bisa." ucap zeira dengan posisi masih menjalankan kursi rodanya tetapi dia menghadap ke belakang.

"Tunggu aku, aku pasti bisa nangkep kamu!!" teriak azka mengejar zeira dengan pelan.

Karena zeira yang kejar-kejaran dan tidak melihat ke depannya akhirnya, zeira menabrak seseorang hingga membuatnya terjatuh dari kursi rodanya, azka yang melihatnya pun langsung kaget dan menghampirinya.

"Arghhh... Aduhh..!!" lirih zeira terjatuh dari kursi rodanya.

"ZEIRA!!" teriak azka langsung berlari menuju zeira.

"Kamu gak apa-apa dek?" tanya laki-laki itu yang kelihatannya seperti seorang dokter.

"Gak apa-apa dok, cuma kaki aku lagi sakit jadi nambah sakit karena jatuh." jawab zeira dengan menundukkan kepalanya.

"Yaudah, saya bantu kamu bangun ya." ucap dokter itu membantu zeira duduk di kursi rodanya lagi.

"Terima kasih dok, dan maaf saya gak lihat kalau ada dokter lagi jalan." jawab zeira masih belum berani untuk menatap dokter tersebut.

"Zeira kamu gak apa-apa, ada yang sakit lagi gak?" panik azka sembari mengecek kaki zeira.

"Gak kok az, aku gak apa-apa cuma kaki aku jadi nambah sakit lagi." jawab zeira memegang kedua kakinya.

"Yaudah kita ke kamar kamu ya, biar aku panggil dokter dulu." ucap azka tidak sadar kalau yang membantu zeira itu adalah seorang dokter juga.

"Dek, saya juga seorang dokter." ucap dokter itu sembari tersenyum melihat azka yang sedang panik.

"Oh, maaf dokter saya gak lihat kalau dokter ada di situ." kaget azka.

"Iya gak apa-apa, oh iya kamu pasien di sini ya?" ucap dokter itu, dan langsung bertanya pada zeira.

"Iya dok," jawab zeira masih menundukkan kepalanya.

"Yaudah kita ke kamar rawat inap kamu ya, kita periksa kaki kamu." ucap dokter itu.

"Iya dok, Huh? kak Ridwan?" ucap zeira langsung melihat wajah dokter itu, dengan sangat terkejut.

Sebenarnya siapakah kak Ridwan itu, mengapa sepertinya zeira sangat mengenali dokter itu, dan mengapa dokter itu dari tadi berkomunikasi dengan zeira tetapi tidak mengenali zeira?

*****

avataravatar
Next chapter