24 Memperbaiki Hubungan

Setelah sepulangnya dari pemakaman, mereka semua kembali ke rumah rachel. Saat azka turun dari mobil bersama dengan rachel, dia mencoba memanggil nama zeira beberapa kali untuk membantunya membawa rachel ke kamarnya.

"Zei! Zeira!" panggilnya, tak ada jawaban dari zeira. "Apa mungkin dia masih tidur?" gumamnya.

Rachel melepaskan tangan azka dari bahunya, "Tidak perlu memanggil zeira, Tante bisa ke kamar sendiri." sambung rachel, ingin berjalan ke kamarnya tanpa di tuntun siapapun.

Azka terkejut, lalu menanyakan kondisi rachel. "Tante beneran bisa jalan? kalau tante pingsan lagi, gimana?" tanya nya, sambil melepaskan tangannya sendiri.

"Enggak kok. Tante, gak akan pingsan. Tante kuat!" jawabnya penuh haru.

Azka membawa rachel ke kamar, "Udah lah tan, biar zeira yang menghibur tante, ya?" ucapnya, masih menunggu kedatangan zeira, ke kamar rachel.

Dengan memakai isyarat jari telunjuk, "Syutt!! kamu jangan cerewet! tante mau istirahat sendirian." ucapnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan perlahan.

"Huh? Hm, yaudah deh tan. kalau itu kemauannya tante, azka bakal biarin tante sendiri." jawabnya pasrah, "Tapi tante harus janji sama azka, tante gak boleh melakukan hal-hal yang aneh! Paham?!" ucapnya, melakukan perjanjian.

"Oke, Tante paham." jawab rachel, sangat haru.

"Ya sudah. Kalau gitu.., azka pamit dulu ya tante. Azka mau cari zeira dulu, mau meriksa, apa dia masih tidur, atau lagi pergi ke tempat lain." ucapnya, ingin memeriksa keadaan zeira.

Rachel tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya, "Hmm" jawabnya singkat.

Azka pun keluar dari kamar rachel, dan pergi ke kamar laura. Kamar yang telah di tempati oleh zeira, untuk beberapa malam. Tetapi saat azka mengetuk pintunya dan membukakan pintu kamar laura, zeira tidak ada di sana. Dia menghilang!

"Zeira...!!! Zeira!!!" teriaknya, sangat panik ketika mengetahui zeira tidak ada di dalam kamar.

Azka mencari ke seluruh kamar laura, termasuk ke dalam kamar mandinya, tetapi sama saja dia tidak menemukan zeira. Dia pun bergegas untuk mencari ke seluruh kamar, dan Azka juga memanggil fazam untuk membantunya menemukan zeira.

Azka berlarian dari kamar laura ke dapur, sambil meneriakkan nama fazam. "Fazam...!!! Fazam!!" teriaknya, sangat terengah-engah.

Fazam yang sedang mengambil botol air dan meminumnya, langsung tersedak mendengar teriakan azka.

*Uhuk... ukhukk... Aish!!* setelah batuk karena tersedak air, fazam mengubah ekspresi wajah nya seperti ingin mematikan lawannya.

"Lo bisa gak sih, sehari aja jangan rusuh!!" ucap fazam, sangat kesal dengan tingkah azka yang meneriaki namanya, secara tiba-tiba.

"Sorry.. sorry... jadi, gue lagi nyari zeira di kamarnya laura, tapi tiba-tiba zeira gak ada di sana." ucapnya, sambil meminta maaf pada fazam.

"Lo pikir dia pergi gitu? yang bener aja deh! Zeira gak tahu negara ini atau daerah sini, mana mungkin dia pergi tanpa pamit. Pasti dia masih di sekitar sini, jangan bikin panik!" tanyanya, yang tak menyukai pemikiran azka yang buruk.

"Gue bukannya mau bikin lo panik, tapi gue udah nyari ke sana-sini. Sama aja, dia gak bisa di temukan." jawabnya, sangat keras hingga membuat tante rachel keluar dari kamarnya, karena mendengar keributan itu.

"Ini ada apa? Kenapa ramai seperti di pasar malam? Ada apa Azka?" tanya nya, yang masih dalam keadaan sedih.

Azka yang raut wajahnya panik karena tidak menemukan zeira, pun spontan berubah menjadi tersenyum agar tidak membebani pikiran tante rachel yang masih berduka.

"Enggak ada apa-apa kok, tante." jawabnya, lalu menghampiri rachel untuk membawanya pergi dari dapur. "Ayo tante ke kamar lagi, istirahat dulu." ucapnya.

"Tunggu-tunggu." ucap rachel, lalu melepaskan kedua tangan azka dari bahunya. "Zeira ke mana? memangnya dia gak ada di kamar laura?" tanya rachel.

Azka terpaksa memberitahu yang sebenarnya. "Hm, itu dia Tante. Azka udah cari zeira ke kamar laura, tapi dia gak ada di sana. Dan Azka juga baru kasih tahu ke fazam, biar bantu azka cari zeira." jawabnya, sangat terpaksa.

"Tante ikut bantu kalian buat cari zeira juga ya." ucap rachel menawarkan bantuan.

"Enggak perlu tante. Azka sama fazam aja yang cari, tante istirahat di kamar aja." jawab azka dengan sigapnya.

"Iya Tante. Biar fazam yang cari sama azka juga, tante jangan bikin beban pikiran tante bertambah." sambung fazam, yang tidak mengizinkan rachel membantu mereka.

"Yaudah deh, tante ke kamar aja. Tante istirahat." ucapnya sangat pasrah, karena dilarang oleh fazam dan azka sekaligus.

"Oke tante, kalau gitu azka anter tante ke kamar ya." ucap azka, mengajak rachel ke kamar.

Rachel menolak ajakan dari azka, "Tante bisa sendiri." jawabnya, lalu pergi ke kamarnya sendirian.

Pintu kamar tertutup, azka mulai dengan memberi arahan ada fazam untuk membagi tugas mencari zeira. Mereka mulai dari halaman depan dan halaman belakang, rumah laura.

"Lo di halaman belakang, gue sekitaran halaman depan. Oke?" ucapnya, membagi daerah pencarian.

Fazam mengangguk, "Oke, gue ke halaman belakang rumah." jawabnya, lalu pergi ke belakang.

"Sip, gue juga mau ke depan." ucap azka, secara bersamaan pergi dari dapur.

Mereka berpisah, Azka ke halaman depan dan sekitar jalanan depannya. sedangkan fazam pergi ke halaman belakang, sampai kebun-kebun.

30 menit kemudian, mereka kembali lagi ke dalam rumah, dan saling mengatakan jika mereka sama-sama tidak menemukan zeira di sisi mana pun. Azka semakin mengawatirkan zeira, karena zeira yang pergi tanpa pamit padanya. Tidak hanya azka, fazam yang masih berduka kehilangan laura pun, sama paniknya dengan azka karena dia masih memiliki hubungan dengan zeira.

Kira-kira ke mana perginya zeira? Ponsel yang tidak bisa di hubungi sama sekali, dan tidak meninggalkan catatan apa pun membuat seisi rumah panik mencarinya.

2 jam kemudian, hari pun sudah mulai gelap.

Saat azka tak sengaja memeriksa ke room sms, dia mendapatkan pesan singkat dari nomor yang tidak di ketahui identitas nya. Pesan singkat itu berisi seperti,

*Azka, ini aku zeira. Maaf sudah membuat kalian panik, dan maaf aku harus pergi dari sana secara tiba-tiba, saat kalian sedang menguburkan jenazah laura. Jangan khawatir aku pulang bersama kakak ku, aku sudah menemukannya dan kami sudah kembali ke Indonesia. Jika kalian sudah selesai, kalian kembali lah ke Indonesia, dan katakan pada fazam, aku memaafkan perkataannya yang membuat ku kesal semalam. Tapi untungnya, hari ini aku bertemu dengan kakak ku sekali lagi. Jadi aku melupakan seluruh hari yang membuat ku sial dalam hidup ku dan seluruh hari terburuk ku. Oh iya, maaf juga karena aku masih belum bisa mengatakan ini secara langsung.*

"Huh? Apa ini?" ucapnya, sangat panik setelah membaca isi pesan tersebut.

Fazam menaruh ponselnya, "Ada apa? Lo udah nemuin zeira?" tanya nya, sangat panik.

"Ada yang kirim sms ke gue, dan nomornya gak di ketahui. Tapi, pesan ini bertuliskan nama zeira di dalamnya." jawabnya, memberitahu pada fazam.

"Terus isi sms nya apa? coba baca yang lantang, gue juga pengen tahu isi sms itu." ucapnya, sangat penasaran dengan pesan singkat zeira.

"Dia bilang, dia udah bertemu dengan kakak kandungnya yang selama ini dia cari, dan kayaknya dia udah pergi saat kita juga pergi dari rumah buat makam kan laura pagi tadi." jawabnya, tanpa memberitahu zeira yang sudah memaafkan perilaku buruknya fazam semalam.

"Memangnya, sekarang dia pergi ke mana?" tanya fazam, yang masih belum di jelaskan tentang kepergian zeira ke mana.

"Dia kembali ke Indonesia. Tapi gue masih penasaran, kok dia bisa ketemu kakaknya di sini, gue masih gak paham." jawabnya, dan masih mencurigai isi sms itu.

"Ah, bodoh! sudah lah, yang penting zeira benar-benar pulang ke Indonesia, dan bukan tersesat di negeri orang lain yang tanpa arah tujuan." ucapnya, yang tidak mempedulikan kekhawatiran berlebihan azka.

"Gue ngerasa kalau ini bukan tulisan zeira, karena nomor kontaknya gak ada di ponsel gue. Dan nomor nya juga bukan nomor Indonesia." ucap azka, penuh keraguan.

"Ah, mungkin aja kakaknya ganti nomornya. Udah deh, lo gak perlu sehawatir itu" jawab fazam, yang membagikan pikiran positifnya untuk azka.

Azka menghela nafasnya, dan mulai mencoba untuk berpikir positif. "Bisa aja sih, tapi kan dia bisa chat gue di aplikasi obrolan. dan gak perlu kasih sms kayak gini." ucapnya, yang kembali berpikiran negatif.

Fazam merasa kesal dengan azka, dia pun berdiri dari kursinya, "Ah, apaan sih lo! pikiran lo jangan di biarin jelek terus! capek gue dengarnya." bentak fazam.

Azka terkejut mendengar bentakan dari fazam. "Eh, lo mau ke mana zam?" tanya azka, mengikuti langkah fazam dari belakang.

Sesampainya di depan kamar rachel, fazam membalikkan tubuhnya untuk menjawab pertanyaan azka. "Mau pamit sama tante rachel. Gue mau pulang ke Indonesia, gue gak mau nangis-nangis terus di sini, gue gak kuat, gue lemah banget." jawabnya, yang sudah lelah dengan tangisannya sendiri.

"Hm, yaudah gue juga ikut balik deh, kasihan adik gue pasti khawatirin gue banget." ucap azka, yang sama-sama ingin langsung kembali ke Indonesia.

"Bagus deh, tunggu gue ketok dulu pintunya." jawab fazam, lalu mengetuk pintu kamar rachel.

"Eh, tapi tunggu dulu. Lo yakin, mau langsung balik ke Indonesia?" tanya azka, mengingat sesuatu.

"Iya, gue yakin." jawabnya, tanpa keraguan.

"Lo gak mau nemenin tante rachel dulu, sampai dia agak kuat?" tanya azka, yang masih belum bisa meninggalkan rachel dalam keadaan duka.

Fazam menganggukkan kepalanya, lalu mencoba membuka pintu kamar rachel. "Gue rasa tante rachel udah ikhlas, buktinya tuh lihat aja, dia tidur kan." jawabnya, sambil melihat rachel yang berbaring di kasur dengan kaki yang berada di luar kasur.

"Eh, tunggu dulu. Kok tante rachel kakinya di lantai saat tidur, apa jangan-jangan dia?" ucap azka, menatap mata fazam. Lalu...

Azka dan fazam berlari, mencoba membangunkan rachel, tetapi benar saja rachel pingsan saat itu juga. Azka segera mencari minyak aromaterapi, agar bisa membangunkan rachel kembali, dan fazam membenarkan posisi tidur rachel agar rachel bisa siuman dengan cepat.

"Uh... Di mana sih minyak nya, nyusahin banget kan kalau gini." kesal azka, tidak menemukan minyak aromaterapi itu.

"Coba cari di laci-laci, biasanya suka di taruh di laci kalau barang-barang penting tuh, kalau gak cari di laci meja riasnya." ucap fazam, masih memakai kesabarannya.

"Iya deh, tunggu sebentar. Gue cari di laci meja riasnya." jawab azka, pindah mencari ke laci meja rias rachel.

Azka membuka ke empat laci meja rias rachel tetapi sama saja tidak menemukannya, azka pun berinisiatif untuk membawa rachel ke rumah sakit dengan sopir pribadinya.

"Ah, udah deh. Lebih baik kita bawa tante rachel ke rumah sakit, biar di tangani dokter juga." ucapnya.

"Benar tuh, yaudah gue panggil sopirnya, biar bantu kita bawa tante rachel ke mobil." jawab fazam, lalu dia pergi dari kamar itu memanggil sopir.

"Yaudah, sana cepetan!" ucap azka.

Fazam memanggil sopir rachel, dan mereka pun langsung bergegas membawanya ke rumah sakit. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, ternyata rachel mengalami kejang-kejang di dalam mobil. Azka yang duduk di kursi belakang bersama rachel pun, panik melihat reaksi rachel yang sangat tiba-tiba itu. Fazam menyuruh sopir untuk memberhentikan mobilnya, dan menyuruh menelepon ambulan agar bisa langsung di tangani langsung.

Sekitar 30 detik kejang-kejang dari rachel berlangsung, dan berhenti secara perlahan-lahan sampai akhirnya ambulan datang tepat waktu. Dan memindahkan rachel ke dalam ambulan, lalu membawanya ke rumah sakit setelah mendapatkan pertolongan pertama. Azka dan fazam pun mengikuti ambulan dari belakangnya, rumah sakit itu tidak jauh dari rumah rachel. Tapi karena kemacetan lalu lintas, sopir tidak bisa membawa rachel agar cepat di bawa ke rumah sakit itu.

Setelah sampai di depan UGD, Azka menanyakan sekali lagi tentang kepulangan mereka hari ini.

"Fazam, lo yakin mau pulang sekarang?" tanya azka, meyakinkan dirinya.

"Ya enggak lah, gila aja lo. udah tahu tante rachel pingsan sampai kejang-kejang kayak tadi, terus kita mau ninggalin dia di sini sama sopirnya aja gitu? Hati gue gak sejahat itu sama perempuan!" jawabnya, dengan nada yang sangat kesal.

"Hm, oke deh. Bagus kalau lo menyadari hal itu juga." ucapnya, lalu berbisik sedikit.

Bisikan itu terdengar fazam, "Maksudnya?" tanya fazam, seperti memulai perang.

Azka berhati-hati, lalu "Bukan apa-apa, jangan terlalu di masukkan ke dalam hati." jawabnya, lalu berpindah duduk di sebrang.

Dokter keluar dan mengatakan jika rachel sangat dehidrasi, dan fazam menceritakan tentang laura yang baru saja di kuburkan. Dan dokter pun mengatakan, itu salah satu penyebab mengapa kondisinya bisa seburuk sekarang. Dokter pun mengatakan besok rachel bisa pulang, jika kondisinya sudah lebih baik. Dan saat ini rachel di pindahkan ke ruang inap.

untuk malam ini azka dan fazam menginap di rumah sakit, sampai salah satu kerabat terdekat rachel datang untuk menggantikan mereka berdua.

Tiba-tiba, di koridor "Fazam?" panggil seorang lelaki, menyebut nama fazam.

Fazam terkejut, lalu melihat ke arah kirinya, "Bang rizal?" ucapnya, yang ternyata lelaki itu adalah abang nya. "Abang kok abang bisa ada di sini?" tanya nya, yang keheranan tiba-tiba ada abang nya di sana.

"Abang hubungi kamu gak bisa-bisa, dan kata teman-teman kamu zeira ada bersama kamu, makanya abang nelepon dia. Dan saat abang nelepon dia, dia bilang lagi ada di San Francisco, mengantar jasad laura mantan kamu. Makanya abang langsung beres-beres barang, terus pergi ke sini." jelasnya.

"Abang kok bisa tahu gue ada di rumah sakit juga?" tanya fazam.

"Salah satu tetangga ibunya laura, kasih tahu ke abang kalau ibu laura jatuh sakit dan di bawa ke rumah sakit." jawab rizal, mendapatkan kabar dari tetangga yang melihat rachel di bawa ke rumah sakit.

"Oh," jawabnya, seperti tak peduli. "Tapi bang, lo ke sini tujuannya karena apa?" tanya nya.

"Kenapa? Masih curiga sama abang?" ucapnya, membalikkan pertanyaan kecurigaan fazam padanya.

"Enggak. Gue gak bilang begitu." jawab fazam, mengalihkan pandangannya.

Fakrizal bingung harus bagaimana mengatakannya, dia pun langsung memberanikan dirinya untuk mengatakan pada fazam, apa pun pikiran fazam padanya. "Sekarang kamu pulang ya, ibu nyariin kamu sampai sakit, karena gak ada kabar dari kamu." ucapnya, sangat hati-hati.

"Mamah sakit? memangnya, mamah udah pulang? aku kira dia masih sama ayah." ucapnya, seketika berubah ekspresi saat membicarakan mamahnya.

"Iya ibu sakit, dan ibu udah pulang dari dua hari yang lalu sendiri tanpa ayah, saat kamu gak ada di rumah. Dia nanya ke abang ke mana kamu, Abang bilang, lagi main ke rumah zeira. Tapi dia gak percaya, karena dia juga nelepon kamu dan kamu gak angkat teleponnya." jelasnya.

"Terus kondisi mamah, sekarang gimana?" tanya fazam.

"Kata bibi sih udah agak mendingan, setelah mendengar kabar abang udah sampai di sini." jawabnya, melegakan diri fazam.

Fazam menghela nafas, "Huft... Syukur deh." ucapnya, lega mendengar kesembuhan mamahnya.

"Tapi setidaknya, sekarang kamu harus pulang, kalau gak ibu makin sakit." selak rizal, memaksa fazam agar kembali pulang.

"Tapi, kasihan azka gak ada temennya di sini." jawab fazam, masih memikirkan azka yang akan sulit mengurus rachel sendirian.

Azka menepuk pundak fazam, "Enggak apa-apa fazam, lo pulang aja sama abang lo, gue akan jagain tante rachel sampai sembuh." sambung azka, membiarkan fazam pulang bersama fakhrizal abangnya.

"Lo serius gak apa-apa?" tanya fazam.

"Iya gak apa-apa, kasihan mamah lo, nanti malah makin sakit, gara-gara lo gak pamit sama dia dan gak mau pulang sama abang lo yang udah jauh-jauh jemput lo ke sini." jawabnya, dengan santai.

"Hm, kalau gak gini aja deh bang. Abang pulang duluan aja, besok gue balik sama azka." ucap fazam, tetap memaksa untuk bersama azka menemani rachel sampai besok.

Azka menyelak pembicaraan lagi, "Eii.. gak perlu zam, udah sana balik aja." ucapnya, memaksa fazam untuk ikut bersama abangnya.

Fazam tersadar akan sesuatu, "Enggak bisa azka. Gue gak bisa pergi gitu aja, tanpa pamit secara langsung sama tante rachel. Gue juga masih sadar, dengan kematian laura itu karena gue. Enggak mungkin gue pergi gitu aja, setelah apa yang gue perbuat sama anaknya." jawab fazam, masih merasa bersalah dengan kematian laura.

"Terserah lo deh, gue gak ikut campur." ucap azka, langsung masuk ke kamar rachel untuk memeriksa keadaan rachel di dalam.

"Yaudah pokok nya gitu aja bang, abang pulang aja. Kasih tahu mamah, kalau gue baik-baik aja di sini. Dan gue bakal pulang, kalau tante rachel udah sembuh." ucapnya, berbicara kembali pada fakhrizal.

"Jadi Abang pulang tanpa bawa kamu?" tanya Fahrizal, meyakinkan jawaban fazam.

Dan fazam pun mengangguk sambil tersenyum. "Makasih ya bang, Lo udah mau khawatirin gue, sama mamah juga." ucapnya, secara tiba-tiba.

Dan keheningan koridor pun di mulai, fazam memeluk tubuh abangnya fakhrizal, dan fakhrizal pun membalas pelukan adik kecilnya itu, dengan suasana yang berganti menjadi sangat haru. Hampir saja, fazam menangis di pelukan fakhrizal yang benar-benar menghawatirkan nya bukan karena perintah ayahnya.

Fakhrizal datang jauh-jauh hanya untuk menemuinya, dan itu juga permintaan ibunya yang jatuh sakit karena sama-sama menghawatirkan fazam, yang tak ada kabar sama sekali selama dua hari itu.

"Iya, sama-sama. Udah kewajiban seorang anak dan abang, untuk menjaga ibu dan adiknya." jawab fakhrizal.

"Thanks ya bang, dan maaf kalau selama ini gue selalu berpikiran buruk tentang lo ke gue. mungkin itu karena lo yang terlalu kaku, dan gue yang terlalu pemarah dan cemburu, karena lo anak kesayangan ayah dari pada gue, makanya gue gak bisa lihat kebaikan yang lo lakuin selama ini ke gue." ucapnya, menyesali perbuatannya yang buruk kepada fakhrizal.

"Iya, udah-udah. Abang udah maafin kok, yang penting kamu gak berpikiran buruk lagi sama abang, itu aja juga udah cukup." jawabnya, mengikhlaskan segalanya dan memaafkan tindakan buruk adiknya itu.

Fazam tak habis pikir dengan dirinya sendiri, mengapa setelah meninggalnya laura, dia baru bisa melihat kebaikan abangnya itu. Fazam tersadar akan laura itu, sangat berpengaruh pada dirinya, dan pada orang lain. Dia pun, semakin merasakan penyesalan yang mendalam, atas perbuatannya yang memutuskan hubungan dengan cara yang tidak baik-baik, dan membuat laura mati dengan cara yang sangat tragis seperti itu.

*****

*****

*Memang benar saat orang yang selalu berada pada sisi kita itu, malah membuat kita semakin jenuh dengan keberadaan nya. Tetapi, jika seseorang itu menghilang begitu saja pun, malah akan membuat diri kita semakin menyesal dengan kepergiannya, yang secara tiba-tiba. Bukan karena tak siap, tapi saat mereka datang pun, cara pendekatan nya selalu memakai aba-aba agar bisa mendekat dengan satu sama lainnya.*

*****

avataravatar
Next chapter