18 Kedatangan Paman Adi dan Sesepuh Lainnya.

Sesampainya mereka di rumah dokter zein pun, langsung menelepon salah satu kerabatnya yang bisa di bilang memiliki penglihatan dunia lain, atau bisa di sebut paranormal.

***

"Halo paman, ini aku."

"Iya, aku ingin menanyakan hal itu padamu, apakah hari ini paman bisa datang ke rumah ku?"

"Baiklah, paman terima kasih, jika sudah sampai hubungi aku saja, iya terima kasih."

***

"Maaf dokter, tadi dokter bicara dengan siapa ya? siapa yang akan datang ke sini?" tanya azkia tak sengaja mendengar pembicaraan dokter zein dengan orang lain.

"Oh ini, paman saya, saya menyuruh dia untuk datang ke sini untuk mengecek keadaan zeira." jawabnya tidak membuat azkia curiga sedikit pun padanya.

"Mengecek keadaan kak zeira, memangnya kak zeira kenapa lagi?" tanya azkia semasa perjalanan pulang hanya melihat zeira yang terdiam tidak banyak bicara.

"Hm, dia masih memikirkan nasibnya yang masih belum jelas kebenarannya, karena olivia kabur begitu saja." jawab dokter zein.

"Olivia? dia siapa? apa hubungannya dengan kak zeira?" tanya azkia, yang belum di beritahu tentang olivia anak baru itu.

"Kamu bisa bertanya pada abangmu sendiri, karena saya juga masih kurang mengerti dengan, siapa sebenarnya olivia itu." jawabnya menyuruh menanyakan langsung pada sumber yang mengerti kejadian sebenarnya.

"Hm, baiklah. Aku akan bertanya pada abang saja." ucapnya lalu pergi mencari abangnya.

Setelah menelusuri setiap sudut rumah yang sangat besar ini, azkia baru bisa menemukan abangnya yang berada di kolam renang Basement.

Dengan langkah yang terengah-engah, "Bang!" ucapnya membuat azka terkejut.

"Dek, ih! kamu ngapain ngagetin abang sih?!" bentak azka yang terkejut karena panggilan azkia.

"Habisnya abang, aku cariin kemana-mana sampai seisi rumah ini aku cariin, eh gak taunya ada di sini." ucapnya yang mencari azka.

"Memangnya kamu mau ngapain? tumben banget nyari abang?" tanya azka melihat perubahan adiknya.

"Aku ke sini cuma mau dengar penjelasan dari abang, soal kak zeira dengan temannya yang bernama olivia. Aku penasaran banget bang." jawab azkia benar-benar sangat penasaran karena pada saat di mobil tidak ada yang bersuara sedikit pun.

Azka pun langsung menceritakan dari awal sampai akhir, dan alasan mengapa mereka berdua harus tinggal di sini bersama zeira.

"Oh gitu bang, pantesan kita tinggal di sini, ternyata di suruh paranormal." jawab azkia setelah mendengar penjelasan dari azka.

"Yaudah, sekarang lebih baik kamu ke kamar gih, Abang pengen cari udara segar dulu." ucap azka lalu bangun dari kolam.

"Aku boleh ikut?" tanya azkia.

"Enggak ah! abang pengen jalan-jalan sendiri." jawab azka, menolak permintaan azkia.

"Ih, yaudah deh. Aku main aja di atas!" ucap azkia pasrah lalu pergi ke lantai atas.

Saat azka sedang pergi mencari udara segar dari kebun belakang rumah, ternyata sudah ada yang menduduki kursi taman yaitu zeira dengan fazam. Bagaimana Fazam bisa ada di sini? Zeira memberitahu keberadaannya?

"Aku udah agak sehat, terima kasih ya buah yang kamu kirim terakhir kali bikin aku cepet sembuh." ucap fazam berterima kasih pada zeira.

"Haha, fazam-fazam. Buah itu ya cuma buah zam. mana mungkin bisa bikin kamu sembuh dengan cepat seperti sekarang, itu semua berkat kamu mau makan obat secara rutin." jawab zeira yang sedikit geli dengan perkataan fazam.

"Eh, tapi aku serius lho, sebelum aku dapet sesuatu dari kamu, rasanya hampa banget, dan bener-bener bosen banget di rumah sakit, tapi setelah kamu kasih buah ke aku, walaupun lewat kurir aku tetap suka dan aku semangat buat sembuh." ucapnya tetap ingin menggoda zeira.

"Itu semua berkat kak rizal. Aku di beritahu sama kak rizal kalau kamu itu susah makan, dan kak rizal itu khawatir kalau kamu gak sembuh-sembuh." ucap zeira tiba-tiba membawa nama fakhrizal dalam perbincangannya.

"Dia tuh gak khawatir sama aku, dia itu cuma takut sama ayah, karena aku itu tanggung jawabnya dia saat ayah pergi ke luar kota. Makanya setiap apa-apa aku harus selalu kirim pesan ke dia biar dia gak khawatir sama aku, biar ada alasan kalau di tanya sama ayah." jawabnya masih belum bisa mempercayai kepribadian fakhrizal.

"Tapi aku rasa dari tanggung jawabnya itu, dia bener-bener tulus menghawatirkan kamu, bener-bener takut kalau kamu kenapa-napa." ucap zeira membuat fazam agar mempercayai perilaku fakhrizal yang benar-benar sangat tulus padanya.

"Iya deh, terserah kamu aja. Selalu aja ngebela bang rizal." kesal fazam, saat zeira membawa nama fakhrizal di setiap perbincangannya.

"Aku bukan ngebela kak rizal, tapi coba deh kamu lihat pakai hati kamu, pasti kamu lihat kebaikan hati kak rizal yang sebenarnya." ucap zeira tetap memaksa agar fazam bisa sedikit berperilaku baik kepada kakaknya.

"Hm, iya deh nanti aku coba, kalau dia bener-bener tulus sama aku." jawabnya sambil menoleh ke arah lain.

"Oh iya, kamu ke sini sama kak rizal?" tanya zeira.

"Iya, dia nunggu di mobil." jawabnya singkat.

"Kenapa gak di suruh masuk, biar ngobrol sama dokter zein?" tanya zeira.

"Kita itu ke sini sama pacar barunya bang rizal." jawab fazam yang sepertinya sangat tidak menyukai kekasih barunya fakhrizal.

"Kak rizal udah punya pacar? Wah, aku kaget banget sumpah gak bohong," jawab zeira benar-benar terkejut dengan kabar terbaru dari kak rizal, "Ternyata doa yang aku kasih ke dia, manjur juga ya. Hahaha." ucapnya meledek rizal yang akhirnya mendapatkan kekasih juga.

"Ya gimana gak manjur, dia juga ketemu pacarnya dari rumah sakit, ceweknya itu perawat aku sewaktu aku malas gak mau makan." jawab fazam masih dengan nada yang sedikit kesal.

"Jadi kamu tahu dong sebaik apa pacar kak rizal." ucap zeira tiba-tiba menanyakan kepribadian kekasih fakhrizal.

"Sama aja kayaknya, peduli karena tanggung jawab aja bukan tulus mau ngerawat." jawabnya benar-benar sangat tidak menyukai.

"Lah kok gitu, memangnya waktu kamu di rumah sakit, dia ngelakuin apa aja sama kamu?" tanya zeira yang terheran dengan fazam tidak biasanya dia berpikiran buruk pada orang lain kecuali pada fakhrizal.

"Sulit untuk di ceritakan, yang ada nanti aku emosi lagi." jawabnya ingin mengalihkan pembicaraannya.

"Separah itu?" tanya zeira.

Fazam menganggukkan kepalanya, "Iya, pokoknya parah banget." jawabnya lalu menyuruh zeira untuk tidak menanyakan lagi.

"Hm, oke aku gak bakal tanya-tanya lagi, yang penting jika dia tulus sama kak rizal semoga aja sampai pelaminan, tetapi kalau dia gak tulus sama kak rizal semoga aja di pisahkan baik-baik." ucapnya, mendoakan yang terbaik untuk fakhrizal.

Fazam menganggukkan kepalanya lagi, "Hm, Oh iya kamu di sini tinggal sama siapa aja?" tanya fazam.

"Oh, iya aku lupa belum cerita. Jadi, aku di sini tinggal sama dokter zein, Azka dan azkia." jawabnya menjelaskan kalau tinggal bersama dengan azka dan azkia.

"Huh? Azka?" kaget fazam, "Kalian kok tinggal bersama?" tanya fazam.

"Jadi sebenarnya cuma aku yang di suruh tinggal di rumah dokter zein dan Azka itu cuma mengantar aku ke sini, tetapi tiba-tiba dokter zein suruh Azka buat tinggal di sini kebetulan juga orang tua mereka masih di luar kota jadinya, Azka mengikuti kata dokter zein dan dia juga ajak azkia." jelasnya.

"Oh begitu, eh tunggu sebentar kayaknya ada pesan." ucap fazam, lalu mengecek ponselnya.

"Siapa itu?" tanya zeira.

"Dari bang rizal katanya aku di suruh pulang sekarang, sama dari laura." jawabnya, lalu memberitahu kabar dari laura.

"Laura?" bingung zeira, karena zeira kira mereka tidak berhubungan sama sekali.

"Hm, dia masih berharap sama aku, padahal aku gak bisa move on dari kamu." jawabnya tiba-tiba menggoda zeira lagi.

"Ah masa? aku gak percaya! Terus itu jadinya gimana? lagian kita kan udah gak ada hubungan apa-apa, kasihan laura. Lebih baik kamu balikan aja sama dia, dia berharap banget sama kamu." ucap zeira malah menyuruh fazam untuk kembali kepada laura.

"Kalau aku mau balikan lagi sama dia, ngapain aku ke sini, lagian juga tujuan aku ke sini buat..." jawab fazam lalu, seperti biasa memberhentikan pembicaraannya agar membuat zeira penasaran dengan jawabannya.

"Buat apa?" tanya zeira mengesampingkan tubuhnya ke fazam agar bisa menatap wajah fazam dengan jelas.

Fazam tidak kuat dengan tatapan mata zeira, ia pun akhirnya mengakui maksud kedatangannya jauh-jauh ke rumah dokter zein karena, "Aku pengen minta balikan sama kamu, tapi aku rasa kamu bakal nolak aku, karena aku sering sakitin kamu." jawabnya lalu pasrah kembali karena sudah berpikiran negatif.

Zeira pun tertegun mendengar jawaban dari fazam, "Hm... aku gak tau apa bisa menerima kamu lagi atau enggak!" ucap zeira benar-benar sangat gugup.

"Kamu bisa pikir-pikir secara matang, aku juga bakal mencoba mengikhlaskan kamu, kalau kamu gak nerima aku lagi." ucap fazam benar-benar ingin mendengar jawaban *IYA* dari mulut zeira.

"Hm, aku masih belum bisa jawab sekarang." jawabnya lagi-lagi mematahkan semangat fazam.

Fazam langsung menundukkan kepalanya, "Kamu bisa jawab kapan aja, aku tetap bakal nunggu." jawab fazam dengan penuh harap. "Yaudah, kalau gitu aku pamit pulang ya, dan salam buat semuanya. Maaf aku gak bisa bertemu mereka." ucap fazam lalu berdiri dari kursi taman.

"Iya, gak apa-apa, nanti aku salamin. Kamu hati-hati di jalan, salam juga buat kak rizal sama pacarnya." jawab zeira dengan penuh senyuman.

"Oke, bye zeira." ucapnya lalu membalikkan badan, tetapi...

Tiba-tiba azka mendatangi mereka berdua.

"Azka!" ucap zeira yang terkejut dengan kedatangan azka.

"Eh, azka. Apa kabar?" ucap fazam lalu menyalami Azka.

Membalas jabat tangan fazam, "Hm, gue baik." jawabnya dengan nada yang sedikit tidak baik, "Lo ngapain ada di sini?" tanya azka.

"Gue ada perlu sama zeira." jawab fazam dengan memberikan senyuman untuk azka.

"Oh gitu, masih mau di sini atau udah mau pulang? jawab azka lalu menanyakan kepulangan fazam.

"Gue mau pulang, pembicaraan gue sama zeira udah selesai." jawab fazam.

"Oh gitu, yaudah silahkan." ucap azka mempersilahkan fazam pulang.

"Iya udah, aku pamit pulang ya." ucap fazam menyalami zeira lagi.

"Iya, hati-hati." jawab zeira.

Setelah berbicara sebentar dengan azka, Fazam pun langsung pulang dan Azka mulai menanyakan kedatangan fazam pada zeira.

"Dia ngapain aja di sini?" tanya azka.

"Maksud kamu apa?" bingung zeira.

"Kok dia bisa masuk ke sini? bukannya orang luar gak di izinkan masuk ke sini, kecuali sudah ada perintah dari dokter zein." tanya azka, yang terkejut karena melihat kedatangan fazam.

"Aku udah izin sama dokter zein, dan dia ngizinin aku buat bawa fazam masuk ke dalam." jawabnya lalu pergi masuk ke dalam rumah.

Azka mengikuti langkah zeira, "Hm, keperluannya apa?" tanya azka masih penasaran kedatangan fazam.

"Jangan ikut campur masalah pribadi aku, aku gak suka orang luar terlalu ikut campur!" jawab zeira lalu pergi meninggalkan azka sendirian di taman.

"Memangnya aku punya salah apa sama dia? setiap dia punya masalah pribadi yang benar-benar bermasalah, selalu ngadu ke aku. Giliran masalah pribadi menyangkut fazam, sampai menyembunyikan dari aku? Sangat menyebalkan! Kamu mau menyembunyikan seperti apa pun, aku bakal tau yang kamu sembunyikan zei!" gumam azka sedikit menjauh dari zeira.

*****

Kedatangan Paman Adi dengan sesepuh lainnya, membuat satu rumah menyambutnya dengan hangat kecuali azkia, dia bisa di katakan sesepuh di daerah tempat tinggalnya begitupun terkenal di daerah dokter zein, dan dia juga bisa melihat dan menyembuhkan setiap orang yang terkena rasukan setan atau dijadikan tumbal seseorang hidup atau mati.

Tak lama dokter zein menyambut Paman Adi di depan pintu kemudian mempersilahkan mereka semua masuk ke dalam, lalu setelah itu dokter zein menyuruh azkia untuk memanggil zeira di kamarnya.

"Azkia, tolong panggilin kak zeira, suruh dia turun ke sini ya. cepat!" ucap dokter zein menyuruh azkia untuk memanggil zeira yang berada di kamar.

"Oke dok, kia ke atas dulu." ucapnya lalu bergegas pergi ke lantai dua memanggil zeira.

"Kak, kakak! Kak zeira! kakak! Buka kak!" ucap azkia sambil menggedor-gedor pintu kamar zeira berkali-kali.

"Ya ampun kia, ada apa? kakak yang lagi di kamar mandi jadi kaget tau." jawab zeira benar-benar dengan wajah yang sangat terkejut.

Dengan wajah yang panik, "Kak! maafin aku! kita gak ada waktu lagi, kakak harus turun ke bawah, dan kakak harus lihat mereka, dengan mata kakak sendiri!!" ucap azkia membuat zeira penasaran dengan ada apa di bawah.

"Memangnya ada apa? kamu jangan bikin kakak takut kia!!" jawabnya sangat penasaran.

Azkia yang sudah tidak memiliki waktu lagi, dia pun langsung menarik tangan zeira, dan membawanya menuruni tangga dengan sangat cepat, hingga tepat berdiri di depan Paman Adi.

Zeira yang masih terkejut dengan azkia yang menarik paksa, lalu melihat wajah Paman Adi.

"Dia siapa kia?" bisik zeira.

"Aku juga gak tau kak!" balasnya lalu berlindung di belakang zeira.

Secara tiba-tiba Paman Adi meraih tangan zeira, "Kamu zeira?" tanya Paman Adi.

Zeira yang terkejut karena Paman Adi tiba-tiba menarik tangannya, "Ugh?" kaget zeira, sambil menelan air liurnya, "Hm, iya saya zeira." ucapnya sedikit merasa takut dengan Paman Adi.

"Kamu sudah terbebas dari incaran mereka!" ucapnya dengan wajah tersenyum.

"Maksud paman apa ya?" tanya zeira.

"Kamu masih tidak memahami apa yang saya katakan?" ucap paman Adi, lalu tertawa saat menoleh ke dokter zein.

Dokter zein pun ikut tertawa kecil dengan tingkah lugu zeira, "Hahaha..."

"Kembalikan jimat itu, supaya kau bisa hidup lebih tenang." ucap paman adi.

"Jimat?" bingung zeira, tak lama tersadar dengan apa yang sedang di bicarakan oleh paman Adi itu, "Oh iya, tunggu sebentar, saya akan mengambilnya di kamar." jawab zeira lalu pergi dari perkumpulan itu.

Zeira yang berlarian dari bawah ke atas, langkah berlarinya sangat terdengar oleh azka, Azka pun segera mencari sumber itu.

"Siapa yang lagi lari-larian?" gumam azka, lalu terbangun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya.

Saat azka melihat dari lantai atas, banyak sekumpulan orang yang memenuhi ruang tamu itu, Azka berpikir mungkin itu tamu dokter zein. Tetapi, seketika pikirannya berubah saat zeira keluar dari kamar lalu berlari ke lantai bawah, sambil memegangi sesuatu.

"Huh, zeira ngapain lari-larian? Apa ada hubungannya sama orang-orang itu? Ah, udah lah lebih baik aku ikut ke bawah aja, di sana juga ada kia." gumam azka, tak lama mengikuti zeira turun ke bawah.

Azka menyenggol sedikit tangan azkia, "Dek, mereka siapa?" bisik azka.

"Sepertinya mereka paranormal atau dukun atau semacamnya, dan mereka ke sini mau memastikan kalau kak zeira sudah aman." ucap azkia, "Nah, kalau yang paman itu, namanya Paman adi, dia itu yang bisa menyembuhkan orang yang terkena tumbal." bisik azkia sambil sedikit mengeluarkan telunjuknya mengarah pada Paman Adi.

"Oh gitu," jawab azka sudah mengerti penjelasan dari azkia.

Zeira langsung memberikan jimat itu pada Paman Adi, "Ini paman, saya juga gak terlalu mengandalkan ini, saya cuma percaya dengan kekuatan tuhan." ucap zeira sudah ingin Idak terikat dengan apa pun lagi dengan jimat itu.

"Aku yakin, kau pasti sulit untuk tertidur kan?" tanya seorang paman lain, sebut saja Paman Aziz.

"Bagaimana paman bisa tahu?" tanya zeira, nampak seperti orang yang linglung.

"Karena mereka selalu menghantui mu, dan jika kau tidak memberikan mereka makan, mereka akan tetap menghantui mu, maka dari itu mengapa Paman Adi meminta untuk kamu memberikan jimat itu padanya." jelas Paman Aziz.

"Baiklah paman, aku ingin melepaskan jimat itu dan memberikannya pada Paman Adi." ucap zeira.

"Berikan tangan mu, dan pejamkan mata mu." ucap Paman Adi.

"Ini," ucap zeira mengulurkan tangannya, "Aku ingin di apakan paman?" tanya zeira.

"Aku ingin membersihkan pikiran dan hati mu, agar kau tidak terlalu merasakan kesepian hati dan penyesalan yang mendalam, kau juga harus mengikhlaskan segalanya." jelas paman adi, memegang tangan zeira.

Zeira tidak bisa berkata apa-apa lagi, setelah Paman Adi mengucapkan untuk mengikhlaskan segalanya. Zeira hanya menuruti, perintah yang di berikan oleh paman Adi selama proses sedang di lakukan, dan yang lain hanya boleh menyaksikan tanpa bersuara sedikit pun. Agar proses penyembuhan zeira berjalan dengan lancar, dan zeira juga bisa melepaskan kekesalan dan penyesalannya terhadap semua yang dia anggap menyebalkan dan tidak adil pada hidupnya. Paman Adi akan memberikan gambaran kebahagiaan dalam dirinya, walaupun hanya sementara tetapi kebahagiaan itu nampak jelas dan nyata di depan zeira.

Setelah selesai pembersihan diri, Paman Adi langsung menyuruh zeira untuk membuka matanya, dan menceritakan apa yang ia rasakan saat pembersihan pada dirinya.

"Buka mata kamu, dan ceritakan apa yang kamu rasakan." ucap paman Adi.

Zeira langsung membuka matanya, dia hanya menatap dokter zein, dan dia mengatakan kalau dokter zein adalah kakak kandungnya. Yang dia lihat itu benar-benar dokter zein, saat itu dia memang sudah tersadar tetapi rasanya dalam mimpi itu dia sangat mempercayai, jika dokter zein adalah kakaknya yang selama ini dia cari.

"Apakah ini sudah di dunia nyata?" tanya zeira kebingungan, "Aku benar-benar yakin, jika dia adalah kakak kandung ku." lanjutnya dalam hati.

avataravatar
Next chapter