14 Keanehan yang Kebetulan.

Setelah keluar dari toilet, zeira merasa pusing pada kepalanya, dia berpikir apakah ini efek setelah minum obat dokter. Dia pun masuk ke dalam kelasnya dengan penampilan yang sangat berantakan sekali, sedangkan teman sekelasnya menatapnya aneh, dan tidak ada yang berani bersuara tentang kejadian tadi, kecuali bara yang masih terkejut tetapi dia penasaran dengan diri zeira.

"Zei, kenapa lo lakuin hal itu? Emangnya lo gak takut, kalau sampai lo bakal di Drop Out sama kepala sekolah?" ucap bara dengan nada yang sangat hati-hati.

Zeira yang masih merasa pusing di kepala bagian belakangnya pun menjawab dengan bingung, apa yang sedang bara maksud, "Lakuin apa? perasaan tadi gue cuma nampar olivia aja deh, tamparannya juga masih biasa aja gak terlalu keras."

"Enggak zei, lo gak cuma nampar dia doang ada lagi selain itu." selak bima ikut berani berbicara pada zeira dan ikutan bingung dengan jawaban dari zeira.

"Huh? gak nampar doang? maksud lo gimana sih bim? orang jelas-jelas gue liat sendiri dan sadar banget, kalau gue itu cuma nampar dia aja gak lebih kayak apa yang kalian berdua bilang." jelas zeira dengan keyakinan dirinya sendiri.

"Enggak zei!! Lo itu nyekik dia sampai dia hampir mau mati, baru lo ngelepasin tangan lo dari lehernya." sambung lagi bara menjelaskan detail pencekikan zeira pada olivia.

"Huh? Gue mana berani nyekik orang, apalagi dia itu anak baru di sini, saat gue mau nampar dia aja, gue butuh keberanian yang banyak biar gak ada penyesalan dalam diri gue karena udah nampar wajah si anak baru itu." jawab zeira masih yakin dengan dirinya yang tidak akan berani melakukan kejahatan seperti yang di ucapkan bara dan bima.

"Wah, kayaknya ada yang gak beres nih, sama diri lo zei." ucap bara seperti menduga-duga.

"Diri lo kali gak beres bar, udah ah gue pengen keluar aja, pengen jalan-jalan. Di sini stres banget, kepala gue juga pusing, gue izin ya bima." jawab zeira membalikan kecurigaan bara, lalu meminta izin pada bima untuk menemui azka.

Zeira sangat bingung, mengapa teman-temannya sangat yakin kalau dia melakukan hal itu pada olivia, bahkan dia sendiri hanya mengingat menampar olivia dengan keras, bukan menyekiknya sampai tidak bernafas seperti yang di katakan bara dan Bima.

Zeira sangat berpikir keras ada apa dengan dirinya, apa yang sebenarnya telah terjadi dengan dirinya? Zeira pun langsung mencari Azka untuk menanyakan kebenarannya, karena hanya azka lah teman yang dapat dia percaya saat ini. Tetapi saat ingin menuju kelas Azka yang berada di sebrang lantai atas, bel pun berbunyi dan zeira mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan azka, lalu zeira pun kembali ke kelasnya.

Saat kembali ke kelasnya, masih banyak mata yang sedang mengintimidasi dirinya, zeira mulai menggerutu "Dasar kalian sangat menyebalkan, bisa-bisa nya mereka natap aku seperti seorang penjahat." membalikkan tatapan tajam pada teman-temannya.

Guru pun datang dan pembelajaran segera di mulai, tetapi guru yang mengajar sangat tidak menyukai zeira karena perlakuan zeira yang kasar pada olivia, sehingga guru itu mengusir zeira dalam kelasnya. Zeira yang terkejut pun, merasa aneh dan berpikir ada apa ini sebenarnya mengapa dia harus keluar dari kelas pertamanya? Zeira membantah guru tersebut dan dia tidak ingin keluar, akhirnya guru itu sendiri menariknya dengan memaki zeira sebagai seorang yang seperti psikopat.

Saat mendengar perkataan makian dari seorang guru itu, keadaan zeira mulai aneh kembali dengan keanehan tangannya seperti mencakar meja, zeira sangat tidak menerima dengan ucapan guru tersebut. Tiba-tiba tidak lama dia bangun dari kursinya dan mendekati guru tersebut lalu dia pun menampar guru tersebut dan membalik perkataan guru tersebut, dengan berteriak "KAU SEORANG PELACUR YANG TAMAK".

"Kali ini zeira tidak ada di sini lagi, jika kau tidak menyukainya kau maki saja aku karena aku yang melakukan hal itu, bukan anak baik itu. Hahaha..." ucap zeira dengan matanya yang tiba-tiba menjadi memerah.

Dalam kelas yang damai seketika berubah menjadi mencekam, semua orang langsung keluar dari kelas setelah mendengar zeira yang tiba-tiba berubah kembali seperti saat mencekik olivia, mereka hanya bisa menatap jauh zeira dan guru itu tidak bisa berbuat apa pun lagi karena wajah zeira yang mulai memerah.

Lagi-lagi zeira berteriak, dan memaki guru tersebut, "PELACUR!!! DASAR WANITA JALANG TAMAK!!! KAU TIDAK PANTAS MENJADI SEORANG GURU, KARENA KAU MENIPU MURID-MURID MU DENGAN KEHIDUPAN MALAM MU DEMI MENDAPATKAN UANG TAMBAHAN!!! HAHAHAHA!!!"

Guru itu pun bergumam, "Ah, dasar anak sialan, bagaimana dia bisa tau, kalau aku seorang wanita malam?"

***

"Ini gimana bar, panggil Azka lagi gak?" panik bima menanyakan pada bara.

"Kayaknya gue harus panggil azka lagi deh, zeira berubah lagi, gue takut dia meluapkan emosinya ke guru." bisik bara langsung pergi ke kelas azka.

***

"Kau tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena kau sudah mengakui kebusukan diri mu sendiri sebagai wanita murahan, sebaiknya kau tinggalkan tempat ini, manusia yang tamak sepertimu tidak pantas untuk menjadi seorang guru yang akan di hormati murid mu!!" ucap zeira yang ternyata mendengar gumaman dari guru tersebut.

"Bu, apakah yang di katakan zeira benar?" tanya bima yang tiba-tiba menanyakan yang diucapkan zeira.

"TIDAK!!! Kalian semua salah paham, Ini tidak seperti yang kalian kira. Saya tidak mungkin menjadi seorang wanita malam, itu sangat tidak benar! jangan dengar kan zeira, karena dia sedang di rasuki!!" teriak guru itu mengelak kebenarannya.

"Kau masih menyangkalnya? Oh, baiklah kalau begitu kau ingin merasakan kemarahan ku pada manusia kotor nan tamak macam dirimu!!" ucapnya semakin kesal dan mulai mencekik leher guru itu.

Zeira pun mencekik dengan cara yang sama persis, seperti yang dia lakukan pada olivia. Dia perlahan-lahan mencekiknya setelah itu dia akan bermain kasar pada leher guru itu, dia pun berbisik *Kau memang pantas untuk mendapatkan ini, hahahaha...!!!*

"Arghh, aku mohon... Lepaskan aku... uhuk-uhuk... ini sangat sakit sekali!!" rintih kesakitan dari guru itu yang hampir kehabisan nafasnya

"Bu, sabar dulu bu. bara lagi panggil Azka, biar bisa nyadarin zeira lagi. Kita gak ada yang berani, buat deket-deket sama zeira atau pun nolong ibu, cuma Azka aja yang berani, jadi saya mohon ibu tahan sedikit lagi." teriak bima dari jauh.

"Kau memang pantas mati!!" bisik zeira sambil memperkuat cekikannya.

Tak lama Azka pun berlarian, dan datang kembali untuk menyadarkan zeira. Azka pun langsung berteriak sambil menarik salah satu ibu jari zeira dan akhirnya zeira pingsan. "Zeira lepaskan tanganmu, saya tau kau bukan zeira teman saya. Keluar kau, dari tubuh zeira!!"

Zeira pun berteriak lalu pingsan."Arghh, kau tidak... bisa melakukan itu tidak akan bis-aaa...!"

Saat setelah zeira pingsan karena azka, guru itu pun akhirnya terbebas dari tangan zeira. hampir saja guru itu mati, azka pun langsung membantu guru itu bangun menyadarkan guru itu, lalu azka meminta tolong pada bima agar bima langsung membantu untuk membawanya ke unit kesehatan sekolah agar cepat di periksa perawat di sana.

"Bima, bantu Bu Astrid. Bawa dia istirahat ke unit kesehatan siswa." ucap azka menyuruhnya.

"Iya azka, ayo bantu gue." jawab bima meminta bantuan salah satu temannya lagi untuk membopong Bu Astrid.

Azka mulai membangunkan zeira, keadaan semakin parah azka pun meminta izin pada kepala sekolah, untuk membawa zeira pulang ke rumahnya. Supaya tidak menambah buruknya keadaan lagi, akhirnya kepala sekolah pun mengizinkan zeira izin pulang, karena dia juga tidak ingin keadaan zeira semakin memburuk.

Azka mencoba membangunkan zeira yang masih pingsan, "Zei, bangun zei..."

"Bagaimana ini azka? Zeira gak bangun-bangun." panik pak kepala sekolah.

"Saya akan bawa dia ke rumah sakit pak, saya takut keadaannya semakin parah karena ini." ucap azka sudah memutuskan akan membawa zeira ke rumah sakit.

"Saya akan bantu mengantarkan kalian ke rumah sakit, tunggu saya ambil mobil dulu." jawab pak kepala sekolah langsung berlari mengambil mobilnya.

"Baik pak, terima kasih." ucap azka.

Tak lama kemudian, Kepala sekolah tiba dengan mobilnya. Azka langsung menggendong zeira di punggungnya, dan memasukkan zeira ke dalam mobil tersebut. Sesampainya di rumah sakit, Azka meminta suster untuk memanggil dokter zein, yang sudah membuat janji sebelum ke rumah sakit.

Setelah azka meminta memberitahu pada dokter zein, lalu Suster itu pun langsung menelepon Dokter Zein, "Maaf dok, ada pasien bernama Zeira Zakeisha yang ingin di tangani oleh dokter secara pribadi." ucapnya memberitahu kedatangan Zeira dan Azka.

"Bawa ke ruang rawat inap melati 3, saya akan segera ke sana." jawab dokter zein langsung menyuruh suster itu membawa ke ruang rawat inap.

"Baik, dok." jawab suster itu lalu mematikan teleponnya.

***

"Mari, ikuti saya dulu, nanti dokter zein akan menyusul." ucap suster itu menyuruh azka untuk mengikutinya.

"Baik, suster." jawab azka langsung mengikuti suster tersebut.

Tetapi langkah mereka berhenti ketika Kepala Sekolah hanya bisa mengantar saja tidak bisa menunggu, "Bapak mengantar kalian sampai sini saja, semoga kondisi zeira semakin membaik."

Azka yang mendengar ucapan pak sekolah pun tidak terlalu memikirkannya dan membiarkan pak kepala sekolah pergi, lalu lebih fokus dalam kondisi zeira. "Hm, iya pak, terima kasih."

"Iya, sama-sama." jawabnya lalu pergi, dan Azka melanjutkan perjalanannya mengikuti arahan yang suster berikan.

***

Sesampainya di salah satu kamar, zeira di taro di tempat tidur tersebut, dan suster mulai mengecek apakah ada bagian luar yang berdarah atau tidak sembari menunggu dokter zein datang. Tak lama pun saat azka keluar kamar, dokter zein datang dengan berlarian menuju kamar zeira.

"AZKA" teriaknya.

"Kenapa dokter lari-larian?" tanya azka melihat dokter zein dari jauh lalu mendekatinya.

Dalam langkah terengah-engah dokter zein berkata "Saya khawatir kalau zeira terluka parah, kalau begitu saya akan periksa dia sekarang."

Azka yang kebingungan dengan tingkah dokter zein, langsung mempersilahkan dokter zein memeriksa zeira. "Oke dokter, silahkan."

Dokter zein masuk dengan raut wajah yang sangat khawatir seolah-olah dia adalah kakak kandung zeira yang tidak ingin kehilangan zeira lagi, Azka berharap zeira cepat menemukan kakak kandungnya, secara tidak sengaja dia membuat rencana untuk mencari dokter ridwan sendiri, dan tiba-tiba azka kembali lagi ke lobi utama rumah sakit untuk menanyakan keberadaan dokter ridwan pada suster yang di berikan amanah dari zeira, jika suster itu melihat dokter ridwan atau dokter ridwan sedang mulai dengan pekerjaannya.

"Permisi suster, suster bukannya yang waktu itu pernah di beri amanah dari zeira, jika suster bertemu dengan dokter ridwan kan?" tanya azka sangat terkejut melihat suster itu masih berada di sini.

"Huh, kalian anak-anak itu lagi, kenapa kamu ada di sini?" panik suster tersebut.

Azka langsung menjawab keperluannya untuk menemui dokter ridwan dengan zeira, "Saya mencari dokter ridwan, saya mau bertemu dengannya, dan ingin memberitahu kalau zeira sedang sakit kembali."

"Hm, maaf untuk sementara ini dokter ridwan tidak ingin bertemu dengan siapa pun, kecuali pasien yang terluka sangat parah, sekali pun itu adiknya atau bukan dia tidak akan menemuinya." gugup suster tersebut, seolah-olah tidak ingin membuat zeira dan kakaknya dokter ridwan bertemu.

Terkejut azka mendengar jawaban dari suster tersebut, dan dia tidak terima dengan perkataan suster itu, "Maksudnya apa, kenapa suster berbicara seperti itu? Bukannya suster akan membantu zeira untuk menemukan dokter ridwan?"

Suster itu semakin gugup dan takut setelah azka memberontak, "I-iya, t-tapi Mmm..." tetapi dari belakang datanglah dokter lain, dan suster itu mulai menyapanya lalu azka perlahan menjauh dari lobi tersebut, "Selamat pagi dok, dokter ingin segera pulang?"

"Seperti tidak asing, apakah ini dokter ridwan kakak dari zeira?" gumam azka memerhatikan gerak-geriknya dari sedikit kejauhan, karena merasa ada yang janggal dengan kedatangan dokter tersebut.

"Iya, memangnya ada apa?" lanjut dokter itu menjawab pertanyaan suster tersebut, lalu membalikkan pertanyaan lagi pada suster itu.

"Hmm... anak itu masih mencari dokter, dan katanya dia sedang dalam perawatan lagi karena ada kecelakaan sedikit." bisik suster tersebut,

Mendengar penjelasan dari suster itu pun membuat dokter itu khawatir dengan keadaan seseorang yang sedang mereka bicarakan, "Dia sakit? Bagian mana yang terluka? Apakah sudah di tangani oleh Zein?"

"Sudah dok, dokter tidak perlu khawatir, sekarang dia sedang di tangani oleh dokter zein." jawab suster tersebut kembali mencairkan suasana yang sangat menegangkan tadi.

Azka yang semakin penasaran dengan dokter itu pun memberanikan dirinya dan menanyakan apakah dokter tersebut adalah dokter ridwan kakak dari zeira atau bukan, "Permisi, dok. Dokter adalah Dokter Ridwan bukan?"

Terkejut dokter itu karena azka yang tiba-tiba menepuk pundaknya dan dia mulai berkata, "Maaf anda siapa ya?"

"Maaf dokter sebelumnya, bukankah yang sedang kalian bicarakan tadi itu zeira dengan saya?" ucap azka yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

Sontak dokter itu tersadar bahwa Azka ada di depan matanya dan dia mendengar pembicaraannya dengan suster itu, dokter ridwan pun semakin gugup untuk menanyakan identitas azka. "K-kamu... Azka temannya zeira?"

"Iya dokter, akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan dokter." ucap azka sangat senang bisa bertemu dengan dokter ridwan yang secara tidak sengaja.

"Hm... saya permisi dulu, karena ada pasien lain yang harus saya tangani." gugup dokter ridwan dengan alasannya.

"Saya mohon dokter jangan menghindar lagi, kasihan zeira dia sangat merindukan dokter, kejadian ini juga karena dia sangat putus asa sekali, dan dia juga sangat ingin sekali bertemu dan memeluk dokter. Jadi Azka mohon sama kak ridwan, temui zeira setidaknya ada di sampingnya saat dia sedang rapuh, kali ini dia benar-benar sangat membutuhkan peran seorang kakak." pinta Azka dengan melipat kakinya layaknya sedang memohon.

"T-tapi, saya gak bisa." gugup dokter ridwan sesekali melirik suster itu sebelum menjawab.

"Gak bisa gimana dok? kan dokter jelas-jelas kakak kandungnya, kenapa dokter tidak ingin menemui adik dokter sendiri? Malah membuat semuanya semakin rumit." kesal azka.

"Semua ini bukan dari saya, tapi..." jawab dokter ridwan lalu terpotong oleh seseorang yang memanggil namanya dari kejauhan.

"Ridwan, Lo udah mau pulang ya?" panggil dokter zein dari kejauhan.

"Iya, Zein... Hmm... gue balik duluan ya, keluarga gue udah nungguin dari tadi." jawab dokter ridwan lalu pergi begitu saja.

"Huh, keluarga? Apa maksud dari kata keluarga yang terucap dari mulut dokter ridwan?" gumam azka.

"Yaudah, sana pulang. Hati-hati di jalan bro!" ucap dokter zein.

*(Dokter ridwan hanya memberikan lambaian tangannya)*

"Dok, kok ngebiarin dokter ridwan pulang sih? kenapa gak nyuruh dia, buat ketemu sama zeira dulu dok?" kesal azka yang tiba-tiba dokter zein membiarkan dokter ridwan pulang.

"Keluarga dia lebih penting, ayo kita kembali ke kamar zeira, dia mencari kamu." jelas dokter zein, langsung mengalihkan pembicaraan.

"Tapi dok, sejak kapan dokter ridwan sudah menikah?" ucap azka semakin tidak mengerti apa yang dokter zein bicarakan.

lagi-lagi dengan tegasnya, dokter zein mengatakan, "Kamu tidak perlu tahu, lebih baik temui zeira karena dia sudah siuman."

Azka pun pasrah dengan dokter zein dan menuruti apa yang dikatakan dokter zein, "Hm, baiklah."

Selama perjalanan menuju kamar zeira, Azka masih memikirkan dengan ucapan yang dokter ridwan bilang, keluarga? keluarga siapa? mengapa dokter zein membiarkan dokter ridwan pergi, sepertinya dokter ridwan yang tadi bukanlah kakak kandung zeira, seperti ada yang memanipulasi keadaan ini dan ini benar-benar sangat sulit pastinya bagi zeira.

Sebenarnya siapa yang merencanakan ini, masalah tentang penemuan kakaknya saja belum selesai, di tambah dengan masalah orang tua olivia sekaligus dengan olivia nya, dan sekarang menambah lagi beban pikiran azka siapa dokter ridwan yang dia jumpai tadi, manakah dokter ridwan yang asli, mengapa semua ini menjadi teka-teki bagi dirinya dan diri zeira, tak henti-hentinya ujian menimpa diri zeira dan akal azka.

avataravatar
Next chapter