20 Jawaban untuk Fazam.

"Zei, jadi kan malam ini?" tanya azka sebelum pulang.

"Em, gak tau deh, aku udah di jemput." jawab zeira tiba-tiba melupakan rencana malam ini.

"Huh? Di jemput sama siapa?" tanya azka sangat penasaran.

"Hm...fazam." jawab zeira sangat ragu-ragu mengatakannya.

"Kalian balikan?" tanya azka, sangat penasaran.

"Enggak tau deh, hm..." jawab zeira, tidak ingin membahas hubungannya dengan fazam pada azka.

"Yaudah kalau kamu udah di jemput sama fazam, aku pulang duluan ya." ucap azka, lalu menyalakan motornya lagi.

Zeira menahan azka, lalu "Maaf ya, azka." ucapnya, mengerti perasaan azka yang kecewa.

Azka melepaskan tangan zeira, "Kenapa minta maaf? memangnya kamu punya salah apa sama aku?" tanya azka masih dengan senyum palsunya itu.

"Aku tahu kamu pasti sakit hati kan, kalau aku di jemput sama fazam?" jawab zeira.

"Huh? enggak kok, gak apa-apa. Aku juga tau kalau kamu masih menyimpan rasa sama fazam." jawab azka dengan senyum nya yang palsu.

Dengar jawaban azka yang sangat santai itu, malah membuat zeira tidak enak hati padanya. "Maafin aku, aku masih belum bisa suka sama kamu, lebih dari sekedar teman biasa." ucapnya lagi-lagi membuat azka menghela nafas seperti menahan untuk menangis.

"Kan aku udah bilang, aku tahu perasaan kamu sama fazam seperti apa. Jadi gak usah minta maaf, karena kamu gak salah, aku juga ya walaupun sakit tapi gak apa-apa deh, demi kamu yang bahagia aku seneng kalau kalian balikan." jawab azka, membalikkan keadaan membuat zeira menangis.

"Hiks...hiks...hiks... maafin aku, aku gak ada maksud buat nyakitin perasaan kamu yang tulus sama aku, aku benar-benar masih mencintai fazam, aku gak bisa kehilangan dia, cukup aku kehilangan ibu ayah sama kakak, aku gak mau kehilangan cinta pertama aku lagi. Hiks...hiks.."

"Eh, kok malah nangis, udah ih, cengeng banget sih! jangan nangis zeira, nanti di kiranya aku macam-macam sama kamu lagi, bentar lagi fazam datang, udah jangan nangis. Cup...cup...cup... udah ya jangan nangis, gak ada balon soalnya, hehehe..." ucap azka menenangkan zeira yang menangis.

"Semakin kamu tulus sama aku, semakin aku nangis, zeira gak tega nyakitin perasaannya azka. Zeira takut, kalau azka menjauh dari zeira karena zeira mungkin akan balikan sama fazam." ucapnya lagi-lagi dengan sesenggukan.

"Bagus dong kalau kalian balikan, jadi kamu nya gak sedih mikirin fazam terus, iya kan?" jawab azka, mulai memeluk zeira yang masih menangis.

"Aaaaaaaaa Azka!!!" jerit zeira, semakin kencang menangis.

"Aduh, malah kencang nangisnya??" gumam azka, "Cup... cup... udah ih, nanti aku yang di salahin fazam, karena nangisin kamu. Ayo, diem, jangan nangis anak cantik, anak manis." ucapnya masih berusaha menenangkan zeira.

Zeira melepaskan pelukan azka, dan berhenti menangis, "Fazam," ucap zeira melihat fazam yang sudah datang di belakang azka.

Fazam lebih mendekati sambil memasang wajah tersenyum, "Hai, kalian lagi ngapain?" tanya fazam, yang tidak ingin berburuk sangka pada azka dan zeira.

Azka membalikkan badannya, "Gue gak salah, cewek lo nangis duluan, gue cuma nenangin dia aja kok, gak lebih." spontan azka sambil mengangkat dua jarinya yang menandakan (peace) perdamaian.

Fazam yang paham maksud dari azka pun langsung, "Oh, oke. no problem! pada dasarnya zeira memang cengeng." jawabnya sambil meledek zeira.

Zeira yang tak terima di katakan cengeng oleh fazam mulai membela dirinya, "Aku cengeng, karena hati aku lembut!!" kesal zeira.

Fazam tertawa kecil, "Iya aku tahu, hati kamu memang lembut, selembut hati bayi." jawab fazam tidak ingin memperpanjang masalah.

Zeira memukul tangan fazam,"Ih, apaan sih!"

Azka yang muak melihat kemesraan fazam dan zeira pun akhirnya membuka suaranya, "Katanya kalian mau pulang bukan? tanya azka.

"Eh, iya kita mau pulang." jawab fazam.

"Yaudah pulang sana, tapi hati-hati jangan sampai kecelakaan lagi!!" perintah azka, lalu mengingatkan fazam untuk berhati-hati dalam berkendara.

Fazam menganggukkan kepalanya, "Hm, oke Azka, kalau gitu gue sama zeira cabut duluan ya." jawab fazam.

"Iya, silahkan." ucap azka melihat kepergian zeira dengan fazam.

Rasa hati ingin berontak, tapi apalah daya hanya bisa menahan rasa sakit yang mungkin semua orang mengalami nasib cinta bertepuk sebelah tangan, yang sama persis di alami oleh Azka Bilal Abqori ini.

Jika benar zeira dengan fazam kembali bersama, akan kah azka mengikhlaskan zeira pada fazam? atau dia akan selamanya menyimpan rasa cinta itu, hingga ada waktu yang tepat baginya untuk menyatakan semuanya?

*****

"Halo, ren. Ada apa?"

"Kayaknya, enggak jadi."

"Dari pihak zeira, dia yang membatalkan semuanya sendiri."

"Gue? gue gak apa-apa!"

"Iya, gue yakin, udah ah, gue pengen tidur sore! Bye!!"

*****

"Apa kata Azka?" tanya vito.

"Kayaknya, ada yang gak beres nih sama si azka." jawab reno, merasakan perubahan sikap dari azka.

"Memangnya dia kenapa?" tanya revan, yang masih fokus memainkan permainan di ponselnya.

"Dia bilang di batalin, dari pihak zeira nya." jawab reno, yang masih belum paham dengan keadaan azka.

"Wah, pasti sih, ini ada yang gak beres sama azka." ucap revan langsung mematikan ponselnya.

"Apa jangan-jangan mereka berantem lagi?" ucap vito, berpikir buruk dengan hubungan Azka dan zeira.

"Bisa jadi tuh," jawab revan, "Siapa tau, kalau dia itu udah kasih tahu duluan tentang rencana ini sama zeira?" ucapnya, berburuk sangka pada azka.

"Ah, gak mungkin lah, dia kan udah janji gak akan kasih tahu zeira, walau zeira bakal marah sekali pun." jawab reno, sangat mempercayai azka.

"Oh iya ya, berarti ini ada masalah lain ya?" ucap vito, ikut lebih mempercayai reno.

"Gue yakin, pasti sekarang dia lagi galau, kita ke camp yuk, gue yakin saat dia lagi galau itu pasti main basket di camp." ucap revan, mengusulkan pendapat menghampiri azka.

Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri azka di tempat berlatih basket mereka, walaupun ini hanya dugaan revan, mereka tetap akan memastikannya lebih dahulu.

Sesampainya di camp, ternyata benar apa yang di katakan revan, azka sedang bermain di camp mereka dan sepertinya sedang menangisi sesuatu. Azka yang mengetahui adanya kedatangan mereka pun langsung, memberhentikan tangisannya lalu menghapus air matanya, dan menyambut mereka dengan senyum palsu.

"Woi, ngapain lo ada di sini?" tanya revan.

Dengan senyumnya, "Hai, kok kalian bisa tahu gue ada di sini?" tanya azka.

"Iya lo ngapain ada di sini?" tanya revan, lalu meledek azka, "Pasti lagi galau kan?"

"Ih, siapa yang galau? Gue galau? Gak Mungkin lah!!" jawab azka, yang masih tidak mengaku.

"Alah, jangan bohongin kita!! kita juga udah tahu!!" ucap revan.

"Kalian tahu dari mana?" kaget azka, padahal ia belum menceritakan apa pun pada sahabat-sahabatnya.

"Ada deh," jawab revan, membuat azka penasaran, "udah lo ngaku aja, gak usah berusaha nutupin dari kita, kalau gak kuat cerita aja, nangis juga gak apa-apa, masih manusia kan?" ucapnya semakin membuat azka tak kuat menahan sakit hatinya.

Revan benar-benar di ibaratkan seperti Mamah Dedeh yang tahu seseorang sedang sedih, dan bisa mencurahkan kesedihannya pada dirinya.

"Sebenarnya gue gak mau nangis, karena malu sama kalian. Tapi asli deh kali ini gue gak kuat, sakit banget dada gue. Soalnya, baru pertama kalinya, gue ngalamin nasib yang perih kayak gini." lirih azka yang tiba-tiba langsung meneteskan air matanya lagi,

Revan yang melihat azka menangis kembali pun memeluk azka dan mengatakan, "Semuanya, akan baik-baik aja, lo gak perlu khawatir, kalau dia jodoh lo, nanti juga balik sendiri." ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung azka.

Dan yang lain ikut memeluk dan menyemangati azka yang sedang terpuruk, padahal mereka sendiri tidak ada yang mengetahui satu pun permasalahan azka dan zeira yang sedang menjauh, karena zeira yang sepertinya kembali lagi bersama fazam.

"Fazam sama zeira sepertinya bakal balikan deh, gue pengen ikhlas tapi kenapa susah banget ya?" ucapnya sambil menghapus demi sedikit air matanya.

"Gue tahu itu pasti sakit, tapi percaya sama tuhan, kalau rencana Tuhan itu ada yang terbaik bagi hamba-nya yang mau bersabar." jawab vito.

"Memangnya lo tahu dari mana, kalau si fazam dan zeira bakal balikan?" tanya reno.

"Pas pulang sekolah, rencananya gue mau anter zeira pulang, tapi ternyata dia udah janjian lebih dulu sama fazam. Maka dari itu gue rasa, mereka bakal balikan." jawabnya sudah sangat pasrah.

"Yaelah, cuma karena udah janjian lebih dulu, Lo ngira mereka bakal balikan." ucap revan meremehkan mental azka, yang sudah hancur berkeping-keping.

Vito memukul revan sambil menyadarkan revan, yang sepertinya meledek mental azka. "Husttt! kalau punya mulut di jaga van!" kesal vito.

"Ya, habisnya, jadi cowok kok pikirannya negatif thingking terus, udah kayak cewek-cewek yang lagi datang bulan aja!" kesal revan, dengan pemikiran azka yang negatif.

"Gue bukan berpikir negatif, Van." ucapnya membela diri, "Gue emang tahu mereka bakal balikan, karena waktu gue sama zeira nginap di rumah dokter zein itu, si fazam datang ke sana dan dia ngobrol sama zeira tanpa bilang-bilang sama gue." jawabnya mengingat kejadian yang kemarin.

"Wah, ini sih benar kalau zeira sama fazam balikan, yaudah deh gue minta maaf udah nuduh lo yang enggak-enggak." jawab revan mengakui kesalahannya.

"Enggak masalah," ucapnya lalu, "Gue cuma lagi mikirin hati gue, kasihan hati gue udah berjuang banyak buat zeira, tapi nyatanya mereka bakal balikan." jawabnya pasrah.

"Eh, ka. Lo jangan asal putus asa kayak gitu, dong. Ayo semangat buat dapetin hati zeira lagi." ucap revan, sangat mendukung azka.

Sebelum itu, zeira pulang bersama dengan fazam. Fazam tidak berbicara banyak hal, setelah melihat zeira yang berpelukan dengan azka, walaupun azka mengatakan sedang menenangkan zeira yang sedang sedih. Hal itu membuat fazam menyerah dengan hubungannya, fazam sangat takut, jika zeira tidak menerimanya lagi.

Setelah sampai di depan rumah zeira,

"Aku langsung pulang ya, zei." ucap fazam, yang tidak ingin berlama-lama di sana.

Zeira menahan fazam pergi, "Nanti dulu zam, kok cepat banget mau pulang!" jawabnya, "Memangnya kamu gak mau mendengar jawaban dari aku, waktu kamu tanya kemarin?" ucap zeira membuat fazam mematikan kontak sepeda motor nya.

"Mau sih, tapi... kayaknya, aku udah tahu jawabannya." jawab fazam, yang lagi-lagi pasrah dengan nasib penolakan.

"Memangnya apa jawabannya?" ledek zeira, melihat tingkah fazam yang mudah pasrah, sebelum dia mengatakan apa pun.

"Enggak kan?!" tebak fazam.

lalu zeira memukul punggung fazam, "Udah salah, sok tahu lagi!!" kesal zeira.

"Maaf, soalnya kan aku lihat kalian sepertinya saling suka, makanya aku pesimis." jawab fazam meminta maaf karena melihat zeira yang nampak menyukai azka.

"Siapa yang saling suka? aku tuh suka sama dia cuma sekedar teman biasa aja, dan cintanya aku tuh cuma buat kamu!!!!" kesal zeira, sambil memarahi fazam.

"Tapi kan, ah yaudah lah lupain aja." jawab fazam.

"Aku tuh mau kasih jawaban iya zam, IYA!!" ucap zeira, mengulang kata.

Fazam senang, "Serius? Kamu mau kita balikan?" tanya fazam tak percaya.

"Iya sayang ku," jawabnya sambil memeluk fazam, lalu melepaskan lagi, "Tapi dengan satu syarat!" jawabnya.

"Syarat apa?" tanya fazam.

"Kamu gak boleh ngelarang apa pun yang mau aku lakukan, selagi itu baik di mata dunia." jawabnya sambil saling berkontak mata.

Fazam langsung memeluk zeira dan, "Apa pun kesukaan kamu itu, yang penting kita balikan." ucapnya dengan hati yang gembira.

*****

Tak percaya tapi ini nyatanya, Zeira kembali lagi pada cinta yang sangat menyakiti dirinya, dia meluapkan segala kerinduannya pada orang yang sudah menyakitinya berkali-kali.

Bagaimana perkiraan azka bisa benar? Peristiwa ini membuat azka sakit hati, karena zeira yang sudah tahu azka menyukai dirinya, dan cinta azka di tolak mentah-mentah olehnya.

Azka ingin tetap bisa berkawan lagi dengan zeira, tetapi rasanya tidak akan mungkin. Karena, tujuan awalnya juga hanya untuk bisa mendapatkan hati zeira, bukan sungguh-sungguh tulus ingin berkawan dengan zeira.

***

"Halo, iya ini aku, ada apa?"

"Kamu di mana, laura?"

"Aku gak bisa dengar suara kamu di sini? banyak angin."

"Laura, kamu bicara apa sih? aku gak bisa mendengar dengan jelas!"

"Lah, kok di matiin."

***

"Ada apa zam," tanya zeira.

"Enggak tahu aku juga, suara laura gak kedengaran, kayak lagi di atas gedung tinggi, angin nya kencang banget." jawabnya, yang masih belum merasakan keanehan pada laura.

Zeira merasa aneh pada jawaban fazam, "Angin kencang? Gedung? suara tak terdengar?" gumamnya memikirkan keanehan laura.

Tiba-tiba, mereka berdua baru bisa menyadari keanehan itu, dan saling berbicara dengan lantangnya, *BUNUH DIRI!!!*

Fazam pergi mencari laura ke rumah kostnya, sedangkan zeira mencari laura ke setiap bangunan tinggi dekat dengan kostnya laura.

Zeira tidak kuat mencari hanya sendiri, zeira pun meminta bantuan pada azka untuk membantu mencari laura.

"Halo azka," panggil zeira, dengan nafas yang terengah-engah.

"Zei, kamu kenapa? kok suaranya kayak lagi lari-larian?" jawabnya menyadari suara zeira yang kelelahan.

"Aku gak apa-apa, kamu bisa bantu aku?" ucapnya, langsung mengajukan pertanyaan pada azka.

"Bisa-bisa, bantu apa?" jawab azka, masih santai bersama teman-teman basketnya.

"Laura hilang, aku rasa dia pergi ke gedung tinggi di dekat kostnya, dan berhubungan ini gak jauh dengan rumah kamu, aku minta tolong, bantuin aku untuk mencari laura." jelas zeira.

"Ada apa sama laura?" tanya azka.

"Dia... Huft, dia sepertinya mau bunuh diri!" ucap zeira dengan lantangnya, lalu melanjutkan menaiki dan mengecek gedung-gedung tinggi itu.

"Astaga, oke aku bakal ke sana, dan aku bakal ngajak yang lain juga." jawab azka, lalu memakai jaketnya dan bersiap pergi dengan teman-temannya yang masih di camp.

"Yaudah, makasih, aku tunggu bantuan dari kalian." ucap zeira, lalu melanjutkan pencariannya.

***

"Bro, ikut gue, laura dalam bahaya." ucapnya memanggil reno, revan, dan vito.

"Tunggu, dulu. Laura, mantan nya fazam?" ucap reno yang baru teringat dengan nama laura.

"Iya, dia. Kata zeira dia menelepon fazam, tetapi suaranya gak kedengaran, dan banyak angin kencang." jawabnya, lalu bergegas menyalakan motor.

Reno pun terkejut, "Astaga, bunuh diri." ucapnya lalu yang lain juga mengikuti azka pergi.

***

Ternyata, bukan hanya azka yang merasakan sakit hati itu, bahkan laura pun sepertinya juga tidak ingin kehilangan fazam, azka mengira ini hanya omong kosong belaka nya laura, karena dia sudah mengetahui sifat laura sedari kecil.

Apa pun yang laura ingin kan, hari itu juga dia harus mendapatkannya. Sekeras itu cinta laura pada fazam, apa pun akan dia korban kan hanya untuk cinta seseorang yang tidak ingin bersamanya.

Azka juga sudah menelepon orang tua laura yang berada jauh di Amerika, karena orang tua Azka dan Laura saling dekat, yang mengakibatkan pergerakan apa pun yang laura lakukan azka juga harus mengetahui pergerakan itu, beruntungnya bara tinggal di kost yang sama dengan laura, jadi azka tidak perlu repot-repot untuk mengeceknya sendiri.

Azka berpikir, apakah laura bisa melakukan hal itu? dia harus mengorbankan nyawa nya sendiri, hanya untuk mendapatkan cinta fazam kembali?

avataravatar
Next chapter