12 Hampir Berjumpa!

"Kita mampir ke kamar fazam ya, sekalian berterima kasih sama kak rizal." ucap zeira sebelum meninggalkan rumah sakit.

"Iya zeira, kita mampir ke sana." jawab azka dengan raut wajah yang tersenyum.

"Oke, let's go!" ucap zeira dengan semangatnya bisa kembali pulang ke rumah.

Azka, zeira, dan azkia, tidak lupa mengunjungi fazam di kamarnya sebelum pulang dari rumah sakit dan berterima kasih pada kak rizal, karena dia telah membiayai seluruh perawatan zeira sekaligus dengan obat-obatnya.

Sesampainya di depan kamar fazam, azkia mengetuk pintu kamarnya, lalu kak rizal membukakan pintunya dan membiarkan mereka masuk untuk menjenguk fazam.

"Hai zam! gimana keadaan kamu?" ucap zeira melambaikan tangannya.

"Hai zeira, lumayan mendingan tapi aku masih belum boleh kemana-mana karena kemarin setelah siuman aku maksa pergi ke kamar kamu buat ngecek kondisi kamu." jawab fazam.

"Lagian kamu ngapain ngecek kondisi aku, fokus ke diri kamu sendiri aja, karena kan yang lukanya lebih parah sampai harus di operasi itu kan kamu bukan aku." ucap zeira dengan nada mulai meninggi.

"Ya namanya juga panik, mana ingat kalau badan sendiri terluka. hehe..." jawab fazam dengan santainya hingga membuat lelucon.

"Terus aja kayak gitu, udah pokonya kamu gak usah kemana-mana lagi, karena aku udah di bolehin pulang sama dokter zein." ucap zeira to the point.

"Huh, secepat itu? kok bisa? kamu kan kakinya masih sakit, tuh liat sekarang juga masih pakai kursi roda." bingung fazam melihat dengan kenyataan bahwa zeira masih memakai kursi roda.

"Iya masih sakit, tapi udah gak terlalu parah banget, makanya dokter zein ngebolehin aku pulang, dan nanti juga aku di kasih tongkat jalan karena kan yang sakit cuma kaki kiri sedangkan kaki kanan aku masih bisa jalan." jelas zeira.

"Hm..., jadi aku di rumah sakit sendirian?" sedih fazam.

"Kata siapa sendirian? Kan ada kak rizal di sini, mana mungkin sendirian, ngaco ah kamu!" ucap zeira sembari menepuk tangan fazam.

"Ya kan aku maunya di temenin sama kamu, tapi apa boleh buat? Sekarang kamu udah sembuh duluan, dan jadinya sekarang aku yang merasa kesepian." pasrah fazam.

"Kamu bisa gak sih, gak ngomong kesepian terus? kamu itu di kelilingi sama orang-orang yang sayang sama kamu, belajar bersyukur!! lihat keluarga yang terdekat, lihat kak rizal dia panik saat aku kasih tau kalau kamu kecelakaan dan di operasi, dia juga takut banget kalau adiknya laki-lakinya meninggal. Aku tau kok, kalau kalian hanya saudara tiri, tapi kalau kak rizal gak peduli sama kamu, gak akan dia ada di sini nemenin kamu!!" ucap zeira mulai meluapkan emosinya kembali pada fazam.

"Hm, sorry aku bikin kamu marah lagi." pasrah fazam lalu meminta maaf.

"Yaudah lah lupain aja, aku ke sini cuma mau jenguk kamu sekalian kasih tau kalau aku udah bisa pulang, kamu tetap minum obat yang rajin, banyakin makan, biar cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasanya lagi, oke?!" ucap zeira seketika mulai banyak bicara lagi dan tidak ingin memperpanjang permasalahannya.

"Iya zei, makasih udah mau ingatin aku biar cepat sembuh." jawab fazam dengan senyumnya.

"Iya sama-sama, oh ya kak rizal, aku juga mau berterima kasih sama kak rizal, karena kakak udah mau menanggung biaya rumah sakit plus obat-obat buat penyembuhan aku. Semoga rezeki kakak lebih di lancarkan kembali, dan semoga tahun ini kakak segera menikah, hehe..." ucap zeira tidak lupa menggoda rizal.

"Haha, Amin dek, semoga doanya terkabul, huft... kakak juga pengen nikah tapi calonnya belum ada." jawab rizal sembari dengus berharap.

"Sabar kak, pasti nanti kakak akan bertemu dengan jodoh kakak, tuhan itu tidak tidur, tuhan juga sudah kasih setiap manusia dengan jodohnya masing-masing, tinggal nunggu waktu yang pas buat mempertemukannya." ucap zeira untuk menyemangati rizal.

"Kamu ini bisa aja, kakak gak mengharap imbalan apapun. Tapi, doa kamu yang tadi itu sangat kakak butuhkan saat ini, semoga saja terkabulkan." jawab rizal penuh harap.

"Amin, ya udah kalau gitu aku pamit ya zam, kak rizal, makasih atas semuanya. Aku gak akan melupakan kebaikan kalian," ucap zeira menjabat tangan rizal sebelum pergi.

"Iya zeira, hati-hati pulangnya." jawab fazam dan rizal serentak.

"Oke, bye fazam." ucap zeira

"Bye," jawab mereka berdua serentak.

***

Azka memanggil taksi online agar zeira pulang dengan mudah, tetapi sebelum keluar dari lobi rumah sakit dan setelah mengganti kursi roda dengan tongkat jalan, sepertinya zeira sedang menunggu seseorang untuk berpamitan, sebenarnya siapa orang yang sedang zeira tunggu?

"Terima kasih suster," ucap zeira masih berpegangan dengan azka untuk menyeimbangkan tubuhnya.

"Sama-sama." jawab suster langsung pergi.

***

"Ayo zei, kayaknya taksinya udah mau sampai." ucap azka melihat aplikasi taksi online sembari menuntun zeira.

"Nanti dulu, aku lagi nunggu seseorang." jawab zeira memberhentikan langkah Azka sebelum keluar dari lobi rumah sakit.

"Huh, siapa yang lagi kamu tunggu zei?" bingung azka.

"Ada deh, nanti juga kamu tahu sendiri." jawab zeira masih merahasiakan

"Hm, iya deh." pasrah azka menuruti perintah zeira.

"Kia, kalau kamu mau pulang sekarang, pulang duluan aja, kakak masih ada urusan, kakak juga bisa di temenin sama bang azka." ucap zeira melihat azkia yang mulai bosan.

"Serius kak?" kaget azkia ditawari pulang lebih awal.

"Iya kia, kalau kamu udah bosen nunggu kamu pulang duluan aja." ucap zeira.

"Bosen sih, tapi aku gak bisa ninggalin kakak sama bang azka nanti dia malah bikin ulah di rumah kakak." jelas azkia yang takut abangnya berulah.

"Enggak akan! percaya sama kakak abang kamu gak akan bikin ulah, iya kan Azka?" ucap zeira sembari melirik azkia.

"Iya lah, lagian ngapain aku bikin ulah, kayak gak ada kerjaan aja." jawab azka.

"Hm, oke deh aku pulang ya kak, bang." ucap azkia berpamitan.

"Iya, sana pulang!" usir azka.

"Bye, semua!" ucap azkia melambaikan tangannya.

"Hm, bye!" jawab zeira dan azka membalas lambaian tangannya.

***

"Sebenarnya, siapa yang mau kamu temuin sih?" tanya azka masih memaksa zeira.

"Dokter Zein!" jawab zeira langsung memberitahukan setelah azkia pulang.

"Kamu gila ya! ngapain mau nemuin orang yang ingin berbuat jahat sama kamu?!" kesal azka hingga meninggikan suaranya.

"Dokter zein itu gak jahat azka, percaya deh sama aku. Dia itu gak seperti yang kamu lihat, dia lebih baik dari yang kamu kira." jawab zeira membela dokter zein.

"Terserah deh, tapi kalau dia berbuat macam-macam sama kamu gak usah minta tolong sama aku! Aku mau pulang!" pasrah azka langsung pergi meninggalkan zeira.

"Eh...! enggak!! kamu gak boleh pulang dulu, sebelum kita pulang dia mau berbicara sesuatu sama aku sama kamu juga, dia juga bilang dengar pembicaraan kita, jadi aku mau lihat seberapa lihainya dia dalam berbohong sama aku." teriak zeira menarik tangan azka untuk mencegah azka.

"Jadi kamu?" ucap azka seperti mengetahui apa yang dimaksud zeira.

"Iya, kita lihat apa yang mau dia lakukan, kita cari tau kebenarannya seperti apa?!" jawab zeira.

"Ah... zeira pinter banget syihh...!!" ucap azka menggoda zeira dengan mengacak-acak rambut zeira.

"Ih, apaan sih!!" berontak zeira sembari melepaskan tangan azka dari kepalanya.

"Tapi, baru kali ini kamu akalnya dipakai." terkejut azka.

"Jangan sampai, aku gigit tangan kamu ya!!!" ancam zeira sembari menunjuk-nunjuk tangan azka.

"Eh, ampun-ampun... cubitan kamu aja sakit, apalagi gigitan kamu, hih ngerii...!!" ledek azka yang pernah merasakan cubitan dari zeira.

"Makanya diem!!" ancam zeira membuat azka terdiam.

"Aku diem, aku diem." ucap azka sembari menjauh sedikit dari zeira.

Setelah pertikaian selesai, dokter zein pun keluar dari lift rumah sakit dan langsung mengajak azka dan zeira ke kafe di seberang rumah sakit.

"Ayo, kita ke sana." ucap dokter zein dari jauh.

"Kemana dok?" tanya azka.

"Kafe di sebrang sana," jawab dokter zein menunjuk ke arah sebrang jalan.

"Oh, oke dok." ucap azka langsung menuntun zeira jalan.

***

Sesampainya di kafe, dokter zein mempersilahkan azka dan zeira untuk memesan keinginannya. Zeira mulai memesan sedangkan azka masih tidak paham dengan perilaku dokter zein, yang tiba-tiba berubah dihadapan zeira padahal dia seperti berbuat buruk pada zeira.

"Kamu gak pesan sesuatu?" tanya dokter zein pada azka.

"Ah, gak dok makasih saya masih kenyang." jawab azka.

"Kalau gitu pesan minum saja, atau cemilan yang lain kan bisa?" ucap dokter zein memaksa azka untuk memakan atau meminum sesuatu.

"Enggak usah dok, saya gak haus dan tidak lapar juga, biar zeira saja yang memesan makanan dan minuman untuknya sendiri." jawab azka lebih mementingkan zeira.

"Yaudah kalau gitu, aku pesenin jus jeruk buat kamu ya?" ucap zeira.

"Iya, pesan saja zeira." sambung dokter zein.

"Eh, gak usah zei aku gak haus, nanti malah sia-sia kebuang." jawab azka masih menolak.

"Sudah kan itu saja? saya ke kasir dulu ya sekalian memesan makanan dan minumannya." ucap dokter zein langsung ingin memesan.

"Iya dok, terima kasih ya dok." jawab zeira sangat berterima kasih.

"Iya, sama-sama zeira." ucap dokter zein dengan senyumnya.

***

"Sebenarnya, tujuan dia ngajak kita ke sini tuh buat bicarakan apa sih?" bisik azka.

"Udah kamu diem aja, nanti juga dia ngasih tau tujuannya apa." jawab zeira dengan santainya.

"Ah, menyebalkan!" gerutu kesal azka pada zeira.

Tidak lama, dokter zein pun datang dengan membawa tiga minuman dan beberapa cemilan pesanan dari zeira.

"Cemilan datang, nah ini minuman untuk azka, ini untuk zeira, dan terakhir untuk saya." ucapnya sembari menaruh masing-masing minuman.

"Terima kasih, dok." jawab zeira dan azka.

"Oke, jadi saya mulai ya." ucap dokter zein ingin memulai pembicaraannya.

"Silahkan dok, beritahu kebenarannya agar azka tidak salah paham." jawab zeira.

"Haha, baiklah. Jadi kamu berpikir saya akan berbuat jahat dengan temanmu ini hanya karena, kamu salah memahami apa yang saya ucap waktu didepan kamar zeira?" tawa dokter zein melihat perilaku azka yang salah paham dengan ucapannya.

"Kalau dokter tidak ingin berbuat macam-macam dengan zeira, lantas mengapa dokter berbicara seperti itu di depan pintu kamar zeira?!!" kesal azka.

"Saya berbicara seperti itu karena saya sedang membantu teman saya untuk mencari adiknya, karena dia bilang dan dia di beritahu pamannya kalau adiknya sedang ada di rumah sakit ini. Saya hanya memastikan semua pasien wanita remaja dan masing-masing saya memberikan gelang, dan tepatnya kemarin ada lima pasien wanita remaja, dari masing-masing mereka saya beri gelang termasuk dengan zeira, tetapi empat dari lima remaja itu menolak pemberian gelang dari saya dan tidak peduli dengan nasib kehidupan saya yang menyedihkan kecuali zeira. Karena, yang saya tau jika seseorang mengalami kemalangan nasib yang sama dengan seseorang yang lainnya, dia akan memberikan kebahagiaannya dengan cara apapun. Dan itu berlaku pada zeira, dia menerima gelang yang saya berikan, dan ketika saya menyuruh untuk membuang gelang itu dia lebih menolaknya, dan ingin lebih memilih untuk menyimpannya. Jadi, saya pikir dia orang yang saya cari, dan saya berhasil menemukan adik teman saya yang sudah berpisah selama bertahun-tahun lamanya." jelas dokter zein mulai mengaku.

"Gitu azka, paham kan?" ucap zeira agar azka tidak salah paham lagi dengan dokter zein.

"Hm, iya aku sekarang paham, eh tapi kalau dokter sedang mencari adik dari teman dokter, lalu kenapa zeira belum bertemu dengan kakaknya?" jawab azka dan tersadar dengan keanehan dokter zein.

"Semalam dia sudah melihat zeira, dia bilang dia masih belum siap untuk bertemu dengan adiknya dan belum siap untuk menjelaskan kebenarannya, tetapi dia tetap akan mengawasi adiknya dari jauh." ucap dokter zein.

"Tapi dokter tau gak, posisi keberadaannya kak ridwan ada dimana?" tanya zeira mulai penasaran dengan kakaknya.

"Tau, tetapi dia menyuruh aku untuk diam dan tidak memberitahu pada kamu, sampai kamu benar-benar sembuh dan bisa mencarinya sendiri." jawab dokter zein.

"Kenapa kak ridwan gak mau ketemu sama aku, memangnya salah aku apa? setidaknya aku ingin mendengar suaranya sedikit saja, aku benar-benar sangat merindukan kak ridwan dok." kaget zeira, mulai kesal dengan perintah kakaknya.

"Saya paham dengan apa yang kamu maksud, tapi dia masih memaksa saya untuk tidak bercerita, lebih tepatnya tentang tempat tinggalnya dimana." ucap dokter zein.

"Tapi, kak ridwan masih ada di Indonesia kan? dia gak pergi ke luar negeri lagi kan?" tanya zeira masih ingin memastikan bahwa ridwan tidak akan meninggalkannya lagi.

"Enggak kok, dia masih ada di sini, dan dia juga bekerja di sini." jawab dokter zein tiba-tiba tidak sengaja memberitahu tentang tempat kerjanya.

"Di rumah sakit itu? tapi dia bekerja sebagai apa? aku mau mencari dia sekarang!!" kaget zeira langsung terbangun berdiri untuk bersiap-siap mencari ridwan.

"Eh...!! zeira kamu bisa diem dulu gak sih?! kan dokter zein udah bilang dia ada di rumah sakit itu, dan dia mau kamu mencarinya kalau kamu sudah sembuh, kamu tenang aja pasti kamu akan bertemu dia kok. Tenangkan dirimu!!" paksa azka menahan zeira.

"Tapi azka, kamu gak tau apa yang aku rasakan saat ini, aku bisa bertemu dengan kakak lagi, tapi dia masih belum ingin bertemu denganku. Lebih sakit hati aku yang tau kakak kembali, tapi tidak ingin bertemu dengan aku." kesal zeira.

"Bukan tidak ingin, zeira. Dia sangat ingin bertemu denganmu, tetapi keadaan masih belum baik, dan jika dia tidak ingin bertemu denganmu, dia tidak akan memaksa saya untuk mencari mu dan memberitahu mu tentang nya saat ini." ucap dokter zein.

"Sama saja, dia egois! aku pergi!" berontak zeira langsung pergi dengan dibantu tongkat jalannya.

"Eh, zeira kamu mau kemana? Aduh maaf ya dok, saya akan bujuk zeira dulu." ucap azka merasa tidak enak dengan dokter zein karena tingkah zeira yang kurang sopan terhadap dokter zein.

"Iya sudah tidak apa-apa, saya hanya memberikan informasi itu, saya tau dia masih belum menerima biarkan dia sendiri. Bawa dia pulang, agar dia bisa menenangkan pikirannya di rumah." jawab dokter zein memahami situasi zeira saat ini.

"Baik dok, sekali lagi terima kasih dan maaf atas kekacauan ini." ucap azka langsung menghampiri zeira.

"Iya, tidak apa." jawab dokter zein.

***

Zeira tidak ingin pulang ke rumahnya, tetapi dia memaksa dirinya untuk bisa menemukan ridwan, walaupun kakinya masih terluka.

"Kamu mau kemana? kok nyebrang lagi? kan arah kita pulangnya ke sini zeira, kamu mau ke rumah sakit lagi?" tanya azka bingung melihat tingkah zeira.

"Iya, aku mau cari kak ridwan! gak peduli dengan larangan dokter zein, intinya aku akan cari dia dengan kondisi seperti ini." jawab zeira tetap memaksakan kehendaknya sendiri.

"Aduh, yaudah iya, aku bantu kamu cari kak ridwan. Tapi kamu jalannya pelan-pelan aja, nanti malah jatuh lagi." ucap azka sembari menasihati kaki zeira yang masih terluka.

Azka yang sudah tidak tahan dengan perubahan perilaku zeira pun langsung menuruti apa yang zeira inginkan, dan dia bersedia membantu zeira untuk menemukan kakaknya yaitu kak ridwan. Zeira tepat di lobi rumah sakit, dia pun menanyakan nama zein pada salah satu suster yang sedang kerja.

"Permisi sus, saya boleh bertanya sesuatu?" tanya zeira.

"Oh iya ada apa ya dik, ingin bertanya soal apa?" jawab suster tersebut.

"Apakah di sini ada dokter yang bernama ridwan?" tanya zeira.

"Dokter ridwan? Ah, dia tadi dia ada di sini barusan saja dia pulang." jawab suster tersebut langsung teringat dengan dokter ridwan.

"Apakah suster tau, rumahnya dokter ridwan dimana?" tanya zeira menanyakan alamat tinggal ridwan untuk menghampirinya di sana.

"Tidak, saya tidak tau tempat tinggal dokter ridwan, karena dia orangnya sangat tertutup sekali dengan kehidupan pribadinya. Dan yang mengetahui dimana letak rumahnya hanya dokter zein, karena mungkin dia adalah teman dekatnya dokter ridwan." jelas suster tersebut, lagi-lagi zeira sulit menemukan kakaknya sendiri.

"Oh begitu, tapi kalau boleh tau, dia akan mengambil shift kerja pada jam berapa lagi ya sus? tanya zeira siapa tau bisa menemui ridwan saat jam kerja.

"Jam satu malam nanti, selama seminggu dia bekerja di rumah sakit ini, dia hanya menyukai shift tengah malam sampai pagi saja, selain itu dia sangat membenci jika harus bertukaran bekerja di siang hari oleh dokter lain." jawab suster itu.

"Oh begitu, oh iya sus, ini saya berikan nomor ponsel saya, saya sangat butuh bantuan suster agar bisa bertemu langsung dengan dokter ridwan, jika dia berada di rumah sakit tolong hubungi saya di nomor itu, dan ini rahasia kita bertiga jangan sampai ada yang tau termasuk dokter ridwan sendiri." ucap zeira memberikan nomor ponselnya.

"Memangnya, kalian ada hubungan apa dengan dokter ridwan?" tanya suster tersebut penasaran dengan zeira.

"Dokter ridwan adalah kakak kandung saya yang menghilang selama bertahun-tahun, saat saya menemukan jejaknya sekarang dia tidak ingin bertemu dengan saya, dan dia hanya menyampaikan informasi tentang dirinya lewat dokter zein." jawab zeira menceritakan kebenarannya.

"Baiklah, saya akan membantu kamu untuk bisa berjumpa dengan dokter ridwan, tapi kamu harus hati-hati karena dia sangat sensitif bahkan, jika ada seseorang yang menatap wajahnya dia langsung berkata kasar lalu pergi begitu saja, bahkan dokter lain pernah ada yang bertengkar dengannya. Saya rasa dia memiliki gangguan mental, tetapi karena dia seorang dokter, dia juga pintar menyembunyikan gangguan mentalnya sendiri, maaf kalau saya kasar tetapi berita ini memang benar adanya, dan itu diberitahu oleh dokter zein temannya sendiri bukan karangan cerita dari saya." jawab suster tersebut, dan memberitahu pada zeira tentang gangguan mental yang ridwan miliki.

"Iya suster tidak apa-apa, terima kasih atas peringatannya. Kalau gitu, saya pamit dan suster jangan lupa mengabari saya jika bertemu dengan dokter ridwan." ucap zeira lalu pergi keluar dari rumah sakit.

"Iya, baiklah saya akan mengabari anda." jawab suster tersebut.

***

Gangguan Mental? Apakah yang dikatakan suster itu benar, atau dia memang tidak menyukai ridwan kakak dari zeira karena tatapan seram yang di miliki ridwan. Apakah ini alasannya kak ridwan tidak ingin bertemu dengan zeira sampai waktu benar-benar menemukannya.

Zeira tidak akan langsung mempercayai berita yang tidak dia dengar sendiri dari dokter zein, dokter zein juga masih merahasiakan mengapa kak ridwan tidak ingin bertemu dengannya.

avataravatar
Next chapter