10 Benarkah dia orangnya?

"Kak Ridwan? Kamu kak ridwan kan?!" kaget zeira melihat dokter itu seperti kakak laki-lakinya yang menghilang selama 13 tahun.

"Huh, kamu kamu memanggil saya dengan nama ridwan?" bingung dokter itu.

***

"Mas gak kenal sama aku? apa dia udah lupa sama keluarganya sendiri bahkan sama adik perempuan satu-satunya pun dia tidak mengingatnya." bisik dalam hatinya, mengira kalau dokter zein adalah kakak kandungnya yang selama ini menghilang.

***

"Ah, gak dok maaf saya salah orang, saya kira dokter kakak laki-laki saya, soalnya tahi lalat dokter yang sama persis seperti punya kakak saya." jawab zeira sembari memberitahu detail letak tahi lalat yang di miliki dokter zein di belakang lehernya di garis rambut sama persis dengan yang dimiliki ridwan.

"Oh begitu, tidak apa-apa, oh ya nama saya itu bukan Ridwan tetapi Zein. kalau gitu mari saya periksa kaki kamu." ucap dokter zein sembari menunjukkan kalung kartu anggota dokter di rumah sakit swasta itu.

"Ehm, iya dok, silahkan." jawab zeira membiarkan dokter zein memeriksa kakinya lagi.

Setelah dokter zein selesai memeriksa dan mengolesi salep pada kakinya zeira, dia menyuruh zeira untuk tidak menggunakan kaki kirinya berjalan karena jika semakin dipaksa berjalan tulangnya akan bergeser.

Zeira yang mendengar peringatan dari dokter zein pun merasa panik karena kecerobohannya yang kedua kalinya, azka yang mendengar peringatan dari dokter zein pula merasa bersalah pada zeira karena azka yang menyebabkan zeira terjatuh dari kursi roda hingga membuat kaki zeira semakin parah.

"Zei, maafin aku ya, kalau aku gak jahil sama kamu kejadian ini gak akan terjadi." ucap azka meminta maaf atas perbuatannya.

"Enggak apa-apa azka, ini kesalahan aku sendiri aku juga ceroboh ngapain aku kabur dari kamu." jawab zeira menyalahkan dirinya sendiri.

"Oh jadi tadi pas kamu terjatuh itu, karena kalian lagi bermain kejar-kejaran?" sambung dokter zein sembari membalut perban yang baru setelah selesai memberi salep pada kaki zeira.

"Iya dok, ini juga kesalahan saya, karena saya yang mengajak zeira untuk bermain kejar-kejaran itu." jawab azka masih menyalahkan dirinya juga.

"Sudah-sudah ini kesalahan kalian berdua, jadi sekarang kalian harus saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain agar kejadian tadi tidak terulang lagi ya, paham?" ucap dokter zein tidak ingin ada keributan lagi.

"Iya dok, terima kasih dan maaf juga ya dok, karena kecerobohan saya tadi." jawab zeira meminta maaf pada zein karena dia telah menabrak zein dengan kursi rodanya.

"Enggak apa-apa, lain kali hati-hati karena rumah sakit itu bukan tempat bermain, jadi bersikaplah yang sopan, menghormati pasien yang lain, oke?" ucap dokter zein menasihati mereka berdua agar bisa saling menghormati pasien yang lainnya.

"Iya dok, kita janji gak akan ngelakuin hal itu lagi." ucap azka.

"Bagus, sekarang lebih baik kamu istirahat ya, kalau kamu gak bisa tidur pakai ini, ini gelang pemberian dari ibu saya untuk saya jika sulit tertidur." ucap dokter zein memberikan barang berharganya pada zeira.

Saat memakaikan gelang di pergelangan tangan zeira, zein merasakan sesuatu keanehan, seperti dia menemukan sesuatu yang telah hilang dan mulai mengisi kekosongan hatinya saat bertemu dengan zeira. Zeira juga merasa seperti anak kecil yang sangat bahagia karena seperti diberi perhatian oleh kakak kandungnya sendiri.

Zeira juga seperti menganggap, kalau dokter zein adalah kakak kandungnya yang selama ini menghilang karena penculikan 13 tahun yang lalu saat zeira masih berumur 6 tahun. ibunya zeira meninggal juga disebabkan karena terlalu sering merindukan kakaknya zeira yang diculik itu dan mengatasinya dengan cara meminum-minuman beralkohol supaya bisa merelakannya.

"Dok, saya rasa gelang ini sangat berharga bagi dokter." ucap zeira merasa tidak enak memakai gelang pemberian dokter zein.

"Iya gelang itu pemberian dari ibu saya ketika dia membuang saya ke panti asuhan. Hanya gelang itu yang bisa mengingatkan saya pada wajah ibu." jawab dokter zein dengan tersenyum meratapi nasibnya semasa kecil.

"Kalau begitu, jangan beri gelang ini pada saya, karena saya takut kalau gelang yang sangat berharga ini saya hilangkan." ucap zeira takut menghilangkan gelang pemberian itu.

"Saya berharap seperti itu, supaya saya tidak mengingat kejadian yang ibu saya lakukan terhadap saya semasa kecil." jawab dokter zein menginginkan hilangnya gelang itu dari pandangannya.

"Tapi kan dok-" ucap zeira terpotong.

"Sudah kamu pakai saja, kalau kamu tidak mau kamu bisa membuangnya, saya tidak membutuhkannya lagi, karena itu sangat menyakiti hidup saya." ucap dokter zein mulai mengingat kembali kejadian itu.

"Hm, saya akan jaga gelang ini, dan saya akan berjanji tidak menghilangkan gelang ini." jawab zeira ragu-ragu

"Terserah kamu, kalau gitu saya permisi, ada pasien lain yang membutuhkan saya." ucap dokter zein langsung membereskan peralatannya dan meninggalkan zeira dengan gelang itu.

"Iya dok, silahkan." jawab azka mempersilahkan dokter zein pergi.

Dokter zein pergi begitu saja, setelah memakaikan gelang berharganya pada zeira. Azka yang diantara bingung dengan zeira yang sepertinya mengenali dokter zein, tetapi di sisi lain sepertinya dokter zein benar-benar tidak mengenali zeira, azka pun memutuskan harus menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada zeira dan dokter zein.

"Zei, kamu kenal sama dokter zein tadi?" penasaran azka.

"Enggak, tapi sepertinya dia mirip banget sama kakak aku waktu hilang 13 tahun yang lalu, walaupun kak ridwan menghilangnya saat masih kecil, tapi aku masih ingat persis dengan tahi lalat yang berada tepat di bagian leher garis rambut belakangnya." jelas zeira tiba-tiba mengingat ridwan lagi.

"Terus kenapa kamu gak tanya nama ibunya dia? soalnya kan tadi dia juga sepintas bercerita tentang masa kecilnya yang ibunya menelantarkan dia di panti asuhan, siapa tau dia beneran kakak kamu." ucap azka menduga-duga.

"Ah, udahlah mungkin kebetulan aja mirip, lagian kalau misalkan benar dia kakak aku, pastinya dia juga lupa lah sama aku, karena kejadian itu udah lama banget." jawab zeira tidak ingin terlalu berharap.

"Tapi kan dia kasih gelang kesayangannya ke kamu, artinya mungkin dia kenal sama kamu atau udah ada ikatan batin antara kakak dan adik." ucap azka semakin percaya kalau dokter zein adalah kakak zeira yang menghilang 13 tahun yang lalu.

"Udah lah azka, jangan bikin aku semakin berharap kalau dia kakak aku!!" kesal zeira langsung mengeluarkan air matanya yang membuat azka melemah, dan terdiam.

"Eh, yaudah maaf, jangan nangis zei aku kan cuma penasaran aja." ucap azka melarang zeira untuk tidak menangis.

"Ya kamu, Nyebelin banget tau gak?!!" kesal zeira.

"Iya maaf, udah ya jangan nangis, gak ada balon soalnya, hahaha..." ledek azka.

"Ihh, nyebelin banget!!!" teriak zeira sembari memukul bahu azka yang lebar.

Tok...tok...tok...

"Misi, mau anter paket makanan dua porsi ayam bakar plus nasi. Mau di taruh di mana ya pak, bu?" ucap bara muncul tiba-tiba.

"Gila, kaget gue bar." kaget azka langsung memukul kepala bara.

"Ta-da, kita semua kumpul buat jenguk zeira." ucap bara memberi kejutan kedatangannya dengan teman basketnya yang lain.

"Wah, kompak sekali kalian, oh iya, ini yang bayarin makanannya azka kan?" ucap zeira tidak mau menghamburkan uangnya.

"Iya bu, ibu tenang saja, semua biaya di tanggung oleh pak azka, hahaha..." ledek bara.

"Lah kok jadi aku yang nanggung semuanya?" ucap azka tak terima.

"Kamu gak inget pas selesai olahraga, kita kan adu basket yang kalah traktir makan siang, nah berhubung kemarin-kemarin kita berantem dan sekarang aku juga di rumah sakit, jadinya traktir makan siangnya di ganti sekarang." jelas zeira.

"Ah, iya aku lupa, yaudah deh demi zeira apa aja aku kasih, hahaha..." ledek azka.

"Hati?" ceplos zeira.

"Mau hati, jantung, paru-paru, cinta sekali pun bakal aku kasih buat kamu." goda azka.

"Ah masa, gak yakin aku." ledek zeira

"Ekhem... kawan-kawan sekalian, sepertinya keberadaan kita di sini hanya menjadi nyamuk." sindir bara.

"Yang sabar bar, orang jomblo itu kudu banyak sabarnya." sindir satria.

"Di sini yang jomblo bukan gue doang ya, lo semua juga jomblo termasuk azka!" kesal bara.

"Iya in aja deh, biar gak ngambek. Hahaha..." sindir balik azka.

"Nanti gue tembak si fatma, jangan pada iri ya!" sindir bara.

"Yaelah bar, udah berapa tahun lo ngomong gitu tapi buktinya mana, fatma makin menjauh dari lo!!! Hahaha..." sambung reno.

"Iya karena menurut gue saat ini percintaan itu gak terlalu penting bagi gue, tapi lo pada liat suatu hari nanti gue pasti bisa dapetin hati fatma yang keras macam batu itu." pasrah bara.

"Iya deh iya, eh kalian udah pada makan belum?" tanya azka.

"Udah kok tenang aja, kita semua udah pada makan tadi di basecamp, udah lo sama zeira makan gih, keburu dingin ayam bakarnya nanti gak enak kalau udah dingin." jawab vito

"Iya, ini gue juga mau makan, udah laper banget dari tadi, sini zei aku bukain dulu." ucap azka sembari membukakan kotak makan zeira dan menyiapkan untuk zeira.

"Nih, makasih ya." jawab zeira sembari memberi kotak makannya.

"Hm, mulai lagi, udah dong jangan bikin jiwa jomblo gue meronta-ronta!!!" rengek bara.

"Iya maaf, hehe." jawab zeira.

Azka dan zeira menikmati makanan yang dibelikan oleh bara, zeira makan sangat lahap hingga membuat azka untuk memberikan sepotong ayam lagi untuk zeira karena azka melihat ayam zeira tinggal sedikit lagi, betapa kagumnya zeira pada azka yang lebih memperhatikan dirinya dari pada diri Azka sendiri, lelaki seperti ini lah yang zeira cari karena selalu bisa melakukan hal yang sederhana tetapi membuatnya bahagia karena kesederhanaan itu.

Setelah zeira dan azka selesai makan, dan azka mulai membereskan seluruh bekas makanannya, tiba-tiba ada yang mengunjungi zeira lagi, Azka pun segera pergi mengecek siapa yang datang, ternyata yang datang adalah fazam dengan kakaknya rizal, azka sangat terkejut melihat fazam yang bisa duduk di kursi roda setelah siuman, dia langsung memanggil zeira dan membiarkan fazam masuk ke dalam kamar inap zeira.

"Zeira, kamu ada tamu." ucap azka masih memberitahukan siapa yang datang.

"Kalian pulang gih, makasih atas kunjungannya." sambung azka menyuruh teman-temannya untuk pulang dan tidak ikut campur.

"Tapi, az-" ucap zeira terpotong.

"Udah ayo, kita pulang ya bro, kalau ada apa-apa telepon kita aja, zeira cepet sembuh ya biar azka bisa sekolah lagi." ucap vito sembari menarik yang lain untuk segera keluar dari kamar zeira.

"Iya, makasih ya kalian udah pada dateng jenguk zeira." jawab azka.

"Siapa sih tamunya, dokter zein? kenapa harus nyuruh temen-temen kamu pulang!" kesal zeira karena azka masih belum memberitahunya.

"Bukan, tamu yang didepan itu adalah seseorang yang kamu tungguin tanda-tanda kehidupan nya dari tadi." jawab azka langsung mempersilahkan fazam masuk dalam ruangan zeira.

Sontak zeira pun teriak setelah melihat fazam yang ternyata sudah siuman,

"FAZAM!! Aduhh...!!" teriak zeira ingin turun dari kasurnya tapi baru teringat pesan dari dokter zein yang tidak boleh memaksa menggerakkan kaki kirinya untuk sementara waktu.

"Kamu mau kemana, udah diem di situ gak usah turun, lagian aku nyamperin kamu, udah kamu diem aja." lirih fazam yang masih pelan-pelan berbicara.

"Aku senang banget kamu udah sadar," ucap zeira sangat senang melihat fazam yang

"Kak rizal, kenapa gak telepon aku?" kesal zeira tak di beritahu.

"Ponsel kamu mati, dari tadi gak bisa dihubungi." singkat kak rizal.

"Oh iya aku lupa, aku matiin ponselnya, maafin zeira ya kak." ucap zeira tersenyum malu-malu.

"Iya gak apa-apa, yang penting kakak udah bawain fazam ke kamu." jawab rizal dengan sangat santai.

"Makasih kak," ucap zeira.

"Bang, bisa tinggalin gue sebentar gak?" ucap fazam ingin rizal menjauh darinya untuk fazam bisa berbicara dengan zeira dan azka.

"Yaudah gue tunggu di luar, kalau udah selesai panggil aja." jawab rizal langsung keluar kamar seperti yang diperintahkan fazam.

"Iya bang, makasih." ucap fazam.

"Hm, kenapa ada azka di sini?" tanya fazam.

"Dia nemenin aku di sini, dan dia juga udah nolongin kita." jelas zeira.

"Oh gitu, thanks ya azka, dan maaf atas perlakuan gue yang kasar sama lo waktu itu." ucap fazam meminta maaf atas kesalahannya.

"Santai aja bro, sesama manusia itu harus saling tolong menolong." jawab azka sangat santai.

"Huh? kalian berantem lagi?" kaget zeira.

"Enggak zei, cuma berdebat sedikit aja gak sampai berantem kok." elak fazam.

"Serius zam, gak sampai pukul-pukulan lagi kan? emangnya ada masalah apa lagi sih?" penasaran zeira.

"Ada deh, ini urusan cowok, kamu gak perlu tau." sambung azka masih merahasiakan pertengkarannya dengan fazam.

"Ck!!" sinis zeira menatap tajam azka.

"Badan kamu gimana, ada yang luka gak zei?" elak fazam mengalihkan pembicaraan.

"Ada, nih kaki aku keseleo udah gitu jatuh lagi, gara-gara azka main kejar-kejaran." jawab zeira sembari memegang kaki kirinya.

"Tapi sekarang gimana, udah di obatin kan?" ucap fazam khawatir.

"Udah kok, sama dokter zein. Karena aku juga gak sengaja nabrak dia, untung aja dia gak marah sama aku." jawab zeira.

"Makanya lain kali hati-hati, jangan kayak gitu, liat aku gimana sama kecerobohan kamu tadi pagi?" ucap fazam yang tidak sengaja keceplosan dengan kejadian pagi tadi.

"Iya aku ingat, maaf zam dan makasih kalau kamu gak dorong aku ya bisa jadi hari ini aku meninggal. Aku juga panik, takut, khawatir banget sama kamu, pas kamu terpental sampai bercucuran darah di jalan." jawab zeira menyesali perbuatannya.

"Udah, gak usah di bahas yang bagian itu." ucap fazam mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa kamu ke sini zam, kan kamu baru siuman?!" tanya zeira.

"Aku cuma mau pastiin kalau keadaan kamu baik-baik aja, kalau aku udah tau kamu baik ya aku balik lagi ke kamar aku." jawab pelan fazam.

"Aku udah baikan kok, besok juga kata dokter zein aku udah bisa pulang." ucap zeira tidak mau membuat fazam khawatir padanya.

"Kapan dokter zein bilang kayak gitu? Kamu kan masih harus di sini selama semingguan lebih." ceplos azka.

"Sssttt, mulut kamu bisa diem gak?!!" sinis zeira menatap azka.

"Ini yang bener yang mana? besok pulang atau masih di sini semingguan lebih?" ucap fazam tersenyum melihat tingkah azka dan zeira.

"Besok pulang kok, iya pulang, si azka jangan di percaya dia rada-rada tuli."

"Enak aja, aku denger sendiri apa yang dokter zein bilang ke kamu untuk istirahat total, dan jangan banyak gerakin kaki kiri kamu dulu."

"Aduh... iya-iya azka bener, aku masih harus di sini selama semingguan lebih, dan masih belum boleh menggerakkan paksa kaki kiri aku. Puas Kamu!" jelas zeira mengaku pada fazam sembari menatap tajam pada azka.

"Puas banget, hahaha..." ucap azka sangat puas.

"Hm, yaudah deh kalau gitu aku balik ke kamar aku lagi ya, kepala aku mulai pusing lagi." sambung fazam yang mulai merasakan sakit di kepalanya.

"Iya zam, jangan lupa makan terus minum obatnya." jawab zeira mengingatkan fazam.

"Iya zei, Azka tolong bawa gue ke abang gue." ucap fazam meminta tolong pada azka untuk memanggilkan rizal.

"Ayo, bentar ya zei." ucap azka mendorong kursi roda fazam.

"Iya azka," jawab zeira.

Azka membawakan fazam pada rizal, tetapi saat sudah di luar pintu kamar zeira, fazam memberhentikan azka dan meminta sesuatu pada azka untuk zeira.

"Tunggu azka, gue mau bicara sesuatu sama lo." ucap fazam memberhentikan azka sebelum terlihat oleh rizal yang sedang duduk meminum kopi di koridor depan.

"Tentang apa?" tanya azka.

"Kalau misalnya zeira gak maafin gue, gue minta tolong sama lo, bujuk zeira buat maafin gue, gue tau gue emang salah banget sama dia, tapi gue juga butuh kasih sayang dan perhatian dari dia, sekarang gue cuma butuh maaf dari dia." jelas fazam.

"Kalau soal itu, lo gak perlu khawatir. Karena zeira udah maafin lo, walaupun dia masih bersikap gak peduli sama lo dan gak mau nerima lo lagi, tapi hati dia masih ada buat lo, itu yang gue tau dari zeira sendiri." jelas azka.

Fazam tidak bisa berkata apapun lagi, setelah mendengar penjelasan dari azka yang sangat tulus tentang zeira padanya. Azka pun setelah menjelaskan apa yang ia dengar sendiri dari mulut zeira, pada saat zeira sangat ketakutan untuk kehilangan fazam yang kedua kalinya. Dia langsung membawa fazam pada kakaknya, fazam kembali ke kamarnya sedangkan azka kembali menemani zeira.

Tetapi saat azka ingin kembali ke kamar zeira, dia melihat dokter zein yang berdiri didepan pintu kamar zeira, dengan bergumam sendiri membicarakan zeira seperti *Apakah dia orangnya? atau aku salah orang lagi* mendengar hal itu, azka sangat panik sehingga membuatnya untuk mengagetkan dokter zein dari belakang.

"Dokter?" ucap azka mengejutkan dokter zein.

"Astaga azka," kaget dokter zein sembari memegang dadanya.

"Maaf dokter, dokter sedang apa di depan pintu kamar zeira? Mengapa tidak masuk ke dalam?" tanya azka penasaran.

"Ah, hm... ini saya hanya sedang berkeliling ruangan pasien-pasien, untuk memastikan kalau pasien tidak ada yang terluka dan membutuh bantuan lagi sebelum jam pulang saya tiba." jawab dokter zein.

"Zeira kakinya udah gak terlalu parah, dia juga udah makan dan minum obat dari dokter, pasti sekarang dia lagi tidur." ucap azka yang tidak melihat kalau zeira masih bermain ponselnya.

"Hm begitu, ya sudah kalau gitu saya permisi dulu." jawab dokter zein langsung meninggalkan azka.

***

"Aku kira kamu udah tidur, ternyata masih main ponsel." ucap azka membuka pintu kamar.

"Memangnya ada apa?" tanya zeira bingung.

"Enggak ada apa-apa sih, cuma hm...-" jawab azka terpotong oleh zeira.

"Cuma apa sih, jangan bikin aku penasaran." ucap zeira mulai kesal dengan azka lagi.

"Dokter zein tadi berdiri di depan pintu kamar kamu, sebelum aku balik lagi ke sini, dan aku juga dengar dia berbicara sesuatu yang bikin aku penasaran sama dia." jelas azka.

"Huh? Dia bicara apa?" tanya zeira semakin bingung dengan ucapan azka.

"Dia bilang seperti ini, *apakah dia orangnya, atau aku salah orang lagi?* begitu sambil menatap matanya ke arah kamu." jelas azka malah membuat zeira takut dengan penjelasannya.

"Kok aku jadi takut sama dokter zein, pas kamu bilang begitu, apa kita pulang aja ya?" panik zeira.

"Gak! jangan pulang, kamu masih belum sembuh, lagian kan ada aku gak usah takut." ucap azka menenangkan zeira.

"Tapi kalau dia berbuat macam-macam sama aku pas kamu lagi gak ada di sini gimana? ah seharusnya aku gak nerima gelang yang dia kasih ke aku, kalau kayak gini aku makin takut sama dia." panik zeira mulai berburuk sangka.

"Udah ah, jangan buruk sangka, aku mungkin salah denger juga, mana ponsel kamu, sekarang waktunya untuk istirahat tidur." ucap azka mengalihkan pembicaraannya dan meminta zeira untuk berhenti memainkan ponselnya.

"Hm, nih." pasrah zeira sembari memberikan ponselnya pada azka dan mulai menidurkan badannya.

Zeira mulai menutup matanya, azka mulai mematikan seluruh lampu kamar, dan azka tidur di sofa kamar zeira. Tetapi saat azka mengira zeira sudah tertidur, ternyata zeira masih terbayang-bayang dengan ucapan azka yang sangat yakin jika dokter zein ingin berbuat sesuatu yang buruk terhadap dirinya.

"Aku tetap harus hati-hati kalau apa yang di omongin azka benar terjadi, dokter zein juga dia memang orang yang sedikit agak aneh, setelah memberikan gelang yang sangat berharganya padaku." ucap zeira dalam batinnya.

*****

avataravatar
Next chapter