7 BAHAYA MENGANCAM!!!

"Bar, mana yang lain?" ucap azka setibanya bara di persimpangan jalan.

"Mereka dalam perjalanan ke sana katanya, si tito juga nekat langsung ke sana sendirian." jawab bara.

"Pasti tito khawatir banget sama arin, gue juga masih heran kenapa arin gak nelpon si tito aja ya, apa tito masih belum nembak si arin?" bingung azka.

"Lo tau sendiri tito itu anaknya pemalu, dan dia juga takut kalau si arin gak suka sama dia, terlebih lagi tito itu paling takut sama yang namanya penolakan makanya dia masih mikir-mikir buat nembak si arin." jelas bara mengingatkan lagi pada azka

"Oh oke, yaudah kalau gitu kita juga harus cepet-cepet ke sana, bokapnya arin udah mulai gila lagi setelah beberapa bulan yang lalu, empat kali mau ngejual anaknya sendiri, ini pasti gara-gara dia main judi lagi, dan arin jadi taruhannya." jawab azka langsung mengingat kejadian tentang arin dan orang tuanya beberapa bulan yang lalu.

"Bukannya bokapnya udah janji sama dia, dan nyokapnya kalau gak akan ngelakuin judi lagi?" tanya bara bingung.

"Ah, gak bisa di percaya bokapnya tuh, orang kalau udah gila judi gak akan bisa berhenti, ayo lo bawa motor yang cepet." jawab azka langsung menyuruh bara mengendarai dengan kecepatan penuh

"Oke-oke lo pegangan, gue mau ngebut nih." ucap bara mengikuti perintah azka.

****

Setibanya teman-teman basket azka di lokasi yang diberikan arin lebih dulu, mereka semua juga sudah menunggu azka dan bara sedari tadi, karena lokasi yang diberikan arin masih kurang jelas dan masih belum mengetahui lokasi arin yang sebenarnya, jadi mereka menunggu azka untuk rencana selanjutnya.

Reno, Tito, Vito, Arya, Angga, Satria, Revan, dan Surya, masih menunggu kedatangan Azka dan Bara, Tito yang tidak sabar dan sangat ingin mencari arin secepatnya pun tidak mempedulikan azka yang telat datang, dia langsung pergi sendiri menelusuri seluruh tempat, reno dan angga mengikuti tito pergi, sedangkan yang lain masih menunggu azka dan bara.

"Si tito mentang-mentang khawatir sama si arin, seenaknya main nyari sendiri gak nungguin azka sama bara, kalau bukan azka yang ngasih kabar tentang arin si tito gak bakalan tau kalau arin dalam bahaya." sindir satria.

"Woi sat, lo jangan bicara sembarangan kayak gitu, lo gak tau apa-apa tentang tito sama arin." kesal revan yang lebih tau tentang tito.

"Gue juga tau, si tito itu suka banget sama si arin tapi arin sukanya sama azka, dan sedangkan azka lebih suka sama zeira, gue juga kesel kalau dia beneran suka sama arin kenapa gak tembak si arin aja, payah banget jadi cowok." ucap satria.

"Lo sekali lagi ngomong kayak gitu, gue gampar ya sat!!" kesal surya tiba-tiba yang tidak terima azka di bawa-bawa.

"Astaga, kita bersepuluh ini berteman ya, jangan saling ejek deh, nanti tim kita bisa pecah, dan gue gak mau kalau tim basket kita pecah, ayo baikan!" ucap vito menjadi penengah diantara teman-temannya yang sedang adu mulut.

"Sorry, semua." ucap satria langsung meminta maaf atas kesalahannya dan menyalami tangan revan.

"Gue juga minta maaf," jawab revan membalas jabat tangan permintaan maaf satria.

"Nah kalau gini kan jadi enak di pandangnya, udah ya jangan ribut-ribut lagi, tuh si azka sama bara udah sampai." ucap arya melihat kedatangan azka dan bara

"Eh iya tuh azka sama bara, bro lama banget kita udah nungguin dari tadi." jelas surya.

"Ada kendala di jalan, oh iya kok ini cuma lima orang doang, si tito reno sama angga kemana mereka?" ucap azka mencari-cari tiga temannya yang tidak ada di tempat

"Si tito khawatir banget sama arin makanya dia nyari duluan tanpa nunggu lo berdua, kalau angga sama reno mereka ngikut tito nemenin dia takut dalam bahaya juga kan." jawab vito.

"Yaudah kalau kayak gitu kita mencar juga ya, biar cepet ketemu si arin nya." ucap azka langsung memerintahkan untuk berpencar supaya cepat menemukan arin.

"AZKA, GUE BARENG SAMA LO!!" tiba-tiba teriak tito dari kejauhan.

Seketika tito, angga, dan reno kembali lagi ke tempat pertemuan, karena masih belum bisa menemukan arin

"Eh, gue kira lo udah nyariin arin duluan." ucap azka.

"Tadi udah tapi gue masih belum bisa nemuin dia, makanya gue balik lagi ke sini." jawab tito memilih kembali ke tempat pertemuan.

"Kan gue udah bilang jangan gegabah tito!! kita cari bareng-bareng, kalau nyari sendiri-sendiri lo gak akan cepet nemu si arin." sindir satria.

"Iya maaf, tadi gue bener-bener khawatir banget sama arin." ucap tito meminta maaf atas sikapnya yang gegabah.

"Udah-udah jangan adu mulut, lebih baik kita langsung mencar nyari arin, gue bara sama tito ke sebelah sana, satria angga sama revan ke gang yang sempit itu siapa tau dia ada di sana dan ngumpet di sana dan reno surya arya sama vito ke depan jalan sana tapi lebih fokus ke pinggirannya ya takutnya dia ngumpet di jalan juga. Semua paham kan? kalau udah paham lebih baik kita langsung mencar aja ya." ucap azka.

"Yaudah kita semua pisah semua dah, dan tetap stay ponselnya langsung saling kabarin kalau ketemu arin." sambung bara.

Mereka semua saling berpencar, azka bara dan tito mencari di gudang kosong, bagian satria angga dan revan mencari di gang sempit, sedangkan reno vito surya dan arya pun mencari di bagian jalan. Semua orang benar-benar sangat panik, azka mencoba berkali-kali menelpon arin tetapi tidak di angkat, tito yang semakin khawatir pun dia juga mulai meneriaki nama arin.

"Sabar tito, jangan teriak-teriak kayak gitu nanti yang ada arin panik dan dia kira itu suara orang-orang yang mau nangkep dia." ucap bara

"Tapi gue khawatir banget bar, gue takut arin kenapa-napa." jawab tito.

"Kita tau lo khawatir tapi setidaknya jangan gegabah ya, nanti makin sulit nyari arin nya." bisik azka.

Hiks... hiks... hikss... tolong... tolong saya... tolong...

"Kalian denger suara itu gak?" tanya azka yang tiba-tiba mendengar seseorang menangis dan minta tolong.

"Suara apa az, gue gak denger apa-apa tuh, bar lu denger suara yang di bilang azka?" jawab tito yang tidak mendengar suara tersebut dan ia lanjut menanyakan pada bara.

"Enggak, gue juga gak denger suara apa-apa." jawab bara sama-sama tidak mendengar suara apapun.

"Yaudah deh kalau gitu kalian tunggu di sini, biar gue yang ngecek ke sebelah sana." ucap azka yang memberanikan dirinya untuk mengecek di balik runtuhan gudang.

"Oke," jawab bersamaan bara dan tito.

Semakin jelas suara tangisnya membuat azka semakin ingin mencari tahu dibalik reruntuhan itu, dia berharap itu adalah suara dari arin, kasihan arin selalu menderita karena ayahnya yang suka berjudi.

"Arin? Bara Tito!! Arin ketemu!!" ucap azka langsung memanggil bara dan tito untuk menghampirinya.

"Azka, hiks... hiks..." jawab arin langsung berdiri dan memeluk azka.

"Tenang, arin gue ada di sini, gua gak ingkar janji, gue bakal lindungin lo dari mereka." ucap azka menenangkan arin dan membalas pelukan arin.

Bara dan Tito pun langsung menghampiri azka dan arin, saat arin dan azka berpelukan seketika itu tito langsung pergi keluar dari gudang, karena dia tidak kuat melihat azka dan arin berpelukan.

"Eh, lo mau kemana to?" ucap bara baru saja melangkahkan kaki menuju azka tetapi tiba-tiba tito melihat pemandangan yang membuatnya sakit hati.

"Arin udah ketemu, gue langsung keluar aja ya." jawab tito pasrah melihat arin yang memeluk azka dan menangis di pelukan azka.

"Eh jangan gitu lah, samperin dia dulu biar dia tau lo juga nyariin dia." ucap bara menahan tito dengan memegang tangannya

"Enggak usah, udah lo aja yang ke sana, gue keluar dulu." jawab tito melepaskan tangan bara.

"Yaelah tito-tito, ketauan banget cemburuan!" gumam bara langsung menghampiri azka.

"Tito mana?" tanya azka pelan.

"Dia keluar tuh, gara-gara liat ini." jawab bara sembari memberi isyarat kalau tito melihat azka dan arin berpelukan.

"Rin dengerin gue, di sini udah ada gue bara tito reno sama anak-anak basket yang lain, lu gak usah khawatir kita semua ada di sini." jelas azka menenangkan arin dan pelan-pelan melepaskan pelukan dari arin.

"Ayah az, dia masih ngelakuin hal sama, dia masih belum berubah, hiks...hiks...hiks..." ucap arin.

"Iya kita tau, ayah lo masih kayak dulu, kan gue juga udah bilang kenapa lo sama nyokap lo pergi dari tempat itu, kenapa gak cari tempat lain? Di keluarga lo kan yang kerja cuma nyokap lo rin!" jawab azka.

"Mamah aku ternyata di sekap sama ayah di kamar, samar-samar aku dengar pembicaraan ayah sama preman itu, hiks...hiks..." jelas arin yang baru mengetahui ibunya di sekap oleh ayahnya di kamar.

"Astaga, parah banget bokap lo rin." ucap bara kaget mendengar penjelasan dari arin

"Lo jangan ngomong sembarangan bar, jaga mulut lo!!" bisik azka sembari memukul kepala bara.

"Ayah memang udah keterlaluan, kalian bisa gak bantuin aku buat masukin ayah ke penjara, aku udah gak kuat lagi." ucap arin ingin memasukan ayahnya dalam penjara.

"Kita semua bantu lo kok, tenang aja sesuai janji gue bakal bantu lo dan jagain lo." jawab azka.

"Makasih ya azka, kamu emang gak ada berubahnya tetap jadi laki-laki yang bertanggung jawab sesuai ucapan kamu sendiri." ucap arin masih mengagumi azka.

"Ah udah arin, lebih baik kita keluar dari sini, dan bareng-bareng ke kantor polisi." jawab azka.

"Ayo, arin lo bisa jalankan?" tanya bara.

"Bisa kok, cuma agak sakit sedikit kaki kiri karena tadi lari-larian sama preman." jawab arin.

"Yaudah ayo jalan," ucap azka.

Syukur suara tangisan itu berasal dari suara arin, mereka tidak perlu bersusah payah untuk mencari arin kemanapun, sedangkan tito dia memendam kekesalannya saat melihat azka dan arin berpelukan, ini juga memang kesalahan tito dia sangat menyukai arin tetapi tidak berani mengungkapkan cintanya.

Saat mereka semua berkumpul untuk pergi ke kantor polisi tiba-tiba dari arah gang sempit itu datang segerombolan preman yang di duga adalah teman-teman dari ayahnya arin, dan nampaknya pun ayah arin ada di belakang salah satu preman itu. Azka menyuruh yang lain untuk berjaga-jaga dan tetap santai, tidak boleh ada yang ceroboh, karena dulu pernah ada yang terluka hanya karena kecerobohan dari salah satu teman azka.

"Dengerin gue jangan ada yang ceroboh, harus tetap stay cool, gue gak mau kalian terluka sedikitpun dan kita harus lindungin arin, kalau semua terluka nanti arin lepas lagi dari genggaman kita, paham!" ucap azka memperingati teman-temannya.

"Oke az," serentak yang lain menjawab.

"Azka, aku harus gimana? aku takut banget sama ayah." bisik arin yang bersembunyi di badan azka yang tinggi.

"Lo yang tenang, gak usah panik kita semua jago bela diri, jadi jangan takut gue bisa lindungin lo dan yang lain bisa tarung sama preman-preman itu." ucap azka sembari megang tangan arin dari belakang.

"Oke aku akan tetap tenang." jawab arin setelah di pegang tangannya oleh azka.

***

"Arin ke sini kamu!! ngapain kamu sama mereka." teriak Bayu adalah ayah arin.

"Enggak!! Ayah masih belum berubah, ayah tetap mau menjual aku sama temen-temen ayah yang gak jelas itu!!" teriak arin menolak perintah ayahnya.

"Oh kamu udah bisa bantah ayah ya, jangan sampai ayah ke sana narik kamu dengan cara yang kasar!!" ancam bayu.

"Terserah ayah, aku gak peduli sama ancaman ayah!!" teriak arin.

"Kurang ajar, ambil dia bawa ke hadapan gue, gue tunggu di dalem." perintah bayu pada preman-preman itu.

"Siap-siap yang lain mereka maju, hati-hati jangan sampai terluka." teriak azka menggerakkan teman-temannya.

Azka kabur membawa arin menjauh saat ayahnya ke dalam, dan yang lain saling mengeroyok, tito yang marah akhirnya meluapkan kemarahannya pada para preman itu, untung saja jumlah para preman itu tidak banyak, jadi mereka bisa menyelesaikan dengan cepat dan pergi dari tempat itu.

"Mereka enggak akan kenapa-napa kan kalau kita tinggalkan?" panik arin.

"Jumlah preman itu sedikit dari kita, jadi santai aja gue percaya sama mereka kalau mereka bisa menjaga diri mereka dan berhasil tarung sama preman-preman itu." ucap azka sembari berlari.

"Yaudah deh, semoga mereka gak kenapa-napa." gumam arin.

Bara, Reno, Tito, Vito, Surya, Angga, Arya, Satria, dan Revan langsung kabur dari sana karena telah menghabisi para preman itu, Bara dan Tito menjemput Arin dan Azka yang sedang berlarian, dan yang lain membantu azka untuk menyelamatkan Natalia selaku ibu dari Arin.

"Woi azka ayo cepet naik, rin lo naik di motornya tito, cepet!!" teriak bara dari kejauhan.

"Oh oke, cepet rin lo naik dulu." ucap azka masih menunggu arin naik dari motor tito.

Mereka semua berhasil kabur dari lokasi itu, azka memerintahkan tito untuk membawa arin ke basecamp mereka, sedang sisanya mengikuti azka untuk menyelamatkan ibu arin.

"Tito, kenapa kita beda arah sama azka, kamu mau bawa aku kemana?" panik arin yang tiba-tiba berbeda arah dengan azka.

"Ini perintah azka, dia nyuruh aku buat bawa kamu ke basecamp sedangkan yang lain selamatkan mamah kamu dulu, azka takut kamu selamat tapi ibu kamu gak." jawab tito dengan nada datarnya.

"Kalau gitu, aku juga mau bawa mamah keluar dari penjara rumah itu." ucap arin yang tiba-tiba ingin kembali ke rumahnya.

"Enggak bisa rin, nanti makin repot kalau kamu ketangkep sama ayah kamu, lagian azka gak sendiri mereka bareng-bareng sama yang lain." jawab tito masih dengan kesabarannya.

"Tapi aku khawatir, tangan azka kan masih patah." ucap arin masih menghawatirkan azka.

"Udah deh rin gak usah khawatir, azka bisa jaga dirinya sendiri!! kenapa sih kamu itu selalu aja peduli sama azka, nyebelin banget!" kesal tito pada arin yang masih mempedulikan azka terus-menerus.

Setelah mendengar kemarahan tito, arin pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena menurut arin kalau tito sudah mulai marah dia pasti lebih menyeramkan dari ayahnya. Sesampainya di basecamp mereka di basecamp, tito menyuruh mba narti selaku pemilik warung serba ada untuk membuat arin teh hangat, karena sedari tadi arin hanya diam tak berbicara setelah tito meluapkan emosinya.

"Turun, kita udah sampai di basecamp." ucap tito dengan nada kesalnya.

"Oh oke, tunggu aku turun dulu." jawab arin langsung turun dari motor tito.

"Gue mau ambil jaket di dalem, lo tunggu di sini aja duduk yang manis diem dan jangan kemana-mana, jangan nyusahin gue!" sinis tito langsung pergi mengambil jaketnya.

"Iya, aku diem di sini." jawab arin yang masih tidak berani menatap mata tito.

*****

"Mba, tolong buatin teh hangat satu buat cewek itu, saya ke dalem dulu mau ambil jaket." ucap tito.

"Oh iya, mba tadi naro jaket kamu di gantungan belakang pintu." jawab mba narti telah memindahkan jaket tito di belakang pintu.

"Makasih mba, yaudah saya ambil dulu ya." ucap tito tidak lupa berterima kasih pada mba narti.

"Iya tito, sama-sama." jawab mba narti.

*****

"Permisi mba," ucap mba narti mengagetkan arin yang duduk melamun.

"Eh, hm, ada apa ya mba?" kaget arin.

"Ini teh hangatnya, di minum ya mumpung masih hangat." ucap mba narti sembari

menaruh teh hangat di sebelah arin.

"Tapi kan saya-" jawab arin belum selesai berbicara sudah dipotong oleh tito dari dalam.

"Gue yang beliin buat lo, udah gak usah banyak omong di minum sekarang!" Selak tito memaksa arin untuk meminum teh hangat yang dibuat oleh mba narti.

"O-oke, aku minum tehnya, makasih ya mba." gugup arin tidak lupa berterima kasih pada mba narti.

"Iya mba, sama-sama." ucap mba narti langsung kembali ke warungnya.

"Ganti baju lo, habis itu pakai jaket gue biar gak kedinginan." perintah tito memberi jaket dan kaosnya untuk menjadi pakaian pengganti arin yang basah.

"Enggak usah tito, makasih." ucap arin sembari tangannya menolak jaket dan kaos dari tito.

"Tapi baju lo basah banget itu, gue gak mau lo masuk angin, udah deh jangan bantah gue, gue gak suka dibantah!" jawab tito tiba-tiba langsung memarahi arin lagi karena arin yang tidak ingin ganti baju.

"Yaudah iya, aku ganti baju." pasrah arin langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Di kamar mandi ya dari pintu masuk lurus terus belok kiri." ucap tito.

"Iya tito," jawab arin langsung pergi ke dalam basecamp.

10 menit kemudian

Arin sudah selesai mengganti bajunya dan ia lari langsung keluar dari basecamp, karena melihat ibunya yaitu natalia berdiri menunggu arin keluar.

"MAMAH!!" teriak arin sembari berlari keluar dengan kaki yang masih terluka.

"ARIN!!" teriak juga natalia langsung menghampiri arin dan memeluknya.

"Mamah maafin arin, arin gak tau kalau mamah disekap sama ayah di kamar." ucap arin yang tidak tahu kalau natalia disekap oleh bayu.

"Mamah yang minta maaf sama kamu, karena mamah masih mau memaafkan ayah kamu yang gak bisa di percaya itu, coba aja mamah dengerin kata-kata temen-temen kamu itu, kamu gak akan mengalami kejadian yang terulang seperti ini lagi." ucap natalia menyesal.

"Terus, sekarang kita harus gimana mah?" tanya arin yang masih memeluk mamahnya itu.

"Mamah mau bercerai sama ayah kamu, maafin mamah ya nak, kamu harus merasakan perceraian orang tua." jawab natalia memutuskan untuk bercerai dari suaminya bayu.

"Enggak apa-apa mah, aku lega kalau mamah mau bercerai sama ayah, aku juga udah gak kuat kalau harus tinggal satu rumah lagi sama ayah, aku takut aku di jual lagi sama ayah." ucap arin yang lega kalau ibunya ingin bercerai.

"Maaf tante memutuskan pembicaraan, sekarang tante sama arin kita antar ke tempat saudara tante ya? sudah malam juga, tante sama arin juga pasti sudah lelah." ucap azka tidak ingin membuang-buang waktu.

"Makasih ya azka, kamu benar-benar anak yang baik, dan kalian yang sudah menyelamatkan arin juga tante sangatlah berterima kasih, karena arin masih memiliki teman-teman yang baik seperti kalian semua." ucap natalia tidak lupa berterima kasih pada azka dan teman-teman yang lain.

"Iya tante sama-sama." serentak semua menjawab.

Azka langsung memerintahkan yang lain untuk menemani arin dan ibunya pergi ke tempat saudara mereka, sedangkan azka harus pulang ke rumah karena tidak ingin membuat azkia khawatir.

"Lo mau kemana azka?" ucap surya tiba-tiba melihat azka memberhentikan taksi.

"Gue cabut duluan, kia di rumah sendirian gue khawatir sama kia, lagian arin sama mamahnya juga udah selamat, kalian antar aja mereka berdua, gue cabut duluan ya." jawab azka langsung masuk ke dalam taksi itu.

"Yaudah deh, hati-hati di jalan bro." ucap bara dan surya.

"Oke," jawab azka dari dalam taksi.

Setelah kejadian malam ini, azka bersyukur masih memiliki orang tua yang harmonis dan akur, azka juga sangat bersyukur memiliki adik yang sayang padanya.

Zeira menghawatirkan keadaan azka, dia pun mengambil ponselnya yang sedang dicas, langsung menelpon azka.

"Halo zeira, ada apa?" ucap azka sembari merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Hm, gimana keadaan kamu?" tanya zeira penasaran.

"Aku baik-baik aja, arin dan mamahnya juga udah kita selamatkan dan sekarang yang lain lagi nganterin arin dan mamahnya pulang ke tempat saudaranya." jawab azka menjelaskan kejadian tadi.

"Syukur deh kalau kalian semua baik-baik aja, aku khawatir banget kalau kamu kenapa-napa lagi kayak waktu itu." ucap zeira yang masih trauma melihat azka dengan wajah dan tangan yang terluka.

"Cie, kamu khawatir banget sama aku..." ledek azka.

"Ya gimana gak khawatir, kamu kan masih dalam masa penyembuhan!!" bisik zeira yang gugup memperlihatkan kekhawatirannya.

"Makasih ya, kamu udah mau khawatirin aku." ucap azka dengan deep voicenya dan mode seriusnya.

"Ah, azka udah dong aku jadi malu tau." jawab zeira malu-malu mendengar deep voice dan mode serius dari azka.

"Hahaha... baru kali ini denger seorang zeira malu-malu, hahaha...!!" ucap azka tertawa puas.

"Ya udah lah, kamu istirahat aja udah malem lagian, aku juga udah ngantuk, aku nelpon kamu karena itu aja, udah ya aku tutup teleponnya." jawab zeira mengelak.

"Ih jangan dulu lah, aku kan masih pengen dengar suara kamu, jangan tidur dulu." ucap azka menahan zeira untuk menutup teleponnya.

"Ih pulsa aku tinggal dikit, udah ya!!" ucap zeira tetap memaksa untuk menutup teleponnya karena malu.

"Yah, yaudah deh iya, tidur yang nyenyak tuan putri." pasrah azka.

"Hm, kamu juga." jawab zeira langsung mematikan teleponnya.

Kalau bukan karena azka yang meledek zeira duluan, zeira tidak akan menutup teleponnya dan masih ingin berkomunikasi dengan azka. Semakin lama zeira semakin bisa melupakan fazam yang sudah meninggalkannya dan lebih memilih selingkuhannya itu, zeira juga semakin bisa lebih baik dan bisa tersenyum kembali setelah bertemu dengan azka, azka benar-benar lelaki yang sangat sweet dan bertanggung jawab, baru kali ini zeira merasakan tidak kesepian setelah kepergian ibunya.

avataravatar
Next chapter