19 Apakah ini Nyata?

"Coba kamu cerita kan apa yang kamu rasakan tadi?" tanya paman adi.

"Hati aku mulai sedikit lebih tenang, dan aku juga merasa kalau aku sudah bertemu dengan kakak kandung ku." jawab zeira membuat yang lain menjadi linglung dengan perkataan zeira.

Dokter zein menanyakan apa yang di maksud zeira, "Maksud kamu apa zei, kamu udah ketemu sama kakak kandung kamu?" tanya dokter zein sedikit gemetaran.

"Dokter gak mau mengaku, tentang jati diri dokter yang sebenarnya?" tanya zeira, kali ini menatap dokter zein dengan wajah yang benar-benar serius.

"Huh? Jati diri, maksudnya apa?" bingung dokter zein.

Zeira yang kesal dengan tingkah dokter zein pun langsung meminta izin tentang yang ia lihat dalam mimpinya, "Paman, apakah aku boleh mengatakan mimpi yang tidak nyata itu pada dia?" tanya zeira lalu, menunjuk dokter zein.

Paman adi hanya tersenyum, "Silahkan, agar dia bisa mengakui mu sekarang juga!" jawabnya yang sama-sama melihat mimpi itu.

Dokter zein yang di tunjuk oleh zeira pun, semakin bingung dengan apa yang zeira katakan, "Tunggu, mengatakan tentang apa? kenapa ada sangkut pautnya dengan saya?" tanya dokter zein merasakan keanehan pada Paman Adi begitupun dengan zeira.

"Dokter mengapa tidak ingin mengaku, jika dokter adalah kakak ku?" tanya zeira sambil memegang kedua tangan dokter zein.

Dokter zein yang terkejut langsung menghempaskan kedua tangan zeira pada tangannya lalu, "Tidak! Saya bukan kakak mu, zeira!!" bantah dokter zein, sedikit menjauh dari zeira.

"Kalau dokter tidak mengakui jati diri dokter sendiri, aku akan pergi saat ini juga." ucap zeira mengancam dokter zein, lalu berjalan menuju ke kamarnya.

"T-ttunggu zeira....." gugup dokter zein, seperti tidak ingin zeira pergi dari tempatnya.

"Sudah cukup, aku banyak menderita karena kakak. Jika kakak tidak menganggap ku kali ini, lebih baik aku pergi dari sini!!" bentak zeira, yang kesal karena dia sudah mengetahui jati diri dokter zein lewat dalam mimpi pembersihan hati, jiwa, dan pikirannya.

Zeira benar-benar sangat marah, dia tidak mendapat jawaban apa pun dari dokter zein. Bahkan dia sangat amat menyesal, karena telah mengikuti apa yang dokter zein katakan dan perintahkan untuknya. Setelah dokter zein membuat drama yang sangat panjang, ingin memantau dari jauh, dan ternyata dia benar-benar tidak ingin mengakui adiknya sendiri yang sudah mengetahui kebenarannya.

Azkia menahan amarah zeira, dia juga menahan zeira agar tidak pergi dari rumah dokter zein. Sedangkan azka, dia mendukung zeira dan dia juga membereskan barang miliknya dan milik azkia untuk pergi secepatnya dari rumah dokter zein.

Dokter zein tidak bisa menahan kepergian zeira, dengan azka, dia berpikir, "mungkin untuk saat ini, aku memang harus bisa melepaskan zeira, aku juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya terjadi padaku sepuluh tahun yang lalu pada zeira, maafkan saya zeira." ucap dalam hatinya, dan menahan kesedihannya.

"Zei tunggu aku, aku ikut sama kamu, kita pakai jasa taksi online." ucap azka sambil membuka gerbang.

Azkia memberhentikan azka yang sedang membuka gerbang, "Abang! Abang gak boleh kayak gitu dong! lihat dokter zein, kasihan dia." ucap azkia sambil menahan azka yang sedang membuka gerbangnya.

"Buat apa kasihan sama kakak yang gak mau mengakui adiknya, dan lebih menyembunyikan identitas aslinya. Kamu gak tau cerita yang sebenarnya seperti apa, hanya Abang yang tau, jadi kamu ikutin apa yang abang bilang, kita pulang bersama-sama." jelas azka.

"Kak-Bang, kok kalian jadi seperti ini?" kesal azkia, lalu mengikuti langkah zeira.

Mereka menemukan taksi, lalu segera berangkat menggunakan taksi itu. Azka bahagia zeira sudah menemukan kakaknya, tetapi dia juga sangat sedih saat dokter zein tidak menjawab apa pun pada zeira.

Zeira akan menunggu jawaban dokter zein, dia juga tidak habis pikir, ternyata yang selama ini memanipulasi cerita itu adalah kakaknya sendiri. Sedangkan azkia, masih memikirkan nasib dokter zein, yang di tinggal pergi begitu saja oleh zeira.

***

Paman adi mengejutkan dokter zein dan menepuk bahu nya, "Mengapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada anak manis itu?" tanya paman adi.

"Ah, paman, aku kira siapa!" kaget dokter zein, lalu, "Aku masih belum siap menjawab pertanyaan yang dia ajukan tadi, dan menurutku jika aku mengakui hal itu saat ini, bisa saja dia akan mengalami emosional yang besar dan mungkin saja dia juga tidak bisa menerima keadaannya yang sesungguhnya, sama seperti aku mengetahui hal yang mengejutkan itu dari Paman Johnny." jelas dokter zein.

"Jadi, kau benar kakak dari anak manis itu?" tanya paman adi, tak percaya.

"Iya Paman, dan aku mengubah identitas asliku, agar tidak di ketahui olehnya." jawab zein sekali lagi membuat paman adi semakin terheran-heran.

"Pantas saja selama pembersihan dia menangis sampai sesenggukan, tak percaya, tapi memang kenyataannya seperti ini. Ikatan batin seorang adik memang tidak pernah salah." ucap Paman Adi sambil menepuk bahu dokter zein beberapa kali.

Dokter zein tidak bisa berkata apa-apa lagi, matanya sangat berkaca-kaca, rasanya ingin menangis saat itu juga, tetapi jika dia mengatakan yang sebenarnya, mungkin saja zeira akan lebih membenci dirinya dan Paman Johnny.

Dia tidak menginginkan hal itu terjadi, dan mungkin untuk saat ini dokter zein harus menjaga jarak agar zeira bisa berpikir jernih, karena dia tidak meninggalkan zeira, buktinya dia melindungi walaupun dengan identitas palsunya.

***

Keesokan harinya...

Setelah pulang dari sekolah, zeira berencana ingin menemui dokter zein. Dan dia juga ingin mendapatkan penjelasan yang lebih jelasnya dari mulut dokter zein secara langsung, dia berpikir kalau kemarin dirinya sangat keterlaluan dan tidak sopan karena langsung meninggalkan tempat dokter zein. Setelah di pikir-pikir mungkin saja mimpinya itu salah, dan dia yang terlalu berharap pada dokter zein, karena sudah menganggap dokter zein sebagai kakak kandungannya sendiri.

"Zeira!" ucap azka menghampiri zeira yang berada di perpustakaan.

Zeira menutup buku komiknya, "Ada apa azka?" tanya zeira.

"Kamu sudah merasa lebih baik?" ucap azka.

"Iya, dan mungkin aja, mimpi yang kemarin aku lihat itu cuma pikiran aku yang terlalu berlebihan sama dokter zein." jawab zeira.

"Hm, tapi ya zei, waktu kamu lagi di rumah sakit itu, aku pergi buat mencari dokter ridwan lewat suster yang kamu amanahin itu." ucap azka.

Raut wajah zeira berubah, dan terkejut mendengar penjelasan dari azka, dia pun meminta azka untuk menjelaskan yang lebih jelas lagi, agar bisa menilai kebenarannya.

"Kamu serius? terus susternya bicara apa aja sama kamu?" tanya zeira.

"Suster itu cuma bilang, udah lama gak ketemu sama dokter ridwan. Dan pada saat, aku lagi mau balik ke kamar kamu nih, tiba-tiba ada dokter yang datang, lalu suster itu membicarakan kamu dan aku juga." jawabnya merasakan kebingungan.

"Membicarakan apa? apa jangan-jangan dokter itu, adalah dokter ridwan?" ucap zeira, Azka hanya melihat kosong zeira, takut salah dalam menceritakan kejadian itu. "Kamu ketemu sama dokter ridwan? jawab azka!!" ucap zeira, sambil menggoyang-goyangkan badan azka.

"Hm, aku... kayaknya sih iya, tapi..." jawabnya penuh keraguan.

"Tapi apa? dia gak mau ketemu sama aku kan!" jawabnya sudah sangat pasrah.

"Hm, bukan gak mau. Tapi, sepertinya dia bukan kakak kamu deh." ucap azka pelan-pelan memberitahu kebenarannya.

"Maksudnya gimana? Aku gak paham?" ucap zeira.

"Iya karena, waktu itu dia bilang bukan gak mau nemuin kamu, tapi memang sebenarnya dia itu bukan kakak yang kamu cari. Dan aku rasa, dokter zein lah yang menukar namanya dengan dokter ridwan itu, aku rasa sih gitu." jawab azka, sangat meyakinkan dirinya.

"Jadi maksud kamu itu, kalau mimpi aku itu mungkin aja nyata, iya begitu?" ucap zeira.

"Hm bisa jadi seperti itu, tapi aku juga belum terlalu yakin juga sih. Hm, gimana kalau temuin dokter ridwan itu dulu, kalau kita udah mendengar penjelasan dari dokter itu kita bisa nemuin dokter zein." jawab azka.

"Oke kita ganti rencana," ucapnya, Azka pun menganggukkan kepalanya dan menyetujui mengganti rencananya. Tiba-tiba zeira mengingat sesuatu, "Eh tapi kan, dokter ridwan kerjanya dari malam, sampai jam sepuluh pagi aja." ucap zeira.

"Kalau kamu berani keluar malam, kita ke rumah sakit pas jam malam aja, gimana?" ucap azka mengajak zeira keluar malam.

"Hm, kalau dunia malam gak bahaya, kita temuin malam-malam." jawab zeira sedikit takut dengan dunia malam.

"Hm, paling ya ada..." ucapnya tidak melanjutkan pembicaraannya.

"Iya aku paham, gak apa-apa deh, ayo kita berangkat malam nanti." jawab zeira yang memberanikan diri.

"Nanti aku bawa 3 teman aku, buat jagain kita, takutnya." ucap azka.

"Siapa aja?" tanya zeira.

"Siapa aja boleh, yang penting dia mau ikut bantuin kamu." jawab azka.

"Lah, kalau gak ada yang mau bantu, gimana?" tanya zeira.

"Mana mungkin gak ada yang mau bantu, waktu arin lagi dalam bahaya aja mereka mau bantuin aku, termasuk si tito juga kan." jawabnya meyakinkan zeira.

"Hm, oke deh, eh udah bel, aku balik ke kelas duluan ya." jawabnya lalu bangun dari kursi dan kembali ke kelas.

"Oke, tapi nanti pulang sekolah, bareng ya?" ucap azka mengajak zeira pulang bersamanya.

Zeira menaruh kembali komik ke rak buku, "Nanti aku pikir-pikir dulu," jawabnya.

Azka pun pasrah, "Yaudah deh, iya." jawabnya lalu keluar dari perpustakaan.

Saat zeira kembali ke kelasnya, dia duduk di tempatnya kembali, dia pun menanyakan kabar olivia lewat bara.

"Bara, lo lagi ngapain?" tanya zeira.

"Biasa, baca buku aja," jawab bara, "Kenapa emangnya?" tanya bara menutup bukunya.

"Hm, si olivia kemana? kok dia gak masuk sekolah?" tanya zeira.

"Emangnya lo belum lihat grup kelas?" tanya bara.

Zeira tersenyum, "Belum, gak ada notifikasi dari grup." jawab zeira.

"Ah, lo aja kali, yang malas buka grup. Pasti lo silent kan?!" ucap bara meledek zeira.

"Enggak bar, gue gak silent." jawab zeira lalu mengecek pesan grup.

Zeira mengambil ponselnya dan mengecek ke bagian chat group. Saat mengecek chat group zeira terkejut melihat isi chat nya, ternyata benar apa yang di katakan bara, dia tidak pernah membuka aplikasi chatting nya dan mematikan notifikasi grupnya.

"Hehe, iya lo bener, gue lupa gak nyalain notifikasinya." jawab zeira.

"Yaudah, Lo baca aja deh sendiri, gue pengen ke toilet dulu." ucap bara, lalu pergi keluar kelas.

Zeira menduduki kursinya, lalu mulai membaca grup, "Hm, oke." jawab zeira, tetapi...

***

"Seneng kan lo, olivia pergi dari sini?" ucap tasya, tiba-tiba mengejutkan zeira yang sedang membaca grup chat.

"Maksudnya?" tanya zeira tak paham dengan pertanyaan tasya.

"Iya, lo seneng kan, dia keluar dari sini!" ucap tasya.

"Lo kira gue pengen dia keluar dari sini? gue juga gak tahu kalau kejadian itu nimpa kita berdua, lo juga gak tahu kan kalau dia itu mau menjadikan gue tumbal pesugihan orang tuanya?!" jawab zeira, sedikit terpancing emosi.

"Woi, santai dong, gue kan cuma nanya biasa, lo seneng apa enggak! kenapa jadi Ngebentak gue? nyebelin banget sih lo!!" ucap tasya, lalu pergi ke meja lagi.

***

"Lo gak tahu penderitaan yang gue alami kayak apa, kalau olivia anak baik-baik juga gue jadiin dia teman, sayang aja olivia kerja sama dengan orang tuanya biar memperkaya bisnisnya. Huft." gumam zeira lalu menghela nafasnya, mulai mengikhlaskan perlakuan olivia dengan orang tuanya.

Pelajaran sudah di mulai, guru matematika datang, dan menjelaskan semuanya. Sudah 2 jam mata pelajaran berlangsung, akhirnya bel istirahat berbunyi, zeira yang sudah mengantuk karena mempelajari matematika pun sangat bersyukur, lalu pergi ke kantin.

"Bu, saya pesan paket yang nomor satu, satu aja sama-" ucap zeira pada ibu kantin, tiba-tiba azka datang dan langsung menyerobot antrian zeira.

"Saya juga paket satu, di bayarin zeira, makasih zei." ucap azka lalu pergi ke meja.

"Eh, Azka!! ih, dasar anak itu nyebelin banget, gak mau antri!!" kesal zeira.

"Jadi gimana dek? mau pesan berapa, paket nomor satunya?" tanya ibu kantin.

Zeira menghembuskan nafasnya, karena kelakuan azka yang random, " Huft, dua deh bu. Buat saya mayones nya agak di banyakin ya bu." jawab zeira.

"Oke, langsung ke kasir ya." ucap ibu kantin.

Zeira tersenyum lalu pergi ke kasir, untuk membayar makanan dan minuman miliknya dan juga milik azka.

"Jadi Rp. 30.000 aja dek, dan atas nama siapa makanan nya?" ucap penjaga kasir.

Zeira mengeluarkan uang di dompetnya, "Ini, kak uangnya, atas nama zeira dan azka." jawab zeira memberikan uangnya pada penjaga kasir itu.

"Baik, ini kembaliannya dan struknya." ucap kasir itu memberikan kembalian.

Zeira mengambil kembalian dan struk pembelian makanan siangnya, "Terima kasih, kak." jawab zeira.

"Sama-sama, dek." ucap kasir itu, lalu ke pembeli di belakang zeira.

Zeira mencari Azka, tetapi tidak ada di dalam kantin, sepertinya Azka ada di luar kantin, zeira pun langsung pergi mencari keluar kantin.

Zeira menemukan Azka yang sedang berkumpul bersama teman-teman basketnya, "Azka, aku cariin kamu kemana-mana, ternyata kamu malah ada di sini." ucap zeira.

"Apa sayang, eh-" jawab azka tak sengaja memanggil zeira dengan sebutan sayang, hingga membuat teman-teman meledek mereka berdua.

Serentak teman-teman azka saling menatap satu sama lain dan, "HM....." ledek mereka.

"Zei, kenapa lo gak jadian aja sama azka?" ceplos bara.

Zeira menatap tajam bara, sedangkan azka tertawa memukul bara sambil membisikkan sesuatu pada bara.

"Bara jaga mulut lo! atau mau gue cincang mulut lo, HM?!" bisik azka, yang kesal dengan ucapan bara yang sembrono.

"Ampun, bro ampun. enggak lagi-lagi gue bicara sembarangan ke zeira." jawab bara lalu menutup mulutnya.

"Azka, nanti kalau nama kamu di panggil tolong bawa punya aku juga ya, aku mau ke toilet." ucap zeira lalu pergi.

"Eh, kamu beneran beliin punya aku?" teriak azka yang melihat zeira sudah menjauh darinya.

"Iya!" jawab zeira dari jauh.

Tak lama pun nama Azka lebih dulu di panggil, dan dia membawakan makanan untuknya begitupun untuk zeira.

"Ayo, kita makan." ucap zeira yang kembali dari toilet.

"Ayo," jawab azka. Lalu, dia mengajak keempat temannya untuk bergabung bersama mereka berdua. "Woi, ke sini lo bertiga!" panggil azka.

"Akhirnya gabung sama zeira juga," ucap revan.

"Apa maksud lo ngomong kayak gitu?" tanya azka.

"Bukan apa-apa kok, cuma kan banyak yang bilang kalau zeira itu cewek paling cuek di sekolah ini. Karena gue jarang lihat dan gak pernah interaksi sama sekali sama zeira, jadi gue pengen buktiin kalau dia gak cuek kayak rumor yang beredar." jawab revan.

Azka mendengar penjelasan dari revan, membuatnya tertawa terbahak-bahak, "Hahaha... Percaya sama rumor," lalu melanjutkan omongannya, "Dia cuek karena pacaran sama fazam, dan sekarang kan deketnya sama gue, dia gak boleh jadi cewek cuek, nanti gak bakal ada yang mau sama dia lagi selain fazam, Hahahah...." ledek azka,

"Apaan sih, aku gak secuek rumor itu, dan aku ini humble bukan cuek!" kesal zeira melihat azka yang tertawa terbahak-bahak.

"Iya deh, yang humble." jawab azka memberhentikan tertawanya karena melihat wajah zeira yang kesal.

Mereka semua terdiam setelah melihat zeira yang kesal, setelah selesai makan Azka membicarakan rencananya bersama teman-temannya, untuk menangkap dokter ridwan itu di depan zeira.

"Jadi gimana? kita mau pakai cara apa?" tanya azka pada teman-teman.

Zeira yang tidak mengetahui pembicaraan azka dan teman-temannya pun langsung bertanya dengan maksud dari azka.

"Eh, tunggu-tunggu, ini maksudnya apa? kalian mau ngapain?" panik zeira.

"Katanya kamu mau bertemu sama dokter ridwan, jadi kita lagi merencanakan suatu hal biar kamu bisa ketemu sama dokter ridwan itu." jawab azka.

"Tapi kenapa harus merencanakan sesuatu, jangan bilang kalian mau macam-macam sama dokter ridwan?" ucap zeira mulai curiga dengan azka dan teman-temannya.

"Enggak kok, gak akan macam-macam," jawab reno dengan santainya.

"Iya zeira, zeira tenang aja, kita gak akan macam-macam kok." sambung vito.

"Iya, kita main bersih kok, paling cuma di...." sambung azka, tetapi malah membuat zeira semakin curiga.

"Di apain azka?" bentak zeira.

"Enggak-enggak, aku bercanda." jawab azka, yang takut dengan wajah zeira yang mulai berubah jika menyangkut kakaknya yang belum pasti kebenarannya.

Bel pun berbunyi, zeira langsung kembali ke kelasnya tanpa mendengar pembicaraan azka dan teman-temannya, sedangkan azka dan teman-temannya masih menunggu zeira pergi agar bisa membicarakan dengan santai, tanpa membuat zeira panik.

"Oke, zeira udah pergi. Ayo, lanjut lagi." ucap azka melihat zeira yang sudah keluar dari kantin.

Revan memiliki ide yang biasanya di gunakan mereka, untuk menjebak seseorang yang suka mengganggu, "Gimana kalau kita pakai cara ini aja..." kata revan, menjelaskan detailnya, Azka, vito, dan reno yang mendengarkan sampai terkejut.

Apakah mereka mampu melakukan hal itu, di rumah sakit pada seorang dokter? Bisakah mereka menjalankan rencananya secara mulus tanpa hambatan dari zeira? akan kah kebenarannya terungkap malam nanti?

avataravatar
Next chapter