3 Sahabat itu menghargai

Melisa berjalan menuju beberapa kantor perusahaan hanya untuk memberikan surat lamaran kerja.Ternyata sulit mencari pekerjaan di Jakarta,apalagi untuk seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas sepertinya.

Melisa duduk di sebuah kios kecil,yang berjualan minuman.

"Mau pesan apa mbak?" tanya Ibu yang punya kios

"Air mineral aja bu" ucap Melisa

Keringat mengalir di pelipisnya yang beberapa kali menetes,Melisa mengusap nya pelan.Kaki nya yang lecet tadi mulai terasa perih,perutnya pun mulai keroncongan.Sudah jam 2 siang,dia masih belum memperoleh pekerjaan.

"Ternyata cari kerja itu sulit." desahnya dalam hati

"Terima kasih bu" Melisa berdiri dan membayar minumannya

Dia melanjutkan perjalanannya,dia melihat sebuah warung makan..Melisa melihat uang di saku nya yang hanya tinggal beberapa lembar,uang 50 ribuan 2 lembar dan 1lembar 20ribuan.

Kruukkk..

Bunyi suara cacing diperut Melisa,uang itu akan dia pakai untuk membeli susu Nico beberapa hari kedepan.Melisa meneguk air liurnya yang mengganjal ditenggorokan.

"Mampir,Neng..mau makan?" tanya penjual itu ramah

Melisa hanya tersenyum melirik beberapa lauk yang ada di kaca etalase itu.

"Nasi yang 10ribuan ada Mang?" tanya nya sopan

"Ada neng,nasi tempe tahu." jawabnya

Melisa perlahan masuk dan mengambil sebuah kursi untuk duduk.Tempat itu lebih tepatnya seperti warteg.

"Nasi apa neng?" tanya Mang Parjo

Karena warteg itu berlabelkan nasi Mang Parjo,jelas saja nama yang punya adalah Parjo.

"Tahu tempe aja mang." jawab Melisa

Mang Parjo mengambilkan nasi beserta lauk dan sayurnya.Warteg itu lumayan ramai untuk ukuran yang tidak terlalu besar,apalagi melihat Mang Parjo seperti nya kewalahan melayani pembeli seorang diri.Melisa mulai makan perlahan,dia melirik Mang Parjo yang mondar mandir mengantarkan pesanan dan beberapa kali membungkus nasi.Melisa berdiri mendekati Mang Parjo.

"Sini aku bantu Mang,mau ditaruh dimana nasi nya?" tanya Melisa seraya mengambil nampan di tangan Mang Parjo

"Aduh,Neng maaf..itu tolong buat pelanggan di pojokan sana Neng." ucap Mang Parjo segan

"Gak papa Mang." jawab Melisa

Melisa membantu Mang Parjo beberapa kali melayani orang yang makan disitu,sementara Mang Parjo melayani bungkusan.Sudah cukup sepi,Melisa membereskan beberapa piring kotor dan menaruh nya ke tempat cucian.

"Udah Neng,taruh aja disana.Mamang jadi gak enak udah ngerepoti Neng." ucap Mang Parjo yang kemudian menyodorkan minuman dingin pada Melisa

"Minum dulu Neng,pasti capek." lanjut Mang Parjo

"Gak papa kok mang,lagipula aku cuma niat membantu." ucap Melisa

"Neng siapa namanya?" tanya Mang Parjo seraya duduk di kursi depan Melisa

"Melisa,mang." ucap Melisa

Mang Parjo bercerita bahwa kemarin-kemarin dia punya karyawan,hanya saja karyawannya pulang kampung karena mau menikah.Jadi dia mengelola warteg ini sendiri seraya menunggu dapat karyawan baru.Melisa berdiri,pamit hendak pulang.Tapi Mang Parjo menahannya sebentar.

"Neng,ini.Cuma ada sedikit,buat beli es nanti dijalan." ucap Mang Parjo yang menyelipkan sesuatu di tangan Melisa

"Apa ini mang?gak usah,aku cuma bantu kok." ucap Melisa tegas

"Mamang gak maksud apa-apa,tapi mamang makasih banget Melisa udah mau bantu tadi." ucap Mang Parjo semringah

"Gak usah mang,aku gak bisa terima ini." ucap Melisa enggan

"Kalau gitu,nanti kalo Melisa butuh sesuatu kesini aja..insya Allah mamang bantu." ucap mamang itu

"Makasih mang." ucap Melisa kemudian pergi

Untungnya saat sore hari,Melisa berhasil mendapatkan pekerjaan disebuah distro pakaian pria.Melisa berjalan dengan wajah seny gembira,dia terkejut sesaat menerima telfon.Dia melihat layar telfon itu yang ternyata adalah Mas Ferdi.

Wajah Melisa kembali suram,Mas Ferdi masih saja mengganggu nya setelah sekian lama.

Melisa duduk dihalte menunggu bus tujuan nya datang.Ada banyak panggilan dari Mas Ferdi,dia tau Mas Ferdi menghubungi nya hanya untuk meminta Nico bukan dirinya.Cahaya senja bergaris lurus menyilaukan mata Melisa.

"Sudah hampir malam" desah Melisa

Baru sebentar dia berpisah dari Nico,dia sudah merasakan rindu.Untungnya dia tinggal dirumah Uchi,jadi Mas Ferdi tidak berani mengusiknya dan Nico secara langsung.Melisa naik ke dalam bus melihat kearah luar jendela kaca,sudah cukup lama dia tidak melihat pemandangan ini..apalagi naik bus.

"Kehidupan SMA memang masa-masa yang indah." ucap Melisa pelan

Hari sudah hampir jam 7malam,Melisa mandi dan mengemong Nico.Malam itu dia tidak melihat Uchi.

Setelah Nico tidur,dia melihat Uchi duduk lemas menatap laptopnya.

"Uchi.." panggil Melisa pelan

Uchi mengangkat kepalanya dengan lesu,tidak menjawab Melisa sama sekali.Melihat itu Melisa segera menghampiri sahabatnya itu.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Melisa

Bukannya menjawab,Uchi malah menangis..dia berdiri memeluk Melisa erat.

"Katakan,apa yang terjadi chi?" ulang Melisa lagi

Tangis Uchi makin pecah,Melisa mendorong tubuh Uchi..memegang kedua bahunya dan menatap wajah gadis itu.

"Ada apa?" tanya Melisa

"Aku dipecat." ucap Uchi dengan tersedu-sedu

Melisa menatap kaget,dia teringat pagi tadi Uchi terlambat kekantor.

"Apa karena kamu terlambat?" tanya Melisa

Uchi menggelengkan kepala nya.

"Lalu apa?" tanya Melisa tidak sabar

"Proposal yang aku kerjakan semalam datanya semua hilang,aku ingat sudah mengesave..tapi karena mengantuk,aku ketiduran." ucap Uchi yang masih menangis

"Aku tidak tau kenapa tiba-tiba semua nya tidak ada?" lanjut Uchi lagi

Melisa memeluk Uchi seraya menepuk bahunya.

"Kamu tau kan,aku sangat menyukai pekerjaan ini." ucap Uchi lagi sedih

"Aku tau Chi,tapi mau gimana?pasti kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik." ucap Melisa lembut

"Kamu benar,bos ku saja yang tidak berperasaan." ucap Uchi yang kemudian menghapus airmatanya

"Lalu,gimana kamu?sudah dapat kerjaan?" tanya Uchi

Melisa mengangguk tersenyum.

"Dimana?" tanya Uchi

"Distro." jawab Melisa

"Distro?kenapa kamu tidak melamar disebuah perusahaan?" tanya Uchi

Melisa mengkerutkan bibirnya.

"Kamu tau,ternyata mencari pekerjaan itu sulit." ucap Melisa sedih

Uchi jadi menyesal bertanya hal seperti itu pada Melisa.

"Apalagi untuk seumuranku yang tidak memiliki pengalaman." lanjut Melisa lagi

Uchi mengangguk mengiyakan,memang benar apa yang diucapkan Melisa.

"Aku jadi menyesal tidak mencari kerja sejak dulu." ucap Melisa dengan wajah sedih

"Tenanglah Melisa,semua rejeki itu sudah ada yang atur." tehas Uchi menyemangati

Bukannya tadi Uchi yang sedih,ini jadi fia yang kembali menyemangati Melisa.Kedua nya benar-benar menghargai persahabatan dan mampu saling menyemangati masing-masing.

"Terima kasih,Chi." ucap Melisa

"Ayo,makan malam.Aku lapar..bukannya jamu besok mulai bekerja.Kamu harus siapkan tenaga ekstra untuk besok." ucap Uchi yang kemudian segera menuju meja

Pagi hari.

Melisa berangkat jam 8 pagi,dia mencium kedua pipi Nico dan menitipkan pada Bi Nanik.Hati nya cukup sedih,ini pertama kalinya dia harus meninggalkan Nico bekerja.Melisa bekerja dengan seorang wanita muda bernama Ina dan seorang pria bernama Banu.Ternyata bos mereka hanya datang saat malam hari,Melisa baru tau kalau bekerja disini dibagi 2 shift.Dia sedikit bingung mengingat dirinya yang mempunyai seorang anak.Bukankah itu cukup sulit untuk meninggalkan balita pada malam hari.

Melisa berpisah dengan Ina temannya itu di halte,karena Ina memiliki jalur yang berbeda.

Melisa merasa tubuhnya cukup letih,selama ini dia hanya berada dirumah tanpa bekerja.Ternyata bekerja membuat selutuh kaki nya pegal-pegal,apalagi pekerjaannya yang mengharuskan nya berdiri cukup lama.

Tapi sesampai dirumah,hati nya terasa tenang melihat anaknya yang tengah tersenyum dengan beberapa mainan ditangannya.

"Ah,Nico.." desahnya dalam hati

avataravatar