2 Berkas lamaran

Sudah beberapa hari berlalu,hampir setiap malam Melisa masih memikirkan mantan suaminya itu.Apalagi disaat memandang wajah anaknya,Nico.Dia terus menitikkan airmata,seandainya mas Ferdi tidak menghianatinya..anaknya tidak akan bernasib seperti ini.Melisa menaruh ponselnya di atas meja kamar,beberapa kali mas Ferdi berusaha menghubunginya.Baik lewat telfon ataupun pesan yang dia kirimkan.Isi nya hanya semua pernyataan menyesal,Melisa meneguk ludah di tenggorokannya.Mengingat bagaimana perlakuan mas Ferdi selama ini,dia merasakan sakit.Dia memegang dadanya,seolah dadanya yang benar-benar sakit.Mas Ferdi dulu mencintainya,memberikan seluruh apa yang Melisa mau.Hanya saja karena Melisa bukan tipe wanita matre,Melisa selalu bersyukur dengan apa yang mas Ferdi berikan tanpa mengukur harganya.Dia juga selalu menuruti permintaan nya untuk tidak keluar sendirian,kecuali bersamanya.Dia fikir itu semua benar untuk kebaikannya,tapi setelah ini semua dia sadar..Mas Ferdi hanya ingin menyembunyikan dia dalam sangkar emas dan menutupi semua permainan kotornya dibelakang.Melisa kembali menangis,tiba-tiba pintu terbuka..dia melihat anaknya masuk dan berjalan pelan dengan lucunya.Melisa menghapus airmatanya,sesedih apapun dia tidak ingin buah hatinya itu menyadari kesedihannya.

"Sayang,udah mainnya?" tanya Melisa

"Tuan Nico sini.." ucap Bi Nanik yang berdiri didekat pintu

Melisa tersenyum melihat bibi dihadapannya itu,bi Nanik seolah pengganti Melisa ketika dia tidak ada.Bi Nanik bahkan menyayangi Nico seperti seorang ibu menyayangi anaknya.Bi Nanik memang tidak memiliki anak setelah 20tahun pernikahannya dengan Mang ujang,maka dari itu dia sangat senang ketika Nico masuk kerumah ini.

Nico berlari menuju Bi Nanik,Melisa hanya tersenyum melihat Bi Nanik yang memeluknya hangat.

Dulu saat dia SMA Bi Nanik sudah ada disini,bukan hanya dengan anaknya sekarang..dengan dia pun Bi Nanik dulu sangat baik.

"Bi,besok aku akan mencari pekerjaan.Bibi bisa bantu aku jaga Nico?" tanya Melisa lembut

"Baik,Nona.Tanpa disuruh pun bibi akan menjaganya." ucap Bi Nanik tersenyum seraya mencium pipi Nico

"Terima kasih bi." ucap Melisa

Malam itu Melisa membantu Bi Nanik menyiapkan makan malam,sementara Nico sudah tertidur pulas karena capek bermain seharian.

Mereka menyajikan hidangan di atas meja,Uchi yang sedari tadi msih sibuk dengan pekerjaannya langsung berhenti dan berjalan terburu-buru menuju meja makan.

"Wahhh..cumi asam pedas." ucap Uchi hampir meneteskan liurnya

"Kesukaanmu,duduklah." ucap Melisa senyum

Dia tau sahabatnya lelah karena bekerja,dan cumi asam pedas adalah makanan favorit mereka berdua.Tak jarang mereka dulu selalu mampir setiap minggu hanya untuk makan di restoran seafood di ujung jalan menuju sekolah,hingga menguras tabungannya.

Uchi segera duduk dengan semangat di ikuti Melisa.Baru saja Uchi memegang sendok,dia melihat Bi Nanik yang kemudian beranjak pergi.

"Bi,tidak ikut makan?" tanya Melisa

Uchi melirik Melisa dan Bi Nanik,dia kemudian langsung menyendok nasi dan lauk ke piringnya.Dia tau kalau Melisa tidak pernah membedakan status sosial.Maka nya dia senang berteman dengan Melisa.

"Anu,Non.Bibi makan di dapur saja." ucap Bi Nanik ragu

"Duduklah Bi,apa Bibi tidak mendengar Melisa?" ucap Uchi seraya menggigit cumi dimulutnya dengan lahap

Bi Nanik duduk dengan ragu,Melisa tersenyum kemudian menyendokkan nasi kedalam piring Bi Nanik.

"Tidak usah non,bibi bisa ambil sendiri." ucap Bi Nanik dengan wajah canggung

"Tidak apa bi." ucap Melisa

"Apa mang ujang sudah makan?" tanya Melisa lagi

"Sudah Non,tadi bibi sudah antarkan nasi nya kedepan." jawab Bi Nanik

Mang ujang adalah penjaga dikediaman Uchi,jadi benar saja dia selalu berada didepan didalam posnya.Melisa mengangguk,tersenyum dan kembali menyendokkan beberapa lauk untuk Bi Nanik.Mereka menikmati makan malam bersama malam itu.

Pagi hari.

Melisa sudah menyiapkan lamaran kerja beberapa hari yang lalu.Dia sudah memakai baju putih rapi,dengan rok hitam selutut dan rambut terurai sebahu.Dia membuatkan susu untuk Nico,kemudian mengemong anaknya itu sebentar.Tidak lama Uchi turun dari tangga dengan pakaian dan tas siap berangkat kerja.Dia melihat Melisa bingung seraya meminum susu yang sudah disediakan Bi Nanik diatas meja.

"Loh,kamu mau kemana Melisa?" tanya Uchi bingung

"Aku akan coba cari kerja hari ini." ucap Melisa

"Ada apa?apa kamu butuh uang?" tanya Uchi lagi

Melisa menunduk canggung.

"Ah,maaf..aku tidak bermaksud lain Melisa.Hanya saja jika kamu butuh sesuatu kamu bisa mengatakannya padaku." ucap Uchi

Uchi bekerja disebuah perusahaan swasta yang cukup besar,walaupun setiap bulan dia menerima kiriman dari kedua orangtuanya..itu tidak membuatnya menjadi anak yang manja.Dia tetap berusaha untuk menghasilkan uang dengan keringatnya sendiri.

"Tidak,chi..semua yang kamu berikan sudah lebih dari cukup.Hanya saja,aku butuh pekerjaan..aku tidak mungkin hanya mengandalkan bantuanmu."ucap Melisa

Uchi hanya menghela nafas,bahkan sampai akhirpun sahabatnya itu tetap tidak mau membebani nya dan selalu berusaha untuk bangkit sendiri.

"Baiklah,kamu bisa pergi bersamaku." ucap Uchi

"Sekarang,sarapanlah dulu." lanjut Uchi lagi

Setelah sarapan,Melisa dan Uchi mencium kedua pipi Nico.Bi Nanik menggendong Nico dan melambaikan tangannya melihat majikannya berlalu.Untungnya Nico adalah balita yang tidak memilih siapa yang mengajaknya.Dia juga tidak menangis melihat Bunda nya pergi.

Pagi itu jalanan cukup ramai dan beberapa kali ada kemacetan,hari ini sudah jam 9..Uchi melirik jam nya cemas karena sudah terlambat.Dia tadi bangun kesiangan karena mengerjakan beberapa proposal hingga larut hampir pagi.Melisa melirik sahabatnya itu dengan heran.

"Apa kamu sudah terlambat?" tanya Melisa

"Ah,iya..aku kesiangan tadi." ucap Uchi

"Aku turun disini saja.Kamu bisa bergegas kekantor.." ucap Melisa lembut

"Tapi,ini masih cukup jauh dari kota" jawab Uchi seraya menahan Melisa

Bukankah sahabatnya itu akan melamar pekerjaan,setidaknya gedung-gedung tinggi perusahaan masih berada di pertiga'an jalan.Memang berlawanan arah,tapi tidak mungkin dia meninggalkan Melisa sendiri.

"Tidak apa,aku juga jarang keluar.Aku akan melihat-lihat sebentar." ucap Melisa tersenyum

"Kamu yakin?" tanya Uchi tak enak

Melisa menganggu dan kemudian turun,dia melambaikan tangannya pada Uchi yang kemudian berlalu.Dia melihat sekeliling,hanya ada ruko-ruko bertingkat yang berjualan beberapa barang.

Melisa berjalan menyusuri jalan itu,ada beberapa orang yang iseng memanggil-manggilnya,tidak dia hiraukan dia terus saja menatap jalan kedepan.

Tempat itu masih cukup jauh,dia hanya beralasan tapi pada Uchi..dia tidak ingin menyusahkan temannya.Lagipula tujuan mereka tidak sama.

Melisa hampir sampai,dia melihat gedung tinggi dihadapannya.Dia menghapus keringat di pelipisnya yang menetes,kemudian berjalan masuk.Dia melihat ada tulisan lowongan kerja disana lewat internet.

Baru hendak melangkahkan kaki,seorang satpam menghalanginya masuk.

"Maaf,Nona.Ada perlu apa?" tanya Satpam itu

"Saya hanya ingin mengantarkan surat lamaran kerja.Saya lihat di forum,disini sedang membuka lowongan." ucap Melisa sopan

Satpam itu melihat Melisa dari atas kebawah,tentu saja tatapan satpam itu membuat Melisa risih.

"Baiklah,sini surat lamarannya.Saya akan memberikan nya nanti." ucap Satpam itu

"Tapi.." belum lagi Melisa melanjutkan dia sudah didorong disuruh keluar

Melisa tidak sengaja terjatuh,kaki nya lecet terkana batu.

Satpam itu membantunya dan segera menyuruhnya pergi.

"Bagaimana mungkin dia melamar kerja dengan penampilan seperti itu?" ucap Satpam itu

Setau Melisa kantor itu membutuhkan seorang karyawan,dia tidak tau pasti apa posisi nya karena tidak disebutkan disana.Hanya saja karena belum pernah bekerja sebelumnya,Melisa hanya memakai baju sopan,tanpa riasan sedikitpun di wajahnya.

avataravatar
Next chapter