16 Teman Kakak Heru

Pagi yang cerah bersama mentari yang baru menepati janjinya pada pagi. Hari ini adalah hari malas nasional yaitu hari minggu, di mana habis shalat subuh Tiara kembali tertidur.

Kring …

Kring …

Bunyi ponsel yang terus-menerus membuat Tiara terbangun dari tidur lelapnya.

'Ya Allah … Siapa sih yang nelepon pagi-pagi begini?'

Tiara terbangun dan mengucek matanya, setelah ia menoleh ke arah meja kecil di samping tempat tidurnya lalu meraih ponselnya yang terus berbunyi.

Melihat itu dari nomor tak dikenal, Tiara pun mengabaikannya dan tertidur kembali. Tidak lama setelah itu, satu ponselnya berbunyi lagi. Tapi, kali ini bunyi pesan.

Dengan malas Tiara membuka pesan itu dan membacanya.

Nomor tidak dikenal: Assalamu'alaikum! Ibu Guru Tiara, maaf ganggu pagi-pagi begini! Saya Angga temannya Heru. Apakah kita bisa bicara sebentar?

Setelah membaca pesan dari nomor yang tidak dikenal itu, Tiara langsung bangun dari tidurnya.

'Jadi, ini nomor temannya Kak Heru. Balas gak ya? Ahhh… Tunggu sebentar lagi deh biar dia tidak berpikir aku menunggu dan kesenangan. Tapi, tidak enak juga kalau nanti dia menganggap aku sombong. Kenapa gak yakin gini ya? Ummm … Balas aja deh'

Setelah sibuk bergulat dengan pikirannya, Tiara langsung membalas pesan Angga.

Tiara: Wa'alaikumsalam. Iya boleh!

Tidak lama setelah Tiara membalas pesan itu. Ponselnya langsung berdering. Dengan deg-dengan Tiara menggeser ikon hijau karena itu dari Angga yang tadi sudah meminta izin terlebih dahulu padanya.

"Halo! Assalamua'alaikum. Selamat pagi Ibu Guru Tiara! Apakah anda sibuk di hari minggu ini?"

"Wa'alaikumsalam. Kebetulan hari ini saya tidak ada kerjaan. Emangnya ada apa?" Tanya Tiara dengan ekspresi yang datar karena dia tidak ingin menunjukkan kesan gampangan kepada lelaki yang baru dia kenal.

"Mmmm … Bukannya tadi anda sedang tidur ya?" Angga mencoba mencairkan suasana dengan mencari pembahasan untuk memperpanjang obrolannya.

"Tau dari mana?"

"Memangnya aku salah ya? Hehehe ... "

"Hehehe … Iya, tapi aku habis tidur makanya tidak tau ada yang telepon" Jelas Tiara dengan sedikit berbohong.

Tiara mulai mendapat kesan yang baik pada Angga di hari pertamanya bicara. Meskipun begitu, Tiara berusaha menjaga sikapnya karena tidak ingin lagi jatuh untuk kedua kalinya. Terlebih dia belum kenal betul dengan Angga.

"Karena dik Tiara sudah bangun. Bisakah adik keluar sekarang? Aku ada di ruang tamu anda bersama Heru."

Tiara terkejut dan kelabakan mendengar perkataan Angga yang tiba-tiba sudah ada di ruang tamu.

'Ahhh … Pantas dia tau kalau aku lagi tidur. Tapi, kenapa dia tidak menelepon lebih awal sih agar aku bisa mandi dan dandan dulu. Ini memalukan.'

"Saya mau siap-siap dulu!" Jawab Tiara setelah selesai bergumam.

"Baiklah, saya tunggu!"

Setelah mendengar jawaban Angga, Tiara langsung menutup telepon dan bergegas menuju kamar mandi.

20 menit kemudian Tiara sudah siap dengan dandanannya yang sederhana. Dengan sedikit grogi Tiara membuka pintu kamarnya, setelah itu dia melangkah dengan anggun menuju ruang tamu.

"Assalamu'alaikum "

Mendengar suara salam dari Tiara. Angga dan Heru langsung menoleh ke arah sumber suara.

Seketika itu sepasang mata besar yang teduh tak berkedip sedikit pun melihat Tiara.

"Wa'alaikumsalam Ibu Guru Tiara! Atau adik Tiara." Jawab Angga sambil tersenyum menatap Tiara.

"Iya." Sahut Tiara sambil melihat Angga sebentar lalu menunduk kembali.

"Duduk dik!" Kata Heru sembari menarik lengan Tiara untuk duduk di sampingnya. Tiara mengangguk dan duduk dengan patuh di dekat kakaknya.

Untuk sesaat, suasana menjadi hening. Heru diam-diam memperhatikan Tiara dan Angga yang terlihat masih malu-malu.

"Kenapa kalian berdua diam? Bicara dong! Atau kalian malu karena ada saya di sini? Kalau begitu saya akan ke belakang dulu nemenin istri saya. Kalian ngobrol dengan santai saja di sini ya!" Kata Heru sambil melangkah pergi meninggalkan Tiara dan Angga di ruang tamu.

Tiara merasa kesal kepada Heru yang meninggalkannya begitu saja, karena dia masih canggung berduaan di ruang tamu bersama Angga.

"Heru! Kenapa kamu meninggalkan mereka berdua di ruang tamu? Bukannya mereka baru kenal ya?" Tanya Ibu Dewi ketika ia berpapasan dengan Heru yang hendak menuju ruang belakang.

Heru berhenti dan menoleh ke arah Ibu sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa Bu! Heru sengaja membiarkan mereka ngobrol berdua, biar mereka bisa saling mengenal. Siapa tau cocok kan. Hehe ... "

"Jadi, abang mau menjodohkan Tiara dengan Angga apakah begitu?" Tanya Hafifa yang tiba-tiba sudah ada di antara Heru dan Ibu mertuanya.

"Lebih tepatnya, memberikan jalan bagi mereka berdua untuk saling mengenal. Kalau mereka cocok ya lanjut. Kalau tidak, ya tidak apa-apa juga."

"Oh begitu. Ya sudah, kita ke ruang keluarga saja kalau begitu dan biarkan mereka ngobrol!" Ucap Hafifa sambil menggandeng suami dan Ibu mertuanya menuju ruang keluarga. Mereka berdua langsung mengangguk dengan patuh.

Sementara itu, di ruang tamu Tiara dan Angga masih terdiam dan canggung tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu. Bosan dengan kediaman itu, Angga mendongak menatap Tiara, lalu memulai pembicaraan.

"Kata Heru, kamu Guru di SD ya?"

"Iya" Jawab Tiara dengan malu-malu.

"Wahhh … Bagus itu, Aku sangat suka pekerjaan seorang guru karena itu pekerjaan yang mulia."

"Alhamdulillah, bagaimana dengan kakak?" Tanya Tiara dengan sedikit canggung.

"Aku bekerja di kantor yang sama dengan Heru, sudah tiga tahun dan selama itu aku berteman baik dengan Heru."

"Oh … Iya Hehe …" Ucap Tiara sembari mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum malu.

Setelah itu, suasana kembali hening. Tiara dan Angga mendadak kehilangan kata-kata.

avataravatar
Next chapter