webnovel

Niat Baik

"Umm ... Sebenarnya aku ingin kenal Tiara lebih dekat karena aku punya niat baik. Usia saya sudah dewasa dan bukan saatnya untuk bermain-main dalam hubungan. Jadi, apakah Tiara mau mengenal saya lebih dekat lagi?" Ucap Angga setelah lama terdiam.

"Aaaa … ?"

Tiara terkejut mendengar perkataan Angga, karena hal ini di luar dari apa yang ia pikirkan. Akan tetapi dia setuju dengan pendapat Angga kalau saat ini bukan waktunya untuk main-main dalam menjalin hubungan. Lebih dari itu usia Tiara juga sudah pantas menikah.

"Apakah kakak serius mau mengenal saya? Tapi, saya tidak ada waktu untuk pacaran?"

"Usia saya sudah 29 tahun dan bukan saatnya juga untuk mencari pacar. Tapi saya kasih waktu tiga bulan buat kita saling mengenal setelah itu saya akan melamar Tiara sehabis lebaran tahun ini. Apakah Tiara mau menerima saya menjadi calon suami Tiara?"

Mendengar kata melamar dan janji pernikahan dari seorang lelaki ada rasa ngilu di hati Tiara sehingga menumbuhkan keraguan dan kewas-wasan, karena kata-kata itu pernah ia dengar dari Ferdinan bahkan berulang kali Ferdinan menjanjikan itu padanya, namun semua itu hanyalah tinggal janji.

"Aku akan memikirkannya. Jika aku sudah punya keputusan maka aku pasti akan menghubungi kakak!"

"Baiklah, saya akan menunggu kabar baik dari Tiara!" Ucap Angga sambil tersenyum karena seenggaknya Tiara mau memberikannya kesempatan meskipun jawabannya belum pasti.

Sebenarnya Tiara kagum dengan ketegasan dan keberanian Angga, ia berpikir memang beginilah seharusnya lelaki, tidak hanya main umbar janji. Tapi, bagaimanapun juga ia harus hati-hati dalam membuat pilihan agar ia tidak jatuh lagi dalam kekecewaan yang sama.

'Ya Allah, apakah ini saatnya bagiku untuk membuka hati? Jika Angga baik maka permudahlah, jika tidak baik maka jauhkanlah!'

Setelah pembicaraan serius itu, Tiara dan Angga memberitahukan kepada keluarga mereka masing-masing akan niat baik itu.

Satu minggu kemudian.

Tuttttt ….

Tutttt ….

Suara bel tanda berakhirnya pelajaran membuat Tiara mengemasi buku paketnya.

"Anak-anak kita cukupkan sampai di sini dulu ya! Jangan lupa hasil pengamatan kalian terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang kemarin sudah kita bahas dikumpulkan minggu depan!" Ucap Tiara sebelum meninggalkan kelas.

"Enggih Ibu Guru!" Sahut semua siswa dan siswi Tiara.

"Baiklah, sampai ketemu di pembelajaran Biologi minggu depan. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam!"

Setelah mengucap salam, Tiara bergegas meninggalkan kelas dengan senyum yang merekah.

Tepat saat Tiara masuk ke kantor, ia menemukan Lili sedang sibuk menghitung uang bersama Juni yang bertugas mengurus tabungan siswa.

"Wahh … Ada calon pengantin baru nih. Apakah sudah selesai ngajar?" Ejek si heboh Lili sambil terkekeh.

"Siapa yang calon pengantin? Ibu Tiara?" Tanya Juni dan Diana bersamaan dengan ekspresi terkejut.

"Apaan sih? Mbak Lili nih ngarang aja. Tapi, kita semua kan memang calon pengantin. Hehehe ... " Sahut Tiara menimpali ejekan Lili dengan senyum malu-malu.

"Aduh Ibu Tiara begitu aja malu, padahal orangnya langsung loh yang cerita. Dia tetangga aku. Hehehe ... " Lanjut Lili yang semakin heboh.

"Tetangga? Emang yang Mbak maksud siapa sih?" Tiara mulai was-was karena Lili mulai membuatnya penasaran.

"Hahahahaha … Siapa lagi kalau bukan Pak Angga yang sedang bekerja di Dikpora Selong iya kan?" Kata Lili blak-blakan.

Pipi Tiara langsung memerah sekaligus senang karena tau kalau temannya ada yang kenal dengan Angga. Jadi, ia ada tempat bertanya apa pun tentang Angga sebelum memberi keputusan.

"Hehehehe ..... Mbak ini bisa saja. Ya sudah, saya duluan ya! Karena aku ada janji makan siang sama sahabat saya. Nanti malam aku akan menelepon Mbak!" Ucap Tiara setelah membereskan pekerjaannya.

"Oke, siap! Aku tunggu nanti malam!" Sahut Lili sambil melambaikan tangannya.

Tiara tersenyum melihat tingkah lucu Lili yang rame dan menyenangkan itu, setelah itu Tiara berpamitan juga dengan dua rekannya yaitu Juni dan Diana.

Setelah pamitan Tiara bergegas pergi meninggalkan sekolah dengan motor kesayangannya menuju salah satu rumah makan yang hanya menjual soto kesukaannya dengan Rasty di desanya itu.

Sesampainya di rumah makan itu, Tiara langsung masuk dan memesan dua porsi soto ayam ditambah sayuran sesuai dengan kesukaannya dengan Rasty.

Sambil menunggu Rasty dan soto yang masih disiapkan, Tiara duduk seorang diri sambil melamun.

"Hi … Ra! "

Tiara langsung menoleh dan melepas senyuman saat melihat Rasty yang akhirnya datang.

"Aku lihat dari luar, kamu diam saja, ada apa? Kamu ngelamunin apa? Jangan-jangan ini soal Ferdinan yang masih mengganggumu ya?" Tanya Rasty sambil duduk di seberang Tiara.

"Ini bukan tentang Ferdinan! Tapi, tentang seorang lelaki yang ingin mengajak aku menikah selesai lebaran di tahun ini." Jawab Tiara dengan manyun.

"Ada yang ngajak nikah kenapa kamu malah manyun begitu? Kamu tidak suka dengannya? Atau apa?"

"Lebih tepatnya belum cinta."

"Kata orang sih, kalau perempuan itu lebih baik dicintai daripada mencintai. Tapi, lebih indah lagi kalau sama-sama saling mecintai itu menurutku. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Mau merasakan cinta setelah menikah atau bagaimana. Memangnya dia siapa dan dari mana?"

"Dia teman kantornya Kak Heru yang berasal dari Desa sebelah. Tapi, Aku belum memberikannya jawaban. Makanya aku merasa bingung."

"Kalau begitu kenal dia dulu, setelah itu baru membuat keputusan agar kamu tidak seperti membeli kucing dalam karung. Tapi, kamu harus ingat kalau kamu tidak boleh sampai menggunakan perasaan lebih sebelum akad terlaksana, biar kamu tidak patah hati untuk yang kedua kalinya!"

"Baiklah, aku akan mengenalnya dulu. Tapi, kalau aku sampai menikah selesai lebaran yang tinggal tiga bulan ini, apa kakak tidak kenapa-kenapa aku dahului?" Tanya Tiara dengan ragu, karena ia takut menyinggung perasaan Rasty.

Rasty termenung mendengar pertanyaan Tiara, secara usianya dan Tiara terpaut 4 tahun, kalau Tiara duluan nikah dia pasti di bully habis-habisan sama rekan kerjanya. Masak dia yang usianya lebih tua dari Tiara belum juga menikah, di usianya yang ke 27 tahun.

"Aku ikhlas kok! Lagi pula Romi sudah janji akan menikahiku tahun depan setelah dia menyelesaikan satu proyeknya lagi di Jakarta. Jadi, menikahlah duluan!" Jawab Rasty sambil tersenyum pahit.

Tiara tau betul kalau Rasty memiliki pacar yang lagi sibuk bekerja di Jakarta. Mereka sudah pacaran lebih dari dua tahun dan mereka sama-sama saling setia meski berhubungan jarak jauh. Mereka juga sudah membuat janji untuk menikah ketika Romi kembali ke Desa.

Next chapter