7 Curhat

Tiara pulang dengan hati yang tidak enak. Dia berpikir haruskah dia terluka lagi? Tidak cukupkah hatinya yang sakit sekarang malah tangannya juga terluka dan dia juga dibuat kesal oleh orang yang dia tabrak sendiri. Takdir sepertinya sedang bercanda dengannya, itu menurut pemikiran Tiara.

Sesampainya di rumah, Tiara langsung membalut lukanya dibantu oleh Ibu. Sembari mengobati lukanya, Tiara menceritakan kejadian buruk yang dia alami hari ini. Tentu saja Ibu kaget dan memintanya berhati-hati lain kali.

Malam pun tiba.

Setelah sholat magrib, Tiara meminta izin untuk pergi ke rumah sahabatnya itu. Karena tidak terlalu jauh dari rumah, Ibu pun mengizinkannya.

Beberapa menit kemudian, Tiara sampai di rumah Rasty yang tidak lain adalah sahabat baiknya sekaligus partner, yang dengannya melakukan banyak hal selain bersama Amelia. Walaupun usia Rasty empat tahun lebih tua darinya. Tapi mereka bisa nyambung dan saling memahami. Dan malam ini Tiara berniat untuk menginap di rumah Rasty.

"Tumben mau nginap, ada apa?" Tanya Rasty setelah dia selesai mengaji.

"Aku kangen he … Oh iya, tadi siang aku mau mampir ke SMA, tapi malah ada musibah di jalan, makanya aku gak jadi."

"Syukur kamu tidak jadi datang. Karena aku tidak ada di sekolah. Lain kali telepon dulu baru ke sana!"

"Ok"

"Oh iya, biasanya kalau kamu ke rumah pasti mau cerita iya kan? Sekarang cerita aja ada apa? Apakah kamu dan Ferdinan baik-baik saja? Atau mau cerita tentang kesulitanmu yang lain?"

Tiara cengengesan mendengar pertanyaan Rasty yang begitu mengenalnya.

'Apakah dia dukun?'

Karena dia merasa butuh meluapkan emosinya, selain cerita pada Ibu, dia juga butuh cerita sama sahabatnya agar bisa lebih ringan, selain itu juga dia sudah biasa cerita ke Rasty apapun itu.

Tidak lama setelah itu Tiara menceritakan semua rasa sakitnya.

Dan dengan berat hati dia mengatakan kalau dia dan Ferdinan sudah berakhir.

"Aku tidak tau apa salahku, dia menganggapku sampah yang tidak perlu dia lihat lagi. Ibaratnya habis manis sepah dibuang" ucap Tiara seraya menunduk sedih.

Hati Rasty sedih mendengar cerita sahabatnya, karena ia tau betul bagaimana rasanya dikhianati. Meskipun begitu dia harus memperlihatkan sisi yang lain untuk menguatkan Tiara bukan malah ikut sedih dan menangis.

"Sudahlah Ra, ikhlasin aja! Aku juga pernah ada di posisimu kok."

"Benarkah? Kapan? Kenapa Kak Rasty tidak pernah cerita?" Tiara merasa terkejut sekaligus senang karena ternyata dia bercerita pada orang yang bisa memahami perasaannya.

"Waktu kuliah dulu. Pacarku mengkhianatiku dengan adik tingkatku. Tapi, semua sudah berlalu lama, makanya aku tidak pernah menceritakannya."

"Tapi, untuk bisa menganggapnya tidak penting sepertimu itu sangat tidak mudah kan?" Ucap Tiara dengan lemas.

"Aku tahu, bahkan sangat paham apa yang kamu rasakan. Tapi, aku bisa memastikan suatu hari nanti kamu akan bersyukur putus dengan dia. Bahkan berterima kasih pada wanita itu karena dia sudah menggantikanmu." Sahut Rasty dengan penuh keyakinan.

"Benarkah? Tapi, aku tidak menyangka kalau rasanya akan sesakit ini." Kata Tiara dengan wajah ditekuk.

Mendengar perkataan Tiara, Rasty hanya menarik napas dan menyediakan telinganya untuk mendengar semua keluh-kesah Tiara. Karena dia tau kalau orang yang patah hati itu hanya butuh didengar bukan diceramahi ataupun diberikan saran apapun karena itu percuma. Setelah itu Rasty memeluk Tiara dengan hangat.

"Memang sakit. Tapi, ini hanya sebentar kok. Kamu sabar aja dulu!" Ucap Rasty seraya menepuk-nepuk bahu Tiara.

Sebenarnya Rasty kaget, dan tidak menyangka kalau Ferdinan bisa setega itu sama Tiara. Karena yang Rasty tau, Tiara dan Ferdinan adalah dua orang yang tergila-gila dengan cinta dan saling melengkapi satu sama lain, bahkan mereka berdua tidak pernah bertengkar.

Setelah membiarkan Tiara larut dalam kesedihannya dan puas mengeluarkan emosinya. Rasty menarik napas lalu melepas pelukannya dan menatap Tiara dengan tatapan tajam.

"Ra, apa kamu akan terus seperti ini? Katamu ini sudah seminggu berlalu. Tapi kamu tetap membiarkan dirimu seperti orang bodoh dengan memikirkan dan menangisi seorang lelaki yang sedang memadu kasih tanpa penyesalan bersama wanita lain. Gengsi dong! Anggap dirimu adalah wanita istimewa yang hanya orang terbaiklah yang bisa mendapatkanmu. Jika seseorang memilih meninggalkanmu maka pastikan kalau mereka akan menyesal telah melakukanya. Gitu!"

Ucapan Rasty membuat mata Tiara yang basah terbelalak, dia merasa tertampar. Seketika itu pikirannya yang kosong mulai terisi dan mencibir jijik pada dirinya sendiri.

Iya juga ya. Ahhh … Alangkah bodohnya aku. Ucap Tiara dalam hatinya seraya menunduk malu karena harga dirinya terasa tercabik-cabik.

"Terus menurutmu aku harus bagaimana? Ini bukan salahku jika aku begini, ini hanya karena aku baru tahu rasanya mencintai dan dicintai dengan sangat banyak." Kata Tiara mencoba membela diri.

"Sudahlah! Tidak perlu seperti sinetron yang terlalu banyak drama. Sekarang apa kamu mau balas dendam?" Tanya Rasty dengan mata menyala, dia berharap Tiara memiliki semangat kembali.

Tiara tercengang mendengar pertanyaan Rasty.

"Apa? Balas dendam? Apa maksudmu? Jika balas dendam apa bedanya aku dengan dia?"

Tiara benar-benar tidak habis pikir dengan Rasty, padahal dia tau kalau balas dendam itu tidak boleh, terus untuk apa dia memberikannya pertanyaan begitu?

"Menurutmu?" Ucap Rasty sambil tersenyum dan memicingkan matanya.

Tiara tampak berpikir,

"Menurutku beda lah. Dia yang dzolim dan aku korbannya. Meski begitu, aku tidak akan pernah mau merebut kekasih orang walaupun pada awalnya dia adalah kekasihku. Selain itu, aku tidak mau balas dendam."

Mendengar perkataan Tiara, Rasty mengerutkan keningnya.

"Kenapa tidak mau Ra?"

"Karena balas dendam itu tidak boleh, bukankah kamu tau itu?"

Tatapan Tiara menjadi sinis, dia memang ingin membuat Ferdinan merasa menyesal tapi dia tidak mau menempuh jalan yang salah yang nantinya akan membuatnya merasa menyesal.

avataravatar
Next chapter