67 Cinta Yang Buruk

Cinta Yang Buruk

Merasakan genggaman tangan Nica yang begitu kuat, tentu itu membuat Devanddra juga kaget, dia lalu menatap wajah Nica yang sudah menatapnya dengan pandangan heran.....

"sssttttt...."Devanddra memberikan isyarat dengan jari nya, dia tidak ingin mereka berdua membuat Ellia terbangun

Nica mengerti, tapi entah kenapa tatapan Nica yang tajam dan genggaman tangannya itu belum lepas juga hingga beberapa menit Akhirnya Nica sadar dan dia merasa sedikit canggung sekarang, namun bukan Nica namanya jika dia tida bisa menutupi ekpresinya itu....

Bunyi dari ponsel Devanddra menyudahi situasi yang canggung ini, itu adalah panggilan dari Rebeca yang terus memanggil untuk menemui dia Villa belakang, karena Devanddra tidak kunjung menemui dirinya dari sejak dia datang jadi Rebeca terus uring-uringan ingin agar Devanddra menemuinya, hingga pelayan yang di tugaskan untuk dirinya dan juga petugas mereka semua menjadi sasaran kemarahan Rebeca, dia membuang semua barang yang ada Villa itu merusak juga memaki-maki semua orang ada di tempat itu...

Tidak ingin membuat putrtinya terbangun, Devanddra lalu pergi begitu saja tanpa kata apapun pada Nica, dan berlalu pergi, Devanddra sudah tidak tahan lagi dia menuju ke Villa bekarang sekarang rasanya dia sudah seperti akan membunuh orang, jika saja bukan karena ayahnya, Devanddra tidak akan sudi untuk melihat, menyentuh, apalagi hingga bertunangan seperti sekarang ini,

Dalam perjalanan menuju Villa itu Devanddra juga membawa Arion....ketika mereka berdua sampai disana, ruangan itu sangat kacau juga barang-barang yang di hancurkan oleh Rebeca melihat itu sangat kacau Devanddra hanya diam saja, dia lalu meminta Arion untuk membereskan semuanya....

"sayang, aku aku hanya ingin bersamamu tapi mereka semua melarang, kemana saja?? Aku sangat merindukan" Rebeca yang langsung memeluk Devanddra tapi sedikitpun dia tidak bergeming seperti patung

"kemasi barang-barang, dan kita pergi" ucap Devanddra dengan menunjuk anak buahnya dan melepaskan Rebeca yang menepel padanya seperti lintah

"sayang, kemana kita akan pergi. Aku akan sangat senang jika aku di bawa masuk ke rumah" rengek nya, Rebeca tidak perduli apapun dan dia masih tidak merasa jika dia sudah membuat masalah juga kesalahan yang fatal pagi ini

"tuan semunya sudah selesai" jawab seorang pembantu dan dia juga sudah memasukan semua barang Rebeca ke dalam mobil

"Arion, bawa dan antarkan ke Hotel" perintah Devanddra yang membuat Rebeca manatap dengan emosi juga rasa bingung, kenapa bisa dia di minta keluar dari tempat tunangannya sendiri, pria yang dia impikan akan menjadi suaminya itu

"tidak-tidak sayang apa yang kau lakukan, aku tidak mengerti kenapa aku di minta pergi, aku tidak melakukan apapun yang salah" teriak Rebeca dia merasa jika Tunangannya itu marah tapi dia masih tidak sadar akan apa yang sudah dia lakukan

"ayahmu dan kamu yang harus membayar mahal, ingat sudah saya peringatkan hal ini sebelumnnya" Devanddra berkata dengan tatapan kebencian juga rasa jijik pada Wanita di depannya itu

Rebeca:"apa!!!... Devanddra ingat aku akan melaporkan ini pada ayah, kau sudah sangat buruk memperlakukan aku" triaknya dengan ancaman

Mendengar ancaman Devanddra bukannya takut, namun kini Devanddra lebih marah lagi, Hingga menahan nafas dan melirik ke arah Arion, dan meminta sesuatu....tentu saja Arion tahu itu adalah isyarat tangan yang meminta senjata. Dan langsung saja Arion dengan senang hati memberikam senjata dari dalam saku nya. Yang pasti setalah Devanddra memegang senjata itu Rebeca langsung diam dan mendukan kepalanya..

"jangan sampai ini menembus kepalamu yang indah, cepat tinggalkan tempat ini, dan ingat saya tidak takut dengan ayahmu" bisik Devanddra dengan menodongkan senjata di kepala Rebeca

"Cepaatttt"teriak Devanddra yang langsung di patuhi semua orang termasuk juga Rebeca dia berjalan keluar, tanpa sepatah katapun dan masuk ke dalam mobil sekarang.....

Ketika kembali ke rumahnya, Devanddra yang di penuhi amarh itu langsung berubah, kadar kemarahan nya adalah 0 dan dia sangat tenang juga damai, ketika melihat anaknya sedang makan di meja makan bersama Nica yang selalu ada di sampingnya dengan sabar Nica terlihat menemani juga menyuapi Ellia makan, dan membuat Devanddra lebih senang adalah Ellia mau makan sayuran, yang biasa sangat susah untuk di makan oleh anaknya itu...dia lalu duduk dan ikut makan di meja makan tersebut bersama Ellia juga Nica, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari Ellia ataupun juga Nica, mereka masih tidak berbicara apapun pada Devanddra, Hingga membuat bingun orang-orang melihat mereka makan bersama namun tidak saling sapa, dan hening ini, para pelayan hanya menunduk berdiri tidak jauh dari tempat mereka makan, itu memang sudah jadi kebiasan untuk menemani nona kecil mereka ketika makan, dan Devanddra juga masih diam saja dia mengerti jika anaknya pasti marah padanya karena kejadian pagi ini, tapi apa hubungannya dengan Dokter Nica, kenapa ikut-ikut juga marah dan mendiamkan dirinya. Tapi semua pertanyaan itu dia simpan, karena sekarang yang penting Ellia memiliki kondisi yang baik saja sudah sangat bersyukur

Setelah makan selesai, Ellia kembali ke kamarnya dengan pengasuhnya, dan Nica masih tetap di meja makan bersama Devanddra Nica memang ingin mengatakan sesuatu dia ingin bertanya tentang Ellia juga trauma yang terjadi pada anak itu, karena tidak ada tentang trauma dalam berkas riwayat kesehatan Ellia, jadi Nica pikir ini adalah masalah pribadi...

"tuan Devanddra, ada yang ingin saya tanyakan. Ini masalah kondisi Ellia" tanya Nica, dia lebih dulu membuka mulutnya, karena untuk nya ini sangat penting sekarang

"Dokter Nica, mari kita bicarakan di ruangan saya"

"baiklah tuan" jawab Nica, lalu dia mengikuti ke ruangan kerja

Ini adalah pertama kalinya untuk Nica masuk ke ruangan pribadi. Begitu juga Devanddra selain Arion, dan Ellia yang hanya di izinkan masuk selain mereka berdua tidak ada orang lain, bahkan orang-orang bekerja di rumah itu tidak mengetahui ruangan tersebut, Devanddra lebih memilih membersihkan sendiri ruangan tersebut atau juga Arion, dia tidak pernah meminta orang lain untuk masuk aplagi menyentuh barang-barang milikiknya...

Masuk dalam ruangan pribadi Devanddra detak jantung Nica berdetak dengan kencang, bukan karena dia hanya berdua saja dengan ayah dari Ellia tapi karena apa yang ada di dalam ruangan tersebut, terutama semua benda yang ada di dalam ruangan itu adalah yang membuat jantung Nica merasa terpacu dengan cepat, ini rasanya seperti kucing yang sangat lapar lalu di hidangkan sepiring ikan lezat, tentu saja kucing mana yang akan menolak dalam Hati Nica bicara"tuhan ini cobaan sangat berat, lebih baik bertarung atau beperang, daripada harus menelan ludah dan menahan dalam hati seperti ini"...

"silahkan duduk Dokter Nica"

"iya, trimakasih" Nica duduk dan berusaha setengah mati untuk menahan hasratnya sekarang, dia berusaha dengan keras agar pandangan nya tidak tertuju pada semua benda itu, tapi di setiap sudur ruangan itu banyak sekali bisa di bilang ini seperti musium untuk semua senjata api, senjata jatam, benda antik, dan semua hal yang berkaitan dengan senjata di dunia ini, mulai dari yang tradisional hingga yang paling moderent, bahkan di hadapannya tepat di depan mata di atas meja tertata rapi senjata yang memang belum di rakit, rasanya jari-jari Nica itu sangat gatal ingin sekali dia mengambil, memasang senjata itu dan merasakan sentuhan mereka.....

avataravatar
Next chapter