1 Pandangan Pertama

Hari Sabtu pagi yang cerah pak Amir dan

ibu Halimah sedang menikmati sarapannya di meja makan bersama dengan dua orang putri kesayangan pak Amir yaitu Shania dan Shakila.Mereka berempat menyantap nasi goreng itu dengan lahap,nasi goreng buatan bu Halimah memang sangat lezat dan nikmat dengan racikan bumbu masak

yang pas dilidah mereka.

Setelah sarapan pagi pak Amir bersiap siap untuk mengecat tembok rumahnya sendiri yang sedang direnovasi sejak seminggu

yang lalu,dan dibantu oleh paman Dading adik bungsu pak Amir sebagai tukang ahli bangunan dan beberapa orang kerabatnya pak Amir yang sedang merapikan genteng.

Keduanya saling bahu membahu mengecat ruangan dalam rumah agar cepat selesai.

Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda tampan dan berpenampilan keren kerumah Pak Amir dengan mengendarai sepeda motornya,pemuda itu adalah anak bungsu ibu Halimah yang tinggal di Kota.

Pemuda tampan yang diketahui bernama Syauqi Abdad itu mengucapkan salamnya dengan sopan,lalu keluarlah ibu Halimah yang tergopoh gopoh menyambut putra bungsu kesayangannya.

"Bagaimana kabar ibu,baik baik saja kah?"

ucap Syauqi sambil memeluk dan mencium ibunya.

"Alhamdulillah kabar baik Nak....bagaimana denganmu,pekerjaan kamu tidak sibuk?"bu Halimah balik bertanya.

"Alhamdulillah bu,namanya juga pekerjaan dikantor...tidak ada habisnya,tapi aku bisa mengatasi dan menyelesaikannya dengan baik dan cepat agar aku bisa bertemu ibu."

Bu Halimah mengajak anaknya mengobrol dibawah pohon mangga yang rindang yang berada di depan rumah,karena rumah yang mereka tempati masih dalam perbaikan dan berantakan.Lalu keduanya mengobrol

dengan santai melepas kerinduan diantara ibu dan anak itu.

Setengah jam berlalu Syauqi menghampiri pak Amir dan paman Dading yang sedang mengecat bagian dalam rumah itu,Syauqi mencium punggung tangan pak Amir dan paman Dading dengan sopan dan ramah.

Pak Amir tersenyum renyah dan meminta agar Syauqi beristirahat dengan ibunya. Pemuda itu berlalu meninggalkan pak Amir dan paman Dading.

Selang beberapa menit saja Syauqi sudah mengganti pakaiannya itu dan bergabung dengan pak Amir,Syauqi mengambil kuas lalu dengan cekatan mengusap cat warna mocca itu pada bidang tembok yang masih kosong dan datar.Pak Amir tak menyangka dengan sikap pemuda tampan yang agak pendiam itu,tanpa merasa sungkan Syauqi bergabung dengan dirinya mengerjakan pekerjaan yang tergolong kasar.

Syauqi merasa senang dapat bergabung membantu pak Amir yang merupakan ayah sambung bagi dirinya,dan suami dari ibu kandungnya itu yang baru dinikahi oleh ibu Halimah sekitar lima bulan lalu.Ketiganya mengecat ruangan dengan cepat dan rapi, dalam sekejap ruangan itu berubah warna dan menjadi lebih terang. Syauqi sesekali mengusap keringatnya yang menetes pada pelipisnya,pekerjaan ditangannya hanya tinggal sedikit lagi dan hampir selesai.

Tiba waktunya bagi mereka untuk makan siang dan beristirahat,Shania membantu ibu Halimah menyiapkan hidangan untuk mereka yang bekerja dirumah ayahnya.

Dengan sopan dan telaten Shania melayani mereka menyediakan nasi dan lauknya,lalu Shania menuangkan air minum kedalam gelas yang masih kosong tanpa menatap sekelilingnya.Meskipun salah satu kerabat Shania menggodanya,gadis manis berbaju

gamis warna biru dongker dan memakai kerudung pink itu hanya tersenyum manis. Shania tetap fokus menata menu hidangan yang telah disediakan oleh bu Halimah dan menyusun piring dan gelas diatas meja.

Syauqi yang baru pertama kalinya melihat Shania merasakan getaran aneh didalam hatinya,jantungnya berdetak tak karuan.

Syauqi mulai memperhatikan gadis cantik dan manis itu tanpa berkedip.Shania yang pendiam itu tidak menyadarinya kalau ada pemuda tampan yang memperhatikannya,

dengan lemah gemulai Shania pun berjalan menuju kedapur dan membantu bu Halimah mencuci peralatan masaknya yang kotor.

Shania adalah gadis yang cantik dan lugu,

kulitnya putih,hidungnya mancung,rambut

hitam dan ikal bergelombang yang ditutup dengan kerudung.Jikalau Shania tertawa tampaklah kedua lesung pipinya,menambah daya tarik tersendiri bagi gadis itu.Shania

seorang gadis yang sangat baik dan sopan santun,tutur bahasanya sangat halus dan lembut,dia gadis yang penurut dan sangat berbakti kepada orangtuanya.

Shania adalah anak ketiga dari pasangan pak Amir dan ibu Sarinah yang meninggal tiga tahun yang lalu.Semenjak ibu Sarinah berpulang ke Rahmatullah,pak Amir hidup menduda selama bertahun tahun.Shania mengurus ayah dan adiknya dengan baik dan sangat telaten.

Kedua kakak lelaki Shania sudah menikah dan menempati rumahnya masing masing.

Shania yang baru berumur delapan belas tahun mempunyai seorang adik perempuan bernama Shakila,usianya baru menginjak lima belas tahun.

Ibu Halimah adalah seorang wanita janda kaya yang baik hatinya dan menyayangi Shania dan Shakila seperti putri kandung sendiri,dia tulus mencintai pak Amir yang bekerja sebagai seorang guru agama pada Sekolah Dasar.Wanita separuh baya itu pertama kali bertemu dengan pak Amir distasiun Jakarta Kota,disaat keduanya sedang menunggu Kereta Api Jabotabek satu tahun yang lalu.

Keduanya merasa cocok satu sama lainnya dan sudah mengenal keluarganya masing masing,akhirnya pak Amir dan bu Halimah memutuskan untuk menikah dan menetap bersama menghabiskan waktu di hari tua.

Sedangkan Syauqi adalah putra bungsu dari ibu Halimah dan almarhum suaminya Pak Muhammad yang telah wafat sepuluh tahun yang lalu,ketika Sauqi berumur tiga belas tahun,kedua kakak lelakinya sudah berumah tangga dan memiliki kehidupan yang mapan dan bekerja di pemerintahan.

Sejak melihat Shania dihadapannya,Syauqi mulai merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.Pemuda tampan itu mencuri curi pandang ketika Shania menghampirinya dan memberikan secangkir kopi untuknya.

Keduanya bertatap mata,Shania segera menundukkan pandangannya,seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya,

wajah Shania merona merah dan segera berlalu.Syauqi diam membeku menatap kepergian Shania yang menghilang dibalik pintu dapur.

Tak jauh dari tempat Syauqi,ada sepasang mata yang melihat interaksi antara anak gadisnya dan pemuda tampan yang saling menatap beberapa saat yang lalu.Pak Amir memperhatikan gerak gerik pemuda yang

menjadi anak sambungnya itu,tampaknya Syauqi mulai tertarik dengan Shania anak

gadisnya,pak Amir pun tersenyum rumit.

Sore harinya Syauqi dan pak Amir selesai mengecat ruangan dalam rumah,beberapa orang kerabat yang lain membersihkan lantai yang kotor dengan debu dan bekas cat yang menempel dilantai.Lalu mereka menempatkan perabotan rumah tangga pada posisi semula,pekerjaan menjadi lebih ringan dan cepat selesai karena dikerjakan bersama sama secara gotong royong.

Setelah pekerjaan renovasi rumah selesai,

Pak Amir dan keluarganya beristirahat di halaman depan rumah sambil menunggu waktu Maghrib tiba.Syauqi akan menginap

dirumah Pak Amir karena desakan ibunya,

lagi pula besok adalah hari minggu yang merupakan hari libur Nasional di Indonesia.

○○☆○○

avataravatar
Next chapter