webnovel

EPISODE 1

Angin bertiup pelan mengenai rambut lurus terurai Nadya yang sedang sibuk menyiapkan acara panti dilaksanakan tiap bulannya.

"Bunda, kursi dan bunga sudah disusun, sepertinya sudah selesai"

"Iya sayang, kamu selalu membantu bunda disini, makasih ya". Nadya tersenyum

"iya Bunda" memeluk dengan penuh kasih sayang terhadap bundanya.

Acara yang diadakan merupakan sambutan untuk donatur setiap kali mereka berkunjung dan melihat anak-anak bermain, tersenyum bahagia tanpa memikirkan kerasnya kehidupan diluar sana.

Tik tok tik tok...

Jam menunjukkan arah jarumnya ke angka sepuluh, sementara Nadya sibuk dengan menghidangkan makanan.

"Ma, ngapain kita kesini? Revan sebentar lagi mau ngumpul dengan teman Revan di kafe."

"Kamu ini dibilangin mama kok susah banget. Jangan bikin mama bad mood dong, pasang muka ramah daaannnnn jangan lupa senyum, oke!". Revan menuruti omelan kecil ibunya dan mengikuti langkah kaki setelah memarkirkan mobil.

Keluarga Kusumanegara merupakan donatur baru untuk Panti Asuhan Harapan Ibu, Revan anak satu-satunya dari keluarga itu, ibu kusumanegara mengajarkan anaknya untuk peduli terhadap sesama sehingga mengajak ke acara amal tersebut.

"Ma, coba lihat kearah kanan" Revan menunjuk tangannya kearah kanan ibunya setelah melihat Nadya memberi kue-kue ke anak-anak kecil di panti. Beberapa menit sebelumnya "Nadya? Ngapain dia disini?" dalam hati Revan berkata keheranan melihat istri pilihan orang tuanya turut hadir.

"Oh, mama sudah tahu kalo Nadya sering kesini bantu-bantu bundanya". Seakan tidak peduli Revan hanya diam tanpa merespon omongan mamanya. Tiba-tiba "Cantik yah, lembut, penuh kasih sayang, gak salah mama menikahkan Nadya sama kamu".

"Revan masih kuliah ma, nanti mau Revan kasih makan apa anak istri? Kerja aja belum" kesal mendengar celotehan yang menurutnya tidak perlu.

***

Aku kuliah disalah satu Universitas Negeri yang ada di Indonesia, saat ini aku semester enam, ketua organisasi salah satu jabatan yang aku sandang hingga sekarang, Mengambil jurusan ekonomi bisnis merupakan kemauan papa, ia menginginkan aku sebagai penerus perusahaan kelak.

"Vannn.. Revannn… ". Teriakan itu sangat kukenal. "kegiatan.. hahhh .. penggalangan dana yang sudah kamu rencanakan kemarin disetujui sama ibu dekan, Van" Rea terbata-bata karena lelah menyusul ku dari gedung sebelah.

"Serius Re?" tanyaku tak percaya bercampur rasa senang. "Iya, nih surat yang dikeluarkan oleh fakultas." Rea memberi sebuah amplop yang dipegangnya sedari tadi.

Rea adalah teman kuliah dari awal kami masuk, kurang lebih tiga tahun berteman tidak mungkin aku tidak menyukai nya, tidak ada yang namanya pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Kebetulan Rea sekretaris di organisai kampus yang aku ketuai. Masalah pernikahan? Tentu Rea tahu, tapi aku berusaha menjelaskan padanya kalau pernikahan itu aku tidak menginginkannya, kami menikah karena perjodohan oleh kedua ayah kami. Beruntung Rea mengerti dan berusaha menganggap tidak terjadi apa-apa.

***

"Waduh sudah jam tujuh, tante Riana pasti marah aku baru pulang". Nadya mengendap-endap masuk menuju kamar nya.

"hahh.. syukurlah gak ketahuan" ucapnya lega. Dua hari setelah pernikahan, Revan dan Nadya belum pindah dari rumah itu karena Revan masih kuliah dan dianggap belum bisa memenuhi kewajiban sebagai suami. Nadya langsung membersihkan badan nya sebab kegiatan tadi membuat keringat nya mengucur keluar hingga dirinya merasa tidak nyaman.

Klek... bunyi pintu terbuka "Wanita itu belum pulang ternyata" gumam nya. Gemericik air tak terdengar lagi, Nadya yang keluar dari kamar mandi melihat Revan sedang berbaring diatas Kasur karena lelah dari kegiatan seharian nya dikampus.

"Astaga, dia sudah pulang. Bagaimana aku berganti baju? tidak mungkin disana" pikirnya sambil mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Diam-diam Nadya mendekati lemari mengambil sepasang piyama, tanpa disadari ternyata Revan melihat melalui ekor matanya.

"Hei, mau kemana kau?" dengan nada suara lantang Revan seketika membuat Nadya terperanjat kaget juga langkahnya terhenti.

"Maaf, aku cuma mau ganti pakaian tidur, aku tidak akan mengganggu kak Revan, silahkan istirahat". Nadya gugup setengah mati, takut Revan tidak suka atas apa yang ia lakukan. Untungnya Revan tidak menggubris karena sudah kecapek an dan melanjutkan tidur yang tertunda.

Next chapter